Monday, October 30, 2017

Tujuan dan Hikmah Shalat Berjamaah

Allah Swt memerintah shalat berjamaah karena ada beberapa tujuan di balik perintah-Nya yang tidak mungkin salah atau menyesatkan hambanya. Oleh karena itu sebagai seorang muslim, setiap amal perbuatan hendaknya ada tujuan yang pasti dan tentunya akan bermanfaat bagi dirinya sendiri bahkan keluarganya. Kaum muslim melakukan shalat berjamaah karena juga karena ada beberapa tujuan dari shalat berjamaah tersebut.
Dengan rajin mengikuti shalat berjamaah seorang akan dapat menjaga diri dari perbuatan yang jelek atau jahat. Sebagaimana Firman Allah Swt dalam surat     al-Ankabut ayat 45:
 (العنكبوت: ٤٥)
Artinya: ”…Dan dirikanlan shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar ...” (Al-Ankabut: 45).
Shalat bukanlah sekedar melaksanakan gerakan dan bacaan tertentu yang diawali takbir dan diakhiri dengan salam, tetapi harus tercermin dalam perilaku sehari-hari. Semua pengakuan Allah Swt sebagai Tuhan, Muhammad Saw sebagai Rasul, harus terbukti dalam perilaku, berupa ketaatan terhadap semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.
Bagi seseorang yang telah melakukan shalat berjama’ah dengan khusuk akan menumbuhkan perilaku keberagamaan yang baik, baik hubungan dengan Allah Swt maupun hubungan dengan sesama manusia. Kedudukan shalat berjama’ah dalam Islam merupakan wasilah paling ampuh dalam menghapus perbedaan status sosial antara kaum muslimin, menghilangkan sikap fanatik terhadap warna kulit, suku bangsa, dan nasab.
Dengan menunaikan ibadah shalat secara berjama’ah akan berpengaruh terhadap perilaku keagaman baik yang bersifat hubungan dengan Allah dengan cara meningkatkan kualitas ibadahnya, maupun yang bersifat hubungan dengan sesama manusia yang berupa motivasi untuk senantiasa berperilaku baik menurut kadar ketaatannya.
Secara garis besar, tujuan melaksanakan ibadah shalat berjamaah adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mentaati perintah Allah Swt. Dengan melaksanakan ibadah shalat secara berjamaah, maka seseorang telah termasuk dari golongan orang-orang yang bertaqwa. Karena telah mentaati perintahnya dan menjauhi larangannya. Dengan hal itu sadar keimanan seseorang akan bertambah kuat.
2.      Agar saling mengenal. Apabila manusia shalat bersama-sama maka akan terjadi saling kenal diantara mereka. Sehingga terjadi interaksi antara kaum muslimin, yang dapat memperkuat tali persaudaraan umat Islam.
3.      Untuk menampakkan keperkasaan kaum muslimin. Shalat menunjukkan kekuatan kaum muslimin, keterkaitan antara hati dan solidaritas barisan, menjauhkan perpecahan, menanamkan rasa ketakutan di hati musuh. Menjadikan para munafiq putus asa. Shalat berjamaah adalah manuver kesiagaan dan ikatan antara imam dan umat.[1] Karena dengan shalat berjamaah persatuan umat islam akan selalu terjaga.
4.      Untuk melatih diri supaya disiplin menghadap Allah. Dengan ditentukannya dan ditetapkannya shlat fardhu lima waktu dalam sehari semalam, serta dianjurkannya shalat berjamaah. Agar senantiasa mengajarkan kepada umat Islam untuk bersikap disiplin, taat waktu serta menghargai waktunya dan menjadi latihan untuk menumbuhkan sikap kedisiplinan bagi kaum mukminin.[2] Kebiasaan yang dilakukan saat melakukan shalat berjamaah secara tertib dan teratur akan menanamkan sikap disiplin pada diri umat islam.
5.      Untuk menunjukkan kepada persamaan. Pada pelaksanaan shalat berjamaah terlihat adanya suatu persamaan, yakni kesamaan sebagai hamba Allah yang beribadah kepada sang pencipta. Aspek kebersamaan pada shalat berjamaah dapat menghindarkan seseorang dari rasa terisolir, terpencir, tidak dapat bergabung dalam kelompok, tidak diterima atau dilupakan.[3]

Banyak hal yang rahasia di dalam shalat berjamaah, banyak pula hikmahnya. Dari berbagai hikmah shalat, kadang masih banyak pula manusia yang kurang mengerti hikmah dari shalat berjamaah, hingga ia melakukannya hanya karena kebiasaan. Segala amal perbuatan bisa menjadi ibadah kalau diniatkan dengan baik dan benar, begitu pula sebaliknya, nilai ibadah pun bisa menjadi bukan ibadah hanya karena salah niat dan ikut-ikutan. Padahal dalam Islam sudah dijelaskan berbagai hikmah dari shalat berjamaah supaya semua melaksanakan dengan penuh kegembiraan dan kesungguhan serta kekhusyu’an.
Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Ibnu Mahalli Abdullah Umar bahwa diantara hikmah yang terkandung dalam pelaksanaan shalat berjamaah diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Meraih keselamatan
2.      Mengagungkan syiar Islam
3.      Merambah jalan petunjuk
4.      Melebihi shalat sendiri
5.      Memelihara diri dari syetan
6.      Meleburkan dosa
7.      Berada dalam jaminan Allah Swt
8.      Membina persaudaraan
9.      Selamat dari kelalaian
10.  Membiasakan diri disiplin
11.  Saling mengenal[4]

Dalam sumber yang lain dijelaskan bahwa hikmah-hikmah yang terkandung dalam shalat berjama’ah dapat dilihat dari segi moral (rohani) dan dari segi kesehatan (jasmani).
1.      Ditinjau dari segi moral.
Dari segi moral shalat berjamaah diantaranya:
a)      Dapat mendidik jiwa kita agar terhindar dari sifat-sifat sombong, tinggi hati, dan sebagainya, serta mengarahkan agar selalu tawakal dan berserah diri kepada Allah Swt
b)      Menjadi penghalang dari mengerjakan kemungkaran dan keburukan.
Firman Allah dalam al-Qur’an surat al-Ankabut ayat 45 yaitu:
 (العنكبوت: ٤٥)
Artinya: “…Dan tegakkanlah shalat karena shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. (QS. Al-Ankabut: 45)
c)      Dapat memperteguh persatuan, membangun tali persaudaraan antara umat Islam.
d)     Mengajarkan bahwa semua manusia itu sama derajatnya.
e)      Saling memberikan pertolongan dalam hal ibadah dan kepentingan lainnya dan lain sebagainya.[5]

2.      Ditinjau dari segi kesehatan.
Shalat di samping mengandung hikmah secara moral seperti diuraikan di atas, juga mengandung hikmah secara fisik terutama yang menyangkut masalah kesehatan.
Adapun hikmah ibadah shalat menurut tinjauan kesehatan sebagaimana dijelaskan oleh para ahli (sarjana) kedokteran yang termasyhur terutama di Barat. Mereka berpendapat sebagai berikut:
a)      Bersedekap, meletakkan telapak tangan kanan di atas pergelangan tangan kiri. Sikap seperti ini akan memudahkan aliran darah mengalir kembali ke jantung, serta memproduksi getah bening dan air jaringan dari kedua persendian tangan akan menjadi lebih baik sehingga gerakan di dalam persendian akan menjadi lebih lancar.
b)      Ruku’, yaitu membungkukkan badan dan meletakkan telapak tangan diatas lutut sehingga punggung sejajar merupakan suatu garis lurus. Sikap yang demikian ini akan mencegah timbulnya penyakit yang berhubungan dengan ruas tulang belakang, ruas tulang punggung, ruas tulang leher, ruas tulang pinggang, dan sebagainya.
c)      Sujud, sikap ini menyebabkan semua otot-otot bagian atas akan bergerak. Hal ini bukan saja menyebabkan otot-otot menjadi besar dan kuat, tetapi peredaran uraturat darah sebagai pembuluh nadi dan pembuluh darah serta limpa akan menjadi lancar di tubuh kita.
d)     Duduk Iftirasy (duduk antara dua sujud & tahiyat awal), posisi duduk seperti ini menyebabkan tumit menekan otot-otot pangkal paha , hal ini mengakibatkan pangkal paha terpijit. Pijitan tersebut dapat menghindarkan atau menyembuhkan penyakit saraf pangkal paha (neuralgia) yang menyebabkan tidak dapat berjalan. Disamping itu urat nadi dan pembuluh darah balik di sekitar pangkal paha dapat terurut dan terpijit sehingga aliran darah terutama yang mengalir kembali ke jantung dapat mengalir dengan lancar. Hal ini dapat menghindarkan dari penyakit bawasir.
e)      Duduk tawaruk (tahiyat akhir), duduk seperti ini dapat menghindarkan penyakit bawasir yang sering dialami wanita yang hamil. Kemudian duduk tawaruk ini juga dapat untuk mempermudah buang air kecil.
f)       Salam, diakhiri dengan menoleh ke kanan dan ke kiri. Hal ini sangat berguna untuk memperkuat otot-otot leher dan kuduk, selain itu dapat pula untuk menghindarkan penyakit kepala dan kuduk kaku.[6]

Dari penjelasan di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa shalat disamping merupakan ibadah yang wajib dan istimewa ternyata juga mengandung manfaat yang sangat besar bagi kesejahteraan dan kebahagiaan hidup umat manusia. Tujuan dan hikmah sangat jelas didapatkan dalam pelaksanaan shalat berjamaah. kerena demikian, maka sangat dianjurkan kepada setiap muslim untuk selalu menunaikan shalat (khususnya shalat fardhu) secara berjamaah agar tujuan dan hikmah sebagaimana yang telah penulis uraikan di atas dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam penjelasan yang lain, dijelaskan bahwa ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam shalat berjamaah mengandung hikmah sebagai berikut:
1.      Keharusan mentaati imam, hal yang mengandung pelajaran tentang pentingnya taat dan patuh kepada pemimpin akan membuka jalan baginya tujuan yang hendak dicapai bersama;
2.      Dalam shalat berjamaah apabila imam salah, makmum berhak mengingatkan. Ini mengajarkan kepada kita bahwa pemimpin tidak selamanya benar, apabila pemimpin salah maka bawahan harus mau mengingatkan dan pemimpin harus mau diingatkan bila memang salah;
3.      Dalam shalat berjamaah makmum tidak boleh mendahului gerakan-gerakan imam ini memberikan pelajaran tentang pentingnya kedisiplinan, disiplin dalam kepatuhan terhadap pemimpin, disiplin dalam menjalankan aturan dan lain sebagainya.
4.      Shalat berjamaah akan menumbuhkan sikap sosial, tenggang rasa, saling menghargai antara satu dengan yang lain, saling memaafkan yang tercermin dari sikap berjabat tangan setelah salam;
5.      Shalat berjamaah meningkatkan Ukhuwah Islamiyah sehingga menjadi kekuatan Islam.[7]

Sedangkan menurut pendapat yang dikemukakan oleh Aidh Al-Qarni bahwa shalat yang dilakukan secara berjamaah memiliki beberapa hikmah dan keutamaan. Diantara keutamaan shalat berjamaah adalah sebagai berikut:
1.      Shalat berjamaah lebih utama dibandingkan dengan shalat sendirian dengan 27 derajat
2.      Shalat sunat qabliyah, sunat ba’diyah, dan berzikir waktunya melingkupi shalat fardhu. Biasanya dengan shalat berjamaah menjadikan mudah melakukan amalan-amalan tersebut.
3.      Shalat berjamaah merupakan sarana mendisiplinkan diri dan mengontrol pribadinya serta melatih untuk taat.
4.      Shalat berjamaah akan membuat seseorang muslim memperhatikan diri dan penampilannya serta kebersihan pakainnya yang demikian itu karena ia berkumpul dengan orang banyak dikala siang maupun malam.
5.      Terhindar dari lupa dan memberi ingat kepada imam apabila lupa terhadap sesuatu.
6.      Melahirkan syi’ar keagungan Islam.
7.      Menjawab salam imam.
8.      Mengambil manfaat dengan jalan berkumpul untuk berdoa, berzikir dan memperoleh berkah dari orang-orang yang sempurna shalatnya.
9.      Menghidupkan sendi-sendi ukhwah (persaudaraan) antara para tetangga, dapat bertemu dengan kawan.[8]

Lebih lanjut, menurut pendapat yang dikemukakan oleh Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy bahwa pelaksanaan shalat-shalat jahar dapat pula memperoleh dua faedah lagi, yaitu mendengar bacaan (qiraah), dan imam berta’min (mengaminkan bacaan imam).[9]
Berdasakan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa shalat berjamaah lebih utama dibandingkan dengan shalat sendirian, membiasakan shalat sunat qabliyah, sunat ba’diyah, berzikir dan berdo`a, sarana mendisiplinkan diri, memperhatikan diri dan penampilannya serta kebersihan pakaiannya, terhindar dari lupa dan memberi ingat kepada imam apabila lupa terhadap sesuatu, melahirkan syi’ar keagungan Islam serta menghidupkan sendi-sendi persaudaraan sesama umat Islam.



[1]Muhsin Qira’ati, Pancaran Cahaya Shalat, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2006), hal. 211.
[2]Rachmat Ramadhana Al-Banjari, Membaca Kepribadian Muslim Seperti Membaca           Al-Qur’an, (Yogjakarta: Diva Press, 2008), hal. 406-407.
[3]Sentot Harianto, Psikologi Shalat, (Yogjakarta: Mitra Pustaka 2007), hal. 132.
[4]Ibnu Mahalli Abdullah Umar, Menjadi Pewaris Surga (Yogyakarta: Media Insani, 2002), hal. 86-113.
[5]Alibasyah, Permadi. Bahan Renungan Kalbu. Jakarta: Mutiara Tauhid. 2002 (Alibasyah, 2002 : 160).
[6]http//psikologi2. tripot.com/shalat.htm, Diakses Tanggal. 20 April 2013.
[7]Depag Provinsi Jawa Tengah, Fiqih Madrasah Tsanawiyah kelas VII, (Semarang: Karya Toha Putra, 2004), hal. 78.
[8]Aidh Al-Qorni, Sifat Shalat Nabi, (Solo: Wacana Ilmiah Press, 2006), hal. 7.
[9]Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Tuntunan Shalat Nabi Saw, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2004), hal. 133-134.

2 comments:

  1. Alhamdulillah , jika muslim banyak yg mengetahui tujuan semua perintah ibadah ritual itu sesungguhnya merupakan pedoman serta petunjuk dari Allah dan dilaksanakan dengan baik, maka sudah pasti umat Islam adalah umat yg paling unggul dibanding umat non muslim. tapi sayangnya umat Islam menganggap perintah ibadah ritual hanyalah sarana mencari pahala yg imbalannya syurga diakhirat kelak. Bukan menjadikanya pedoman hiduolp.

    ReplyDelete