Tuesday, October 24, 2017

Karakteristik dan Tahapan Pembelajaran Micro Teaching

A.      Karakteristik Pembelajaran Micro Teaching
Karakteristik pembelajaran mikro yaitu: Real Teaching, Specific control of teaching practice, Specific teaching skills, Scaled down teaching, Individualized device, Providing feedback dan Device for preparing teachers.  Ketujuh karakteristik tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1.      Real Teaching yaitu Model Micro terjadi dalam situasi kelas nyata dengan melibatkan beberapa siswa dan guru.
2.      Specific control of teaching practice yaitu fokus model micro terutama pada pelatihan dengan pengendalian khusus dari praktek dengan manipulasi yang tepat terhadap metode, umpan balik, dan pengawasan.
3.      Specific teaching skills model micro yaitu memfokuskan pada pengembangan keterampilan mengajar atau tugas tertentu, bukan pada pengembangan kemampuan siswa. Keterampilan mengajar tersebut antara lain: keterampilan membuka pembelajaran (Set induction), keterampilan menjelaskan (Explaining), keterampilan menutup pembelajaran (Closure), keterampilan bertanya (Questioning), keterampilan demonstrasi (Demonstration), keterampilan mengadakan variasi (Stimulus variation), keterampilan memberi penguatan (Reinforcement), keterampilan menggunakan papan tulis (Using Blackboard).
4.      Scaled down teaching yaitu pengurangan skala pengajaran dilakukan dengan: mengurangi ukuran kelas 5 sampai 10 orang siswa, mengurangi durasi dari periode 5 sampai 10 menit, dan mengurangi ukuran topic atau materi yang akan diajarkan.
5.      Individualized device yaitu Model Micro dilakukan untuk mengembangkan keterampilan mengajar guru secara individual.
6.      Providing feedback yaitu umpan balik diberikan dengan segera setelah guru mempraktekan keterampilan mengajar, sehingga saran perbaikan dapat segera diketahui.
7.        Device for preparing teachers yaitu model micro sangat tepat untuk menyiapkan guru yang efektif dalam mengajar.[1]
Ketujuh karakteristik tersebut telah dengan tegas membedakan antara pembelajaran mikro (micro teaching) dengan pembelajaran nyata (real teaching). Karakteristik ini perlu diperhatikan agar pembelajaran mikro dapat dilaksanakan dengan efektif dan berjalan dengan maksimal.

B.       Tahap-tahap Pelaksanaan Micro Teaching
Sebagaimana yang sudah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya bahwa pembelajaran micro teaching merupakan salah satu pendekatan pembelajaran untuk melatih bagian-bagian keterampilan mengajar yang dilaksanakan secara sederhana atau disederhanakan. Untuk itu agar pelaksanaan pembelajaran mikro ini dapat berjalan dengan lancar, perlu kiranya untuk melaksanakan pembelajaran mikro ini dengan mengikuti beberapa langkah dan prosedur sesuai dengan hakikat pemebelajaran mikro. Langkah ini sangat penting untuk dilakukan agar kegiatan pelatihan yang dilaksanakan melalui pembelajaran mikro dapat membuahkan hasil yang maksimal.
Jika tahap kegiatan pertama dalam pembelajaran mikro sudah dilakukan, kemudian Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tertulis sudah dibuat. Maka sesuai dengan yang tercantum pada RPP selanjutnya yang dilakukan calon guru yaitu kegiatan inti pembelajaran mikro. Kegiatan inti ini adalah fokus utama dalam pelaksanaan praktek tampil mengajar dalam kelas atau di laboratorium yang disediakan khusus untuk pembelajaran mikro.
Praktek latihan mengajar ini dilakukan melalui pendekatan pembelajaran mikro adalah praktek yang sebenarnya. Dengan demikian calon guru harus memfungsikan dirinya secara logis dan optimal seperti layaknya sedang mengajar yang sebenarnya. Hal ini berujuan untuk mengkondisikan suasana pembelajaran yang sebenarnya, agar calon guru dalam pelaksanaan pembelajaran mikro ini dapat melakukan praktik mengajarnya secara maksimal.
Pengajaran mikro sama halnya dengan pengajaran di kelas yang sesungguhnya yaitu mempunyai tahapan tertentu yang harus dilalui guru atau calon guru. Tahapan menurut Hasibuan terdiri dari tiga yaitu  tahap kognitif, tahap latihan dan tahap balikan.[2] Secara berturut calon guru hendaknya mengenal apa dan bagaimana pengajaran mikro, kemudian mengadakan pelatihan dalam kelompok kecil dengan materi, waktu dan keterampilan yang terbatas di depan supervisor yang berfungsi untuk mengevaluasi dan selanjutnya memberikan balikan dan masukan kepada calon guru agar ia dapat melaksanakan pembelajaran di masa yang akan datang dengan lebih baik.
Lebih lanjut, menurut Hasibuan sebagaimana mengutip uraian Mapasso dan La Solo tentang langkah pelaksanaan pengajaran micro teaching sebagai berikut:
1.      Pengenalan tentang micro teaching,
2.      Penyajian model dan diskusi,
3.      Perencanaan / persiapan micro teaching,
4.      Peraktik micro teaching,
5.      Observasi / perekaman,
6.      Diskusi / umpan balik,
7.      Perencanaan / persiapan ulang,
8.      Praktek reteach,
9.      Observasi / perekaman ulang,
10.  Diskusi / umpan balik ulang.[3]

Dengan demikian, menurut Soetomo bahwa dimungkinkan untuk mengadakan observasi yang lebih cermat dan pencatatan yang lebih teliti, yang hasilnya dapat digunakan sebagai bahan untuk didiskusikan tentang penampilan yang bersangkutan, segi-segi mana yang masih ada kelemahan dan segi mana yang perlu perbaikan.  Dalam pelaksanaannya pengajaran mikro sebenarnya tidah jauh berbeda dengan pengajaran makro karena kedua macam pengajaran ini masing-masing memerlukan persiapan. Oleh sebab itu, guru dan calon guru atau mahasiswa micro teaching perlu mempersiapkan antara lain sebagai berikut:
  1. Apa yang diinginkan untuk dipelajari siswa
  2. Tujuan pembelajaran apa yang sesuai dengan materi dan keadaan
  3. Topik dan tugas apa pantas untuk disajikan
  4. Metode serta pendekatan mana yang dapat digunakan agar sesuai selera materi, siswa, guru dan keadaan tertentu
  5. Bagaimana cara atau strategi dalam mengevaluasi hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan.
  6. Sebagai guru yang ingin sukses bagaimanakah langkah agar menjadi guru yang efektif seperti persiapan tampilan, model, sikap bersama pembelajar sehingga masing-masing antara guru dan siswa saling ada keterkaitan menuju kesuksesan mencapai tujuan pembelajaran.[4]

Dalam salah satu sumber dijelaskan bahwa sebagai sebuah proses, pelaksanaan micro teaching dilakukan melalui tujuh tahapan. Tujuh tahapan micro teaching tersebut merupakan sebuah siklus. Siklus ini dapat diulang sesuai dengan kebutuhan perbaikan. Berikut ini dijelaskan tahapan-tahapan atau langkah-langkah pembelajaran mikro teaching, sebagai berikut:
Tahap 1: Modeling the Skill
Tahap ini penting untuk mengarahkan peserta pelatihan kepada keterampilan mengajar yang akan dipraktekkan. Tahapan ini disebut Modeling. Dalam hal ini, terdapat dua jenis modeling, yaitu Perceptual Model dan Conceptual Model. Model pertama disajikan dengan cara demonstrasi dan secara visual dirasakan oleh peserta pelatihan. Model kedua, disajikan dalam bentuk bahan tertulis dan dikonsep oleh peserta pelatihan.
Tahap 2: Planning a micro-lesson
Pada tahap ini ditentukan materi pelajaran yang tepat yang dapat memaksimalkan latihan keterampilan mengajar, dalam durasi waktu 5 sampai 7 menit.
Tahap 3: The teaching session
Rencana pelajaran pada tahap ini dilaksanakan di hadapan supervisor atau teman sebaya. Penampilan guru yang mempraktekkan keterampilan mengajar diamati dan dicatat. Lembar evaluasi, tape recorder, dan/atau video tapes dapat digunakan untuk keperluan tesebut
Tahap 4: The critique session
Supervisor atau kelompok teman sebaya membahas kinerja guru mikro. Umpan balik dan poin-poin penting tersebut selanjutnya disampaikan kepada guru mikro untuk diperbaiki. Alat evaluasi memberikan kesempatan langka kepada guru mikro untuk melihat penampilannya secara objektif.  Guru mikro tidak diberi kesempatan untuk mengajukan pembelaan diri. Ini adalah kekuatan dan kekhasan dari micro teaching.
Tahap 5: The re-planning session
Guru mikro menyusun rencana pengajaran berdasarkan umpan balik yang ditawarkan dalam critique session. Waktu yang disediakan untuk tahap ini adalah 5 sampai 7 menit.
Tahap 6: The re-teaching session
Langkah the re-teaching session ini memberikan kesempatan kepada guru mikro untuk mengajarkan unit yang sama dan juga keterampilan yang sama. Namun tentu saja penampilan guru mikro pada sesi ini harus sudah memperhatikan umpan balik dari supervisor dan/atau teman sebaya. Pada sesi ini, pengawas dan/atau pengamat teman sebaya akan mengevaluasi kinerja guru mikro dengan menggunakan alat evaluasi.
Tahap 7: The re-critique session
Prosedur yang sama diadopsi sebagaiman disebutkan dalam critique session (Tahap-4). Guru mikro, kembali mendapat umpan balik dan mengetahui sejauh mana perbaikannya. Langkah ini memiliki potensi memotivasi guru mikro untuk meningkatkan penampilannya di masa yang akan datang.[5]
Berdasarkan uraian di atas, maka yang dapat di simpulkan bahwa berbicara tahap-tahap pembelajaran micro teaching adalah sesuatu pengajaran yang sangat barguna bagi seorang guru untuk melakukan pengajaran yang kreatif, selalu  konsisten dengan apa yang di persiapkan, baik materi, waktu dan gaya mengajar, metode yang dipakai, media dan semua yang terangkum dalam rencana pelaksanaan pembelajaran itu. Jika hal tersebut dilakukan, maka tentu akan tercapai tujuan yang diharapkan.



[1]Ayu Sri S, Makalah Penerapan Model Micro, (Program Studi S3 Teknologi Pembelajaran. Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang, 2011), h. 3

[2] J.J. Hasibuan dan Moedjono, Proses Belajar..., h. 44.

[3]J.J. Hasibuan dan Moedjono, Proses Belajar..., h. 44.

[4]Soetomo, Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar, (Surabaya: Usaha Nasional, 1993),       h. 75.

[5]http://pembelajaranku.com/langkah-langkah-pembelajaran, Dikases pada Tanggal 08 Januari 2016.

No comments:

Post a Comment