Monday, October 30, 2017

Pengertian Manajemen dalam Islam

Dari segi bahasa manajemen berasal dari bahasa Inggris yang merupakan terjemahan langsung dari kata management yang berarti pengelolaan, ketata laksanaan, atau tata pimpinan. Sementara Ramayulis menyatakan bahwa pengertian yang sama dengan hakikat manajemen adalah al-tadbir (pengaturan). Kata ini merupakan derivasi dari kata dabbara (mengatur) yang banyak terdapat dalam Al-Qur’an[1] seperti firman Allah Swt:   
Artinya: Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu. (QS. Al-Sajdah: 05).
Dari isi kandungan ayat di atas dapatlah diketahui bahwa Allah Swt adalah pengatur alam (manager). Keteraturan  alam raya ini merupakan bukti kebesaran Allah Swt dalam mengelola alam ini. Namun, karena manusia yang diciptakan Allah Swt telah dijadaikan sebagai khalifah di muka bumi ini, maka dia harus mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah Swt yang mengatur alam raya ini.
Sementara manajemen menurut istilah adalah proses mengkordinasikan aktifitas-aktifitas kerja sehingga dapat selesai secara efesien dan efektif dengan dan melalui orang lain.[2] Sedangkan Sondang P Siagian mengartikan manajemen sebagai kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka mencapai tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.[3]
Manajemen menurut bahasa berarti pemimpin, direksi, pengurus, yang diambil dari kata kerja manage yang berati mengemudikan, mengurus, dan mermerintah.[4] Menurut Hadari Nawawi, manajemen merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manajer dalam memanage organisasi, lembaga maupun perusahaan.[5]
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan sumua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Konsep manajemen mencakup kegiatan untuk mencapai tujuan, dilakukan oleh individu-individu yang menyumbangkan upayanya yang terbaik melalui tindakan-tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal tersebut meliputi pengetahuan tentang apa yang harus dilakukan, menetapkan cara melakukannya, memahami bagaimana harus melakukannya, dan mengukur efektivitas dari usaha-usaha yang telah dilakukan.[6]
Manajemen merupakan suatu kegiatan yang kompleks, mencakup pengetahuan tentang kegiatan yang dituangkan dalam suatu perencanaan, menetapkan cara melakukan suatu kegiatan yang dimanifestasikan dalam bentuk pelaksanaan, dan mengukur efektivitas usaha yang dilakukan dengan mengevaluasi seluruh aktivitas dalam pencapaian tujuan.

Manajemen merupakan suatu kegiatan yang seluruhnya bersifat manajerial, pelaksanaannya disebut manajing dan orang yang melakukannya disebut manajer,[7] sedangkan ilmu yang bersangkut paut dengannya disebut manajemen. Dengan demikian, manajemen merupakan suatu ilmu yang membahas tentang manajerial, manajing, dan manajer. Inti pokok dalam manajemen adalah usaha-usaha secara kooperatif. Artinya, tugas-tugas operasional dilaksanakan dengan baik oleh setiap anggota dalam kelompok. Manajemen sebagai suatu ilmu dan teknik untuk mengurus atau mengelola, tidak terlepas dari fungsi-fungsi dan kewajiban manusia, baik mengenai hubungan manusia dengan Khaliknya, hubungan manusia dengan sesama manusia, maupun hubungan manusia dengan makhluk lain.
Islam meletakkan dasar yang kuat mengenai hubungan-hubungan tersebut dengan ajaran tauhid yang mengatur hubungan antara manusia dengan Khaliknya, ajaran tentang akhlak yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan makhluk lain, serta ajaran syariat yang mengatur hubungan muamalah. Manajemen dengan fungsi-fungsi, unsur-unsur, kegiatan dan prosesnya, menempatkan manusia sebagai postulat dan fokusnya, tidaklah dapat dilepaskan dari hukum Islam.[8]
Ajaran Islam yang menetapkan masalah manajemen ini ke dalam fungsi dan kewajiban manusia, baik sebagai hamba Allah (abdu al-Allah) yang patuh dan taat menjalankan perintah Allah dan menghindari larangan Allah secara ikhlas dan konsisten, maupun sebagai khalifah Allah di muka bumi (khalifatu al-Allah fi al-ardhi) yang diberikan kebebasan untuk memilih, berupaya dan berperan di dunia untuk meningkatkan kesejahteraan umat dan memanfaatkan serta memelihara kelestarian dunia.[9]
Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan. Mulai dari urusan terkecil seperti mengatur urusan rumah tangga sampai dengan urusan terbesar seperti mengatur urusan sebuah negara semua itu diperlukan pengaturan yang baik, tepat dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar tujuan yang hendak dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efisien dan efektif. Dengan demikian, manajemen merupkan sebuah proses pemanfaatan semua sumber daya melalui bantuan orang lain dan bekerjasama dengannya, agar tujuan bersama bisa dicapai secara efektif, efesien dan produktif.



[1]Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hal. 362.
[2]Robbin dan Coulter, Manajemen (edisi kedelapan), (Jakarta: Indeks, 2007), hal. 8.
[3]Sondang P Siagian, Filsafah Administrasi, (Jakarta: Masaagung, 1990), hal. 5.
[4]Wojowarsito dan Purwadarminta, Kamus Lengkap Indonesia Inggris, (Jakarta: Hasta, 1974), hal. 76.
[5]Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Surabaya: Haji Mas Agung, 1997), hal. 78.
[6]George R. Terry, Guide to Management, Diterjemahkan oleh J. Smith, Prinsip-prinsip Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hal. 9.
[7]George R. Terry, Guide to Management…, hal. 9.
[8]Mochtar Effendy, Manajemen: Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, (Jakarta: Bhratara, 1996), hal. 31.
[9]M. Amien Rais, Al-Islam dan IPTEK 1, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hal. 41.

No comments:

Post a Comment