Thursday, October 12, 2017

Peningkatan Kesadaran Masyarakat Terhadap Kesehatan Anak

Kesadaran adalah keinsafan atau keadaan mengerti terkait dengan hal yang dirasakan atau dialami oleh seseorang. Kesadaran dalam bentuk lain adalah pemahaman atau pengetahuan seseorang tentang dirinya dan keberadaan dirinya. Tingkat kesadaran masyarakat mengenai kesehatan merupakan pengukuran yang dilakukan untuk melihat seberapa besar pengetahuan masyarakat tentang tingkat kesehatan yang ada pada kehidupan mereka sehari-hari maupun lingkungan yang menjadi sosok sentral hubungan masyarakat dengan lingkungan sekitarnya. Tingkat kesadaran masyarakat sangat diperlukan dalam kehidupan nyata karena masyarakat merupakan individu yang berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari.
Sekarang ini kualitas sumber daya manusia Indonesia masih berada pada tingkat yang masih tergolong rendah, apabila dibandingkan dengan negara-negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari beberapa sisi, misalnya pendidikan dan kesehatan. Upaya peningkatan kualitas kesehatan masyarakat merupakan upaya pencegahan yang umumnya bertujuan meningkatkan taraf kesehatan individu, keluarga maupu masyarakat. Upaya peningkatan kualitas kesehatan masyarakat itu antara lain adalah dengan cara penyuluhan kesehatan, perbaikan gizi, penyusunan pola gizi memadai pengawasan pertumbuhan anak balita dan usia remaja.[1]
Sistem kesehatan nasional imunisasi adalah bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Pemberian imunisasi pada bayi dan anak tidak hanya memberi pencegahan penyakit tertentu pada anak tersebut tetapi juga memberikan dampak yang lebih luas karena dapat mencegah penularan penyakit untuk orang lain. Oleh karena itu pengetahuan dan sikap orang tua terutama ibu sangat penting untuk memahami tentang manfaat imunisasi bagi anak.[2] Untuk memutus rantai penularan virus polio liar di Indonesia, cakupan imunisasi rutin harus tinggi. Untuk mencapai ini, perlu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya imunisasi melalui kampanye imunisasi.
Salah satu faktor yang juga terkait kurangnya pemanfaatan posyandu adalah masalah gizi balita. Permasalahan gizi buruk anak balita, kekurangan gizi, busung lapar, dan masalah kesehatan lainnya menyangkut kesehatan ibu dan anak akan mudah dihindari melalui kegiatan posyandu, sehingga posyandu sebagai layanan kesehatan yang sangat dekat pada masyarakat sangat berperan penting dalam deteksi dini masalah gizi. Deteksi dini balita gizi buruk adalah kegiatan penentuan status gizi balita melalui KMS (yaitu dari berat badan menurut umur) dan tanda-tanda klinis pada balita yang dilakukan oleh orang tua. Dengan melakukan penimbangan setiap bulan di posyandu maka status gizi dan jalur pertumbuhan anak dapat selalu terpantau, sehingga bila ditemukan kelainan dalam grafik pertumbuhan akan segera terdetesi dan akan mudah untuk melakukan perbaikan status gizi anak. Deteksi dini ini juga perlu diimbangi dengan penyuluhan serta pemberian makanan tambahan.[3]

Keaktifan ibu balita dalam kegiatan posyandu merupakan salah satu faktor pendukung yang sangat diperlukan untuk pemantauan pertumbuhan anaknya. Sikap ibu balita untuk menyadari bahwa posyandu merupakan hal yang utama untuk menigkatkan derajat kesehatan ibu balita, hal ini dapat menimbulkan perilaku positif ibu balita tentang posyandu. Sikap ibu balita yang positif akan mempengaruhi perubahan perilaku yang positif. Dengan didasari pengetahuan yang baik dan sikap positif terhadap posyandu, maka Ibu akan senantiasa berupaya datang ke posyandu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang sangat berguna bagi anak-anak mereka, dan tentunya bagi ibu itu sendiri.
Banyak manfaat posyandu yang bisa diperoleh ibu dan balita. Semua fasilitas tersebut disediakan secara gratis. Sudah selayaknya masyarakat memanfaatkan berbagai fasilitas yang disediakan oleh pemerintah tersebut. Walaupun gratis, pelayanan tersebut bukanlah sesuatu yang murah. Jika diuangkan, biaya untuk pembelian vaksin, vitamin, dan berbagai logistik posyandu tentulah sangat mahal. Hal ini dapat dibuktikan jika kita mengimunisasikan anak kita ke Lembaga Pelayanan Kesehatan Swasta, biaya 1 kali imunisasi bisa mencapai puluhan bahkan ratusan ribu rupiah.
Oleh karena itu, setiap keluarga diharapkan aktif memanfaatkan fasilitas di posyandu. Keluarga yang aktif ke posyandu adalah keluarga yang rutin membawa anaknya ke posyandu setiap bulan. Sesibuk apapun orang tua, perlu menyempatkan diri sebulan sekali ke posyandu. Jika orang tua tidak sempat ke posyandu, maka tidak ada salahnya memnta bantuan orang lain atau pengasuh untuk mengantar anak ke posyandu. Posyandu bukan hanya tempat untuk mendapatkan imunisasi saja, tetapi juga memantau pertumbuhan berat badan, deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan anak, serta melakukan stimulasi tumbuh kembang balita melalui alat permainan edukatif yang tersedia di posyandu.
Upaya peningkatan peran serta ibu balita dalam masyarakat dilaku­kan melalui berbagai aktivitas wanita untuk mendukung pembangunan di daerahnya. Kegiatan tersebut dilaksanakan antara lain melalui wadah PKK, KB, dan posyandu. Melalui gerakan kegiatan posyandu, wanita terlibat secara aktif dalam pembe­rian pelayanan kesehatan, imunisasi, dan perbaikan gizi keluarga.[4]
Langkah-langkah untuk meningkatkan peran serta masyarakat dilakukan melalui penyelenggaraan forum KIM (forum komunikasi) dan pelatihan/pendekatan edukatif. Penting ditekankan bahwa para pembina peran serta masyarakat harus bersikap sebagai fasilitator, pemberi bantuan teknis, bukan sebagai instruktor terhadap masyarakat, agar mampu mengembangkan kemandirian masyarakat dan bukan menimbulkan ketergantungan masyarakat.
Penggalangan dukungan penentu kebijaksanaan, pemimpin wilayah, lintas sektor dan berbagai organisasi kesehtan, yang dilaksanakan melalui dialog, seminar dan lokakarya, dalam rangka komunikasi, informasi dan motivasi, dengan memanfaatkan media massa dan sistem informasi kesehatan. Persiapan petugas penyelenggara melalui pelatihan, orientasi atau sarasehan kepemimpinan di bidang kesehatan. Persiapan masyarakat, melalui rangkaian kegiatan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan memecahkan masalah kesehatan, dengan menggali dan menggerakkan sumber daya yang dimilikinya. Pelaksanaan kegiatan kesehatan oleh dan untuk masyarakat melalui kadernya yang telah terlatih (tindakan terapi oleh masyarakat), serta dengan pengembangan dan pelestarian kegiatan kesehatan oleh masyarakat.
Selanjutnya dalam pengembangannya Posyandu dapat dibina menjadi suatu forum komunikasi dan pelayanan di masyarakat, antara sektor yang memadukan kegiatan pembangunan sektoralnya dengan kegiatan masyarakat, untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memecahkan masalahnya melalui alih teknologi. Dengan demikian, Posyandu dapat dikembangkan dari pos-pos yang telah ada, seperti pos penimbangan balita, pos imunisasi, pos KB desa, pos, kesehatan, kelompok belajar, atau mungkin juga dibentuk baru.



[1]Dairur, Materi-Materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat, (Jakarta: Widya Medika, 1992), hal. 12-13.
[2]Ranuh, Pedoman Imunisasi di Indonesia, (Jakarta, Edisi III, 2008), hal. 3.

No comments:

Post a Comment