Thursday, October 12, 2017

Teori Komunikasi

  1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi terjermahan dari kata bahasa Inggris yaitu “communicco”. Secara etomologi komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu “cimmunicare” yang berarti partisipasi atau pemberitahuan.[1] Selanjutnyua, menurut Onong Uchjana Effendy menjelaskan bahwa istilah komunikasi dari bahasa Inggris yaitu “communication” yang berarti: perhubungan, kabar, perkabaran. Istilah tersebut berasal dari bahasa latin yaitu “communicatio” artinya pemberitahuan, memberi bahagian, pertukaran di mana sipembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya. Kata sifatnya yaitu communis yang berarti “bersifat umum dan terbuka, bersama-sama”. Sedangkan kata kerjanya adalah “communicara” yang berarti “bermusyawarah”, berunding dan berdialog”.[2]
Komunikasi secara sederhana dapat dimaknai sebagai proses penyampaian informasi atau pesan oleh seorang komunikator kepada komunikan melalui sarana tertentu dengan tujuan dan dampak tertentu pula. Pengertian tersebut sebagaimana dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diartikan bahwa komunikasi sebagai “pengiriman dan pemerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami”.[3] Lebih lanjut, Onong Uchjana Effendy mendefinisikan bahwa komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau mengubah sikap, pendapat dan perilaku, baik secara langsung melalui lisan maupun secara tidak langsung melalui media.[4]
Evertt M. Rogers mendefinisikan komunikasi sebagai proses yang di dalamnya terdapat suatu gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan untuk merubah perilakunya. Pendapat senada dikemukakan oleh Theodore Herbert, yang mengatakan bahwa komunikasi merupakan proses yang di dalamnya menunjukkan arti pengetahuan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, biasanya dengan maksud mencapai beberapa tujuan khusus.
Selain definisi yang telah disebutkan di atas, pemikir komunikasi yang cukup terkenal yaitu Wilbur Schramm memiliki pengertian yang sedikit lebih detil. Menurutnya, komunikasi merupakan tindakan melaksanakan kontak antara pengirim dan penerima, dengan bantuan pesan; pengirim dan penerima memiliki beberapa pengalaman bersama yang memberi arti pada pesan dan simbol yang dikirim oleh pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima.[5]
Komunikasi pada hakikatnya adalah kesamaan makna terhadap apa yang diperbincangkan. Di mana kesamaan bahasa yang digunakan dalam sebuah percakapan belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan kata lain mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti maknanya. Artinya komunikasi efektif itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat dan yang terpenting lagi adalah orang lain bersedia menerima paham, melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan lain dari hasil komunikasi tersebut.
Dengan demikian, maka komunikasi itu pada dasarnya adalah penyampaian dan penerimaan suatu pesan. Pesan itu dapat berbentuk verbal maupun non verbal. Bahkan sering kali keduanya tercampur, orang dapat menyatakan sesuatu dan lebih menekankan apa yang dikatakan dengan suatu gerakan tangan; atau seseorang mengatakan sesuatu tetapi nada suaranya mengingkari apa yang dikatakannya.
              Para ahli komunikasi cenderung untuk sama-sama berpendapat bahwa dalam melancarkan komunikasi lebih baik mempergunakan pendekatan apa yang disebut A-A Procedure atau from Attention to Action Procedure. A-A Procedure ini sebenarnya penyederhanaan dari suatu proses yang disingkat AIDDA. Lengkapnya adalah sebagai berikut:
A = Anttention (Perhatian)
I  =  Interest (Minat)
D =  Desire (Hasrat)
D =  Decision (Keputusan)
A =  Action (Kegiatan)
              Proses tahapan komunikasi ini mengandung maksud bahwa komunikasi hendaknya dimulai dengan membangkitkan perhatian. Dalam hubungan ini komunikator harus menimbulkan daya tarik. Pada dirinya harus terdapat faktor daya tarik komunikator (Source attractiveness) yang membuat orang disekitarnya terpengaruh untuk melihat gerak geriknya dan mendengar ucapannya.
              Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku komunikasi melalui mekanisme daya tarik. Jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya, dengan kata lain pihak komunikan merasa adanya kesamaan antara komunikator dengannya. Sehingga dengan demikian komunikan bersedia untuk taat pada pesan yang dikomunikasikan oleh komunikator. Sikap komunikator yang berusaha menyamakan diri dengan komunikan ini akan menimbulkan simpati komunikan pada komunikator.[6]
  1. Karakteristik Komunikasi
Pengertian komunikasi mempunyai enam karakteristik pokok, yaitu: 1) komunikasi adalah suatu proses; 2) komunikasi adalah upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan; 3) komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat; 4) komunikasi bersifat simbolis; 5) komunikasi bersifat transaksional; 6) komunikasi menembus faktor waktu dan ruang.[7]
Komunikasi adalah suatu proses yang bersifat dinamis. Komunikasi sebagai proses artinya bahwa komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan) secara berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. Sebagai suatu proses, komunikasi tidak bersifat statis, tetapi dinamis dalam arti akan selalu mengalami perubahan dan berlangsung terus menerus. Proses komunikasi melibatkan banyak faktor atau unsur. Faktor yang dimaksud antara lain mencakup pelaku, pesan, media, waktu, tempat, hasil atau akibat yang terjadi, serta situasi atau kondisi pada saat berlangsungnya proses komunikasi.
Komunikasi adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja serta sesuai  dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya. Sadar menunjukkan bahwa kegiatan komunikasi dilakukan dalam kondisi mental-psikologis yang terkendali. Disengaja maksudnya bahwa komunikasi yang dilakukan memang sesuai dengan kemauan dari pelakunya. Sementara tujuan menunjuk pada hasil atau akibat yang ingin dicapai. Kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-pihak yang berkomunikasi sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang dikomunikasikan.
Komunikasi bersifat simbolis, artinya pada dasarnya komunikasi merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang. Adapun lambang yang paling umum adalah bahasa verbal dalam bentuk kata-kata, kalimat-kalimat, angka-angka atau tanda-tanda lainnya. Selain bahasa verbal, ada yang disebut dengan bahasa non-verbal. Bahasa non-verbal menggunakan gestura (gerak tangan, kaki atau bagian lainnya dari tubuh), warna, sikap duduk atau berdiri, jarak, dan berbagai bentuk lambang lainnya.
Komunikasi bersifat transaksional mempunyai arti bahwa pada dasarnya setiap komunikasi itu menuntut adanya dua tindakan, yaitu menerima dan memberi. Dua tindakan tersebut dilakukan secara seimbang oleh masing-masing pelaku. Sedangkan komunikasi menembus waktu dan ruang adalah bahwa para pelaku yang terlibat dalam komunikasi tersebut tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama.
  1. Unsur-unsur Komunikasi
Komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu. Ini artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya beberapa unsur inti, yaitu: sumber, pesan, media, penerima dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi. Adapun unsur-unsur komunikasi tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Sumber, Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender  atau  encoder.
  2. Pesan, Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata massage, content  atau  informasi.[8]
  3. Media, Media adalah alat sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi antar manusia, media yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah pancaindra manusia seperti mata dan teliga. Pesan-pesan yang diterima panca indra selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam tindakan.[9]
  4. Penerima, Penerima adalah  pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber.  Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelempok, partai atau negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggris disebut audience atau receiver. Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan penerima adalah akibat karena adanya sumber. Tidak adanya penerima jika tidak ada sumber. Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang sering kali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau saluran.
  5. Pengaruh atau efek, Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Oleh karena itu, pengaruh ini bisa juga diartikan perubahan atau pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.[10]

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa unsur-unsur komunikasi itu harus ada sumber yaitu pembuat atau pengirim informasi. Kemudian ada pesan yang disampaikan pengirim kepada penerima, media yang digunakan untuk menyampaikan pesan, selanjutnya penerima selaku yang menjadi sasaran pesan yang dikirim, dan harus ada pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan.
  1. Manfaat dan Tujuan Komunikasi
Manfaat komunikasi adalah untuk mengumpulkan dan menyebarkan informasi mengenai kejadian dalam suatu lingkungan (kalau dalam media massa hal ini sebagai penggarapan berita).
Onong Uchjana Effendi dalam buku Dimensi-dimensi Komunikasi mempunyai pendapat sebagai berikut:
a.       Memberikan informasi (Public Information) kepada masyarakat. Karena perilaku menerima informasi merupakan perilaku alamiah masyarakat. Dengan menerima informasi yang benar masyarakat akan merasa aman tentram. Informasi akurat diperlukan oleh beberapa bagian masyarakat untuk bahan dalam pembuatan keputusan. Informasi dapat dikaji secara mendalam sehingga melahirkan teori baru dengan demikian akan menambah perkembangan ilmu pengetahuan. Informasi disampaikan pada masyarakat melalui berbagai tatanan komunikasi, tetapi yang lebih banyak melalui kegiatan mass communication.
b.      Mendidik masyarakat (Publik Education). Kegiatan komunikasi pada masyarakat dengan memberiakan berbagai informasi tidak lain agar masyarakat menjadi lebih baik, lebih maju, lebih berkembang kebudayaannya. Kegiatan mendidik masyarakat dalam arti luas adalah memberikan berbagai informasi yang dapat menambah kemajuan masyarakat dengan tatanan komunikasi massa. Sedangkan kegiatan mendidik masyarakat dalam arti sempit adalah memberikan berbagai informasi dan juga berbagai ilmu pengetahuan melalui berbagai tatanan komunikasi kelompok pada pertemuan-pertemuan, kelas-kelas, dan sebagainya. Tetapi kegiatan mendidik masyarakat yang paling efektif adalah melalui kegiatan Komunikasi Interpersonal antara penyuluh dengan anggota masyarakat, antara guru dengan murid, antara pimpinan dengan bawahan, dan antara orang tua dengan anak-anaknya.
c.       Mempengaruhi masyarakat (Publik Persuasion). Kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat juga dapat dijadikan sarana untuk mempengaruhi masyarakat tersebut ke arah perubahan sikap dan perilaku yang diharapkan. Misalnya mempengaruhi masyarakat untuk mendukung suatu pilihan dalam pemilu dapat dilakukan melalui komunikasi massa dalam bentuk kampanye, propaganda, selebaran-selebaran, spanduk dan sebagainya. Tetapi berdasarkan beberapa penelitian kegiatan mempengaruhi masyarakat akan lebih efektif dilakukan melalui Komunikasi Interpersonal. 
d.      Menghibur masyarakat (Publik Entertainment). Perilaku masyarakat menerima informasi selain untuk memenuhi rasa aman juga menjadi sarana hiburan masyarakat. Apalagi pada masa sekarang ini banyak penyajian informasi melalui sarana seni hiburan.[11]

Selanjutnya tujuan dari komunikasi adalah seperti yang dikemukakan oleh Dan B. Curtis dalam buku Komunikasi Bisnis Profesional sebagai berikut:
Pertama, Memberikan informasi, kepada para klien, kolega, bawahan dan penyelia (supervisor). Kedua, Diberi informasi, karena perilaku diberi informasi merupakan bentuk interaksi komunikasi. Orang atau masyarakat cenderung merasa lebih baik diberi informasi yang diperlukannya atau yang akan diberi jalan masuk menuju informasi tersebut yang merupakan bagian dari keadaan percaya dan rasa aman.
Menolong orang lain, memberikan nasihat kepada orang lain, ataupun berusaha memotivasi orang lain dalam mencapai tujuan.
Selanjutnya ialah menyelesaikan masalah dan membuat keputusan. Karena semakin tinggi kedudukan atau status seseorang maka semakin penting meminta orang lain untuk keahlian teknis sehingga dalam menyelesaikan masalah/membuat keputusan tersebut harus ada komunikasi untuk meminta data sebagai bahan pertimbangan. Yang terakhir, mengevaluasi perilaku secara efektif, yaitu suatu penilaian untuk mengetahui hal-hal yang akan mereka lakukan setelah menerima massage.[12]
Sementara itu menurut Onong Uchjana Effendi dalam buku Dimensi-dimensi Komunikasi, menjelaskan bahwa tujuan komunikasi adalah sebagai berikut:
  1. Perubahan Sosial dan partisipasi sosial. Memberikan berbagai informasi pada masyarakat tujuan akhirnya supaya masyarakat mau mendukung dan ikut serta terhadap tujuan informasi itu disampaikan. Misalnya supaya masyarakat ikut serta dalam pilihan suara pada pemilu atau ikut serta dalam berperilaku sehat, dan sebagainya.
  2. Perubahan Sikap. Kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan supaya masyarakat akan berubah sikapnya. Misalnya kegiatan memberikan informasi mengenai hidup sehat tujuannya adalah supaya masyarakat mengikuti pola hidup sehat dan sikap masyarakat akan positif terhadap pola hidup sehat.
  3. Perubahan pendapat. Memberikan berbagai informasi pada masyarakat tujuan akhirnya supaya masyarakat mau berubah pendapat dan persepsinya terhadap tujuan informasi itu disampaikan, misalnya dalam informasi mengenai pemilu. Terutama informasi mengenai kebijakan pemerinatah yang biasanya selalu mendapat tantangan dari masyarakat maka harus disertai penyampaian informasi yang lengkap supaya pendapat masyarakat dapat terbentuk untuk mendukung kebijakan tersebut. 
  4. Perubahan perilaku. Kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan supaya masyarakat akan berubah perilakunya. Misalnya kegiatan memberikan informasi mengenai hidup sehat tujuannya adalah supaya masyarakat mengikuti pola hidup sehat dan perilaku masyarakat akan positif terhadap pola hidup sehat atau mengikuti perilaku hidup sehat.[13]

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa tujuan komunikasi adalah agar terjadinya perubahan dan partisipasi sosial, adanya perubahan sikap dan juga terjadinya perubahan pendapat serta perubahan perilaku. Setiap interaksi yang terjadi dalam segala aspek kehidupan, tentu tersirat sebuah tujuan diantara komunikator dan komunikan yang saling mempengaruhi satu sama lain.
  1. Bentuk-bentuk Komunikasi
Komunikasi itu sendiri dapat terjadi dalam beberapa bentuk, diantaranya dalam bentuk komunikasi personal (personal communiaction) dan komunikasi kelompok (group communication). Selain itu komunikasi juga dapat bersifat tatap muka dan melalui perantara media lain.[14] Menurut Onong Uchjana Effendy menjelaskan bahwa bentuk-bentuk komunikasi adalah sebagai berikut:
  1. Komunikasi intrapesonal
Komunikasi intrapersonal merupakan komunikasi dengan diri sendiri dengan tujuan untuk berfikir, melakukan penalaran, menganalisis dan merenung. Demikian menurut Effendy tentang pengertian komunikasi  intrapersonal atau komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang berlangsung  dalam diri seseorang.orang itu berperan baik sebagai komunikator maupun sebagai komunikan.[15]
  1. Komunikasi Antarpersonal
Komunikasi antarpersonal  adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.[16]
  1. Komunikasi kelompok
1)      Komunikasi dalam kelompok besar
Komunikasi dalam kelompok besar (large group,massa atau macro group). Tidaklah selalu sama dengan komunikasi  dalam kelompok kecil meskipun setiap kelompok besar pasti terdiri atas beberapa kelompok kecil.hal ini antara lain dikarenakan beberapa hal sebagai berikut:
Komunikasi dalam kelompok besar jumlahnya yang besar (ratusan atau ribuan orang) di mana dalam suatu situasi komunikasi yang sedang berlangsung hampir tidak terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal dan personal karena sedikit sekali kemungkinannya bagi komunikator bertannya jawab.
Situasi dialogis hampir tidak ada. Sebaiknya pembicara senantiasa perlu lebih fokus dalam arah pembicaraannya sehingga pendengar akan dapat mudah mencerna pesan pembicara.
2)      Komunikasi kelompok kecil
Komunikasi kelompok kecil adalah sekumpulan perorangan yang relative kecil yang masing-masing dihubungkan oleh beberapa tujuan yang sama dan mempunyai derajat organisasi tertentu diantara mereka. Contoh : komunikasi antar manager dengan sekumpulan karyawan
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa bentuk-bentuk komunikasi terdiri dari komunikasi intrapesonal, komunikasi antarpersonal, komunikasi kelompok baik komunikasi dalam kelompok besar maupun komunikasi kelompok kecil.
  1. Prinsip-prinsip Komunikasi
Untuk dapat memahami hakikat suatu komunikasi perlu diketahui prinsip dari komunikasi tersebut. Menurut Seiler, ada empat prinsip dasar komunikasi yaitu: suatu proses, suatu sistemek, intraksi dan transaks, dimaksudkan atau tidak dimaksudkan. Masing-masing dari prinsip itu akan dijelaskan berikut ini.
a.       Komunikasi adalah suatu proses
Komunikasi adalah suatu proses dikarenakan merupakan suatu seri kegiatan yang terus-menerus, yang tidak mempunyai permulaan atau akhir dan selalu berubah-ubah. Komunikasi juga bukanlah suatu barang yang dapat di tangkap dengan tangan untuk dapt ditelit.  Komunikasi menurut Seiler lebih merupakan cuaca yang terjadi dari bermacam-macam variabel yang kompleks dan terus berubah. Kadang-kadang cuaca hangat, matahari bersianar, pada waktu yang lain cuaca dingin, berawan dan lembap. Keadaan cuaca merefleksikan  satu pariasi saling berhubungan yang kompleks yang tidak pernah ada publikatnya.
Komunikasi juga melinbatkan suatu variasi saling berhubungan yang kompleks yang tidak pernah ada duplikat dalam cara yang persis sama yaitu : saling berhubungan diantara orang, lingkungan, keterampilan, sikap, status, pengalaman, dan perasaan, semuanya menentukan komunikasi yang terjadi pada suatu waktu tertentu. Contoh: seorang pengawas sedang memperhatikan karyawannya sesuatu pekerjaan. Tiba-tiba pengawas tersebut mengucapkan kata salah, maka karyawan yang sedang bekerja tersebut menghentikan pekerjaannya dan mungkin bertanya dimana letak kesalahannya, atau kalau ia tersebut tahu dimana  letak kesalahannya dia dapat langsung memperbaiki pekerjaannya pada saat diawasi tersebut.[17]
b.      Komunikasi adalah sistem
Seperti kita ketahu diatas bahwa komunkasi terdiri dari beberapa unsur-unsur dan unsur-unsur tersebut mempunyai tugas masing-masing. Tugas dari unsure-unsur itu berhubungan satu sama lain untuk menghasilkan suatu komunikasi. Misalnnya pengirim mempunyai peranan untuk menentukan apa informasi atau apa arti yang dikomunikasikan. Setelah tahu apa arti komunikasi atau informasi yang akan dikirimkan, informasi tersebut perlu diubah ke dalam kode atau sandi-sandi tertentu sesuai dengan aturannya sehingga berupa suatu pesan. Jadi komponen pesan ada kaitannya dengan komponen pengirim. Bila pengririm tidak benar menyandikan arti yang akan dikirim maka terjadilah pesan itu kurang tepat. Kurang tepatnya pesan yang dikirim mempengaruhi komponen penerima dalam menginterperstasikannya. Kaitan komponen pesan dengan saluran misalnya bila pesan disampaikan dengan lisan maka gelombang suara adalah saluran dan ini juga berkaitan dengan si penerima dalam mengikuti pesan yang harus menggunakan pendengarannya dalam menerima pesan tersebut. Begitulah, antara satu komponen yang lain saling berkaitan dab bila terdapat gangguan pada suatu komponen akan berpengaruh pada proses komunikasi secara keseluruhan.[18]
c.       Komunikasi bersifat interaksi dan transaksi
Adapun yang dimaksud dengan istilah interaksi adalah saling bertukar komunikasi. Misalnya seseorang berbicara kepada temannya mengenai sesuatu, kemudian temannya yang mendengar memberikan reaksi atau komentar terhadap apa yang sedang dibicarakan itu. Begitu selanjutnya berlangsung secara teratur ibarat orang yang bermain melempar bola. Seorang melemparkan yang lainnya menangkap kemudian yang menangkap melemparkan kembali keada si pelempar pertama.
Dalam kehidupan sehari-hari komunikasi yang kita lakukan tidak teratur itu prosesnya. Banyak dalam percakapan  tatap muka berlibat dalam proses pengiriman  pesan secara simultan tidak terpisah seperti contoh diatas. Dalam keadaan demikian komunikasi tersebut bersifat transaksi. Sambil menyandikan pesan kita juga menginterprestasikan pesan yang kita terima. Misalnya dalam situasi pengajaran di kelas antara guru dengan murid seringklai memperlihatkan komunikasi transaksi ini. Sambil guru menyampaikan informasi kepada murid atau sedang menjelaskan pengajaran muridpun menyampaikan pesan kepada guru dalam bermacam-macam bentuk. Jadi, kmunikasi yang terjadi antara manusia dapat berupa intraksi dan transaksi.
d.      Komunikasi dapat terjadi  disengaja maupun tidak disengaja
Komunikasi yang disengaja terjadi apabila pesan yang mempunyai maksud tertentu dikirimkan kepada penerima yang dimaksudkan. Misalnya seorang pemimpin bermaksud mengadakan rapat dengan kepala-kepala bagiannya. Apabila pimpinan tersebuut mengirimkan pesan yang berisi undangan rapat kepada kepala-kepala bagiannya, maka itu dinamakan komunikasi disengaja. Tetapi  apabila pesan yang tidak sengaja atau tidak dimaksudkan untuk orang tertentu untuk menerimanya maka itu dinamakan komunikasi tidak disengaja.  Misalnya seseorang memakai warna pakaian yang agak terang yang tidak mempunyai maksud untuk mengirim pesan tertentu, kadang-kaadng diterima secara tidak sengaja sebagai pesan oleh orang lain, karena tanpa disadari orang lain melihat warna pakaian yang dipakainya.
Komunikasi yang ideal terjadi apabila seseorang bermaksud mengirim pesan tertentu terhadap oang lain yang ia inginkan untuk menerimanya. Tetap itu bermulah merupakan jamian bahwa pesan untuk akan efektif, karena tergantung kepada factor lain yang juga ikut berpengaruh kepada proses komunikasi. Kadang-kadang ada juga pesan yang sengaja dikirimkan kepada orang orang yang dimaksudkan tetapi sengaja tidak diterima oleh orang itu. Misalnya orang tua yang berbicara kepda anaknya tetapi anaknya tidak mau mendengarnya.
Ada juga situasi komunikasi yang tidak disengajatetapi diterima oleh orang lain dengan sengaja. Misalnya: dalam suatu kelsa yang hening tiba-tiba seorang murid berdiri maju kedepan mengambil kapur untuk menghisap tinta penanya. Gerakan murid dengan tidak sengaja sebagai pesan itu diterima murid-murid lainnya sebagai pesan karena tiba-tiba temannya yang lain memperhatikan geraknya yang menimbulkan bermacam-macam interprestasi bagi mereka. Dari bermacam-macam contoh diatas jelaslah, bahwa komunikasi itu dapat terjadi disengaja maupun tidak dengan disengaja.[19]
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa prinsip-prinsip komunikasi itu meliputi bahwa komunikasi adalah suatu proses, komunikasi adalah sistem, komunikasi bersifat interaksi dan transaksi dan komunikasi dapat terjadi disengaja maupun tidak disengaja. Prinsip-prinsip ini akan berlaku dalam situasi yang berbeda-beda setiap kali berlangsungnya komunikasi.
  1. Efek Komunikasi       
Komunikasi merupakan sejenis kekuatan sosial yang dapat menggerakkan proses sosial ke arah suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Oleh karena itu, efek atau hasil yang dapat dicapai oleh komunikasi yang dilaksanakan melalui berbagai media (lisan, tulisan, visual/audio visual) perlu dikaji melalui metode tertentu yang bersifat analisis psikologis dan analisis sosial. Yang dimaksud dengan analisis psikologi adalah kekuatan sosial yang merupakan hasil kerja dan berkaitan dengan watak serta kodrat manusia.
Efek komunikasi adalah dampak yang di ikuti dari beragam bentuk pesan atau content, komunikasi yang ditransformasikan dalam interaksi komunikasi atau komunikasi massa. Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa timbul pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu efek melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan  psikologis. Mengenai efek komunikasi ini telah disinggung dimuka, yakni diklasifikasikan sebagai efek kognitif (Cognitive Effect) tidak efektif (Affective Effect) atau efek konatif yang sering disebut efek behavioral (Behavioral Effect)
Efek kognitif berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang tadinya bingung menjadi merasa jelas. Contoh pesan komunikasi melalui media massa yang menimbulkan efek kognitif antara lain berita, tajuk rencana, artikel, acara penerangan, acara pendidikan dan sebagainya.
Berbeda dengan efek kognitif, sedangkan efek efektif berkaitan dengan perasaan, akibat dari membaca surat kabar atau majalah, mendengarkan radio, menonton acara televisi, atau film bioskop, timbul perasaan tertentu pada khalayak. perasaaan akibat terpaan media massa itu bisa bermacam-macam, senang sehingga tertawa terbahak-bahak, sedih sehingga mencucurkan ait mata, takut sampai merinding dan lain-lain perasaan yang hanya bergejolak dalam hati, misalnya perasaan marah, benci, kesal, kecewa, penasaran, sayang, gemas, sinis, kecul dan sebagainya.  Contoh rubrik atau acara media massa yang dapat menimbulkan efek efektif antara lain, pojok, sajak, foto, cerita bergambar, cerita bersambung, sandiwara radio, drama, televisi, cerita film, dan lain-lain sebagainya.[20]
Jadi, Efek konatif bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha, yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan seseorang. Karena berbentuk perilaku, maka sebagaimana disinggung di atas efek konatif sering disebut juga efek behavioral. Seperti contohnya, setiap perilaku dari individual maupun kelompok yang menunjukkan adanya niat, tekad, upaya, atau usaha ingin mendapatkan sesuatu.



[1]Astrid. S. Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Bina Cipta, 1947),    hal. 67.
[2]Onong Uchjana Effendy, Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 9.
[3]Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hal. 745.
[4]Onong Uchjana Effendy, Komunikasi Teori…, hal. 10.
[5]Suranto, Komunikasi Perkantoran, Yogyakarta : Media Wacana, 2005,  hal. 30.
[6]Onong Uchjana Effendy, Komunikasi Teori…, hal. 304.
[7]http://imasarahnabila.blogspot.com/2012/08/pengertian-dan-karakteristik-ilmu.html, Diakses Tanggal. 30 November 2016.
[8]Hafied Canggara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008),  hal. 22-24.
[9]Hafied Canggara, Pengantar Ilmu Komunikasi…, hal. 123-126.
[10]Hafied Canggara, Pengantar Ilmu Komunikasi…, hal. 22-27.
[11]Onong Uchjana Effendi, Dimensi-dimensi Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju, 2004), hal. 214.

[12]Dan B. Curtis, James J. Floyd, Komunikasi Bisnis dan Profesional, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 1992), hal. 9.

[13]Onong Uchjana Effendi, Dimensi-dimensi Komunikasi…, hal. 221.
[14]Deni Darmawan, Teknologi Informasi dan Komunikasi, (Bandung: Arum Mandiri Press, 2007), hal. 65.
[15]Onong Uchjana Effendi, Komunikasi Teori…, hal. 57.
[16]Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi…, hal. 59-60.
[17]Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hal. 20.
[18]Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi…, hal. 20.
[19]Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi…, hal. 22.
[20]Onong Uchjana Efendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993), hal. 318.

No comments:

Post a Comment