Tuesday, October 24, 2017

Fungsi dan Manfaat Micro Teaching

1.          Fungsi Micro Teaching
Dari berbagai literatur yang penulis temukan bahwa fungsi micro teaching secara umum penulis simpulkan bahwa micro teaching berupaya untuk membina calon guru atau tenaga kependidikan melalui keterampilan kognitif, psikomotorik, reaktif dan interaktif. Dalam perannya micro teaching berfungsi sebagai berikut:
a.       Fungsi Intruksional
Pada fungsi ini micro teaching sebagai penyedia fasilitas praktik/latihan bagi calon guru/tenaga kependidikan untuk berlatih dan/atau memperbaiki dan meningkatkan keterampilan pembelajaran, yang pada hakikatnya merupakan latihan penerapan pengetahuan metode dan teknik mengajar dan/atau ilmu keguruan yang telah dipelajari secara teoritik. Hal ini sebagaimana Hamalik mengatakan bahwa pengajaran mikro berfungsi sebagai praktek keguruan, baik dalam pre-service maupun in-sevice.[1] Dengan demikian fungsi intruksional bagi calon guru sebagai tempat mengasah kompetensi dan keterampilan mengajar.
    1. Fungsi Pembinaan
Fungsi micro teaching selanjutnya yaitu sebagai tempat pembinaan dan pembekalan para calon guru sebelum terjun ke lapangan (pengajaran sebenarnya). Sardiman mengatakan bahwa micro teaching dijadikan tempat membekali calon guru dengan memperbaiki komponen-komponen mengajar sebelum terjun ke real class room teaching.[2] Pendapat ini sudah jelas bahwa adanya micro teaching bagi mahasiswa calon guru dibina dan diajarkan tata cara mengajar di kelas. Fungsi dan manfaatnya bila dilihat sangat besar bagi calon guru terutama dalam meningkatkan kualitas pendidikan dimasa akan datang.
    1. Fungsi Integralistik
Sebagai diketahui dalam dunia kependidikan, PPL (Program Pengalaman Lapangan) menjadi suatu hal utama untuk menguji kualitas. Bukan hanya di sistem pendidikan keguruan saja yang melaksanakan ini bahkan disetiap lembaga pendidikan tinggi juga menerapkannya, baik teknik, perbankan, apalagi keguruan. Artinya program micro teaching merupakan bagian integral Program Pengalaman Lapangan (PPL) serta merupakan mata kuliah prasyarat PPL dan berstatus sebagai mata kuliah wajib lulus.

    1. Fungsi Eksperimen
Keberadaan micro teaching berfungsi sebagai bahan uji coba bagi calon guru pakar di bidang pembelajaran.[3] Umpamanya seorang guru atau seorang ahli berdasarkan penelitiannya menemukan suatu model atau suatu metode pembelajaran, maka sebelum penemuan itu dipraktekkan di lapangan, maka terlebih dahulu diuji-cobakan di dalam micro teaching ini. Dengan demikian hasilnya dapat dievaluasi di mana letak kelemahannya untuk segera dilakukan perbaikan-perbaikan.
Dari fungsi-fungsi ini, bagi mahasiswa calon guru mengadakan latihan pembelajaran pada pengajaran mikro ini yang utama adalah performance. Hal inilah yang biasanya dikembangkan dalam pengajaran mikro. Performance (penampilan, kinerja) adalah penampilan seseorang yang dihayati oleh orang lain. Kesan pertama terhadap seseorang karena kenampakan alami diri seseorang (appearance). Selanjutnya dengan melakukan latihan yang berulang–ulang dalam pengajaran mikro, performa mahasiswa calon guru diharapkan akan menjadi perilaku (behavior). Jadi dapat dikatakan bahwa fungsi pengajaran mikro merupakan arena melatih performance.
  1. Manfaat Micro Teaching
Dengan membekali mahasiswa melalui pengajaran mikro, maka ada beberapa manfaat yang diperoleh, yakni:
a.       Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan tertentu calon guru dalam mengajar.
b.      Ketrampilan mengajar yang esensial secara terkontrol dapat dilatihkan.
c.       Balikan (feed-back) yang tepat dapat segera diperoleh.
d.      Latihan memungkinkan penguasaan komponen ketrampilan mengajar secara lebih baik.
e.       Dalam situasi latihan, calon guru atau guru dapat memusatkan perhatian secara khusus.
f.       Menuntut dikembangkannya pola observasi yang sistematis dan objektif.
g.      Mempertinggi efisiensi dan efektifitas penggunaan sekolah praktek dalam waktu praktek mengajar yang relatif singkat.[4]

Pendekatan micro teaching dapat dimanfaatkan untuk mencari seorang guru yang menjadi model dalam mengajar. Guru yang dijadikan model memang sudah diakui keandalannya dalam mengajar. Pengajaran mikro bertujuan membekali tenaga pendidik beberapa keterampilan dasar mengajar dan pembelajaran. Bagi calon tenaga pendidik metode ini akan  memberi pengalaman mengajar yang nyata dan latihan sejumlah keterampilan dasar mengajar secara terpisah. Sedangkan bagi calon tenaga pendidik dapat mengembangkan keterampilan dasar mengajarnya sebelum mereka melaksanakan tugas sebagai tenaga pendidik. Memberikan kemungkinan calon tenaga pendidik untuk mendapatkan bermacam keterampilan dasar mengajar serta memahami kapan dan bagaimana menerapkan dalam program pembelajaran. sehingga pada akhir masa kuliah mahasiswa diharapkan memiliki kompetensi (pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar atau sikap yang direfleksikan dalam berfikir dan bertindak) sebagai calon guru sehingga memiliki pengalaman melakukan pembelajaran dan kesiapan untuk melakukan praktek pendidikan disekolah.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa pengajaran mikro bertujuan membekali tenaga pendidik beberapa keterampilan dasar mengajar dan pembelajaran. Bagi calon tenaga pendidik metode ini akan memberi pengalaman mengajar yang nyata dan latihan sejumlah keterampilan dasar mengajar secara terpisah. sedangkan bagi calon tenaga pendidik dapat mengembangkan keterampilan dasar mengajarnya sebelum mereka melaksanakan tugas sebagai tenaga pendidik. Memberikan kemungkinan calon tenaga pendidik untuk mendapatkan bermacam keterampilan dasar mengajar serta memahami kapan dan bagaimana menerapkan dalam program pembelajaran. sehingga pada akhir masa kuliah mahasiswa diharapkan memiliki kompetensi (pengetahuan, keterampilan dan nilai–nilai dasar atau sikap yang direfleksikan dalam berfikir dan bertindak) sebagai calon guru sehingga memiliki pengalaman melakukan pembelajaran dan kesiapan untuk melakukan praktek pendidikan di sekolah.



[1]Hamalik, Pendidikan Guru..., h. 144.

[2]Sardiman A.M, Interaksi dan..., h. 186.

[3]Zainal Asril, Micro Teaching..., h. 119.

[4]J.J. Hasibuan, dan Moedjiono, Proses Belajar…, h. 51

No comments:

Post a Comment