Friday, October 20, 2017

Kebiasaan Merokok Dikalangan Usia Anak Sekolah


Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan, prevalensi perokok remaja pada tahun 2013 naik menjadi 19 persen. Jumlah perokok anak makin tahun semakin meningkat. Bahkan selama 12 tahun diperkirakan jumlah perokok anak meningkat 6 kali lipat. Tren perokok anak dan remaja semakin mengkhawatirkan. Bila dibandingkan, data Riskesdas 1995 menunjukkan ada 71.126 perokok anak di Indonesia (10-14 tahun), sedangkan tahun 2007 meningkat menjadi 426.214 orang. Sedangkan untuk remaja (15-19 tahun), data Riskesdas 2010 menunjukkan 19 persen remaja Indonesia telah merokok. Data tersebut juga menunjukkan, karakter perokok Indonesia yang biasanya sudah mulai menghisap tembakau pada usia 14-19 tahun.[1]
Merokok sudah menjadi kebiasaan di segala usia dan mungkin bagi mereka yang sudah kecanduan merokok adalah suatu kebutuhan yang harus di penuhi. Tak terkecuali di usia sekolah banyak anak yang menghisap rokok dengan santai dan harus menghabiskan uang saku hanya untuk membeli sebatang rokok. Kebiasaan merokok di kalangan pelajar disebabkan oleh bujukan teman, melihat iklan di televisi, bergaul dengan orang-orang yang suka merokok, kurangnya informasi tentang bahaya merokok. Diperoleh dari hasil angket yayasan jantung Indonesia, sebanyak 77% pelajar merokok karena ditawari teman dan ingin mencoba merasakan nikmatnya rokok. Kebanyakan pelajar beranggapan bahwa dengan merokok mereka bisa lebih keren, terlihat lebih dewasa, lebih percaya diri, dapat meningkatkan prestasi belajar, dapat menghangatkan tubuh, dsb. Ternyata, pendapat itu salah, merokok mengakibatkan wajah menjadi pucat, gigi kuning kehitaman, bibir hitam, mata agak merah dan berair, bau mulut dan bau badan tidak sedap, dan menimbulkan berbagai macam penyakit karena kandungan zat berbahaya yang ada dalam rokok.[2]
Realita sebagaimana didapatkan atau ditemui di jalan-jalan, baik di kota besar dan kota kecil di mana para pelajar dengan santainya merokok seolah itu bukan perbuatan yang buruk. Dapat ditemukan mereka di berbagai tempat, seperti kafe, terminal, kendaraan umum atau bahkan di sekitar sekolah mereka sendiri. Orang yang mengerti dan sadar tentang kesehatan pastinya akan prihatin dengan keadaan seperti ini. Merokok itu jelas merugikan kesehatan, namun selain itu ada kerugian lainnya, yakni masalah ekonomi. Para pelajar pada umumnya adalah orang-orang yang masih tergantung secara ekonomi kepada orang tua. Hal ini tentu saja akan menambah berat beban yang harus ditanggung orang tua. Terlebih saat ini banyak juga wanita dan remaja putri yang merokok.
Merokok saat remaja membuatnya berisiko terkena masalah kesehatan yang serius karena masih berada pada usia pertumbuhan. Rokok tidak hanya menyebabkan masalah kesehatan pada tingkat fisik namun juga emosionalnya. Bahkan para ahli mengungkapkan risiko kesehatan merokok pada remaja jauh lebih buruk dibanding dengan orang dewasa yang merokok. Berikut ini beberapa masalah yang bisa muncul jika remaja merokok yang bisa terlihat dari penampilannya
  1. Mengganggu performa di sekolah
Remaja yang merokok akan mengalami penurunan dalam nilai olahraganya karena tidak bisa berjalan jauh atau berlari cepat seperti sebelum merokok. Jika ikut ekstrakulikuler musik akan membuatnya tidak maksimal saat main musik, serta menurunkan kemampuan memori otaknya dalam belajar yang bisa mempengaruhi nilai-nilai pelajarannya.
  1. Perkembangan paru-paru terganggu
Tubuh berkembang pada tahap pertumbuhannya, dan jika seseorang merokok pada periode ini bisa mengganggu perkembangan paru-parunya. Terlebih jika remaja merokok setiap hari maka bisa membuatnya sesak napas, batuk yang terus menerus, dahak berlebihan dan lebih mudah terkena pilek berkali-kali.
  1. Lebih sulit sembuh saat sakit
Ketika remaja sakit maka akan lebih sulit untuk bisa kembali sehat seperti semula karena rokok mempengaruhi sistem imun dalam tubuh. Rokok juga memicu masalah jantung di usia muda serta mengurangi kekuatan tulang.
  1. Kecanduan
Remaja yang merokok cenderung jauh lebih mungkin menjadi kecanduan terhadap nikotin yang membuatnya lebih sulit untuk berhenti. Saat ia memutuskan untuk berhenti merokok, mka gejala penarikan seperti depresi, insomnia, mudah marah dan masalah mentalnya bisa berdampak negatif pada kinerja sekolah serta perilakunya.
  1. Terlihat lebih tua dari usianya
Orang yang mulai merokok di usia muda akan mengalami proses penuaan lebih cepat, ia akan memiliki garis-garis di wajah serya kulit lebih kering sehingga penampilannya akan lebih tua dibanding usianya.[3]

Selain itu rokok juga membuat remaja memiliki jerawat atau masalah kulit lainnya, serta gigi yang kuning. Bahaya merokok bagi pelajar diantaranya dapat meningkatkan resiko kanker paru-paru dan penyakit jantung di usia yang masih muda. Selain itu kesehatan kulit tiga kali lipat lebih beresiko terdapat keriput di sekitar mata dan mulut. Kulit akan menua sebelum waktunya atau biasa disebut penuaan dini. Jangan menganggap merokok bisa membantu menghilangkan stress saat ujian. Bukti medis menunjukkan bahwa merokok tidak menenangkan. Ini hanya efek sementara nikotin yang memberikan rasa tenang sesaat. Setelah itu jika sudah selesai merokok stress akan kembali lagi.
Indonesia merupakan salah satu Negara dengan luas perkebunan tembakau terbesar di dunia. Hal ini berbanding lurus dengan tingkat konsumsi tembakau yang juga menduduki salah satu peringkat tertinggi di dunia. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika sepertiga (34%) populasi Indonesia diestimasikan merokok.
Kebiasaan merokok bukan hanya menjadi permasalahan yang dominan terjadi pada kalangan dewasa akan tetapi telah menjadi fenomena baru bagi para remaja dan bahkan anak-anak. Kebanyakan perokok dewasa memulai perilaku merokok pada masa remaja. Riset Kesehatan Dasar, mendeteksi bahwa mayoritas perokok telah mencoba merokok mulai usia remaja. Bahkan, di kalangan remaja laki-laki tersebar opini bahwa lelaki yang tidak merokok dianggap golongan banci. Sebaliknya, di kalangan remaja perempuan beredar pandangan bahwa untuk mencapai emansipasi (kesetaraan) dengan kaum laki-laki maka dapat ditunjukkan melalui perilaku merokok.[4]
Sebagian besar remaja yang merokok masih didominansi oleh laki-laki. Rasio perilaku merokok berdasarkan jenis kelamin remaja di Indonesia adalah 12:1 pada remaja laki-laki dibandingkan perempuan. Hal ini memperlihatkan bahwa pada laki-laki aktivitas merokok merupakan salah satu cara untuk mencari serta membuktikan jati diri. Hal ini sesuai dengan karakteristik tahapan usia remaja yang diantaranya meliputi isu biologi, psikologi dan sosial dalam diri seorang remaja. Hal inilah yang menjadi pemicu mulainya perilaku merokok pada awal masa remaja.
Kebiasaan merokok bagi sebagian orang merupakan suatu hal yang nikmat apabila dilakukan, tetapi tidak bagi orang lain. Meskipun semua orang mengetahui bahaya yang ditimbulkan dari merokok, perilaku merokok tetap membudaya pada sebagian orang. Hal ini dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari seperti di lingkungan rumah, kantor, angkutan umum, maupun di jalan-jalan. Hampir setiap saat di setiap tempat kita menjumpai orang merokok. Bahaya yang ditimbulkan dari merokok sangat banyak bagi kesehatan.
Hal yang memperihantikan adalah usia pertama kali merokok semakin lama semakin muda. Jika dahulu orang mulai berani merokok biasanya pada saat SMA, tapi sekarang sudah sampai pada tingkatan anak SMP atau bahkan anak-anak SD sudah mulai merokok secara diam-diam. Tindakan merokok pada anak-anak di bawah umur merupakan satu tindakan kenakalan. Jika dilihat kebelakang yang menyebabkan anak-anak sekolah dasar yang ada di desa hungayonaa masuk dalam budaya merokok sangatlah banyak. Faktor seperti pengaruh orang tua, teman, iklan, serta kepribadian mereka menyebabkan terjerumus dalam budaya merokok.
Siswa yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, di mana orang tua tidak memperhatinkan anak dan suka memberi hukuman fisik, lebih mudah menjadi perokok dibandingkan dengan yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia. Remaja maupun anak-anak yang berasal dari keluarga yang menekankan nilai-nilai sosial dan agama dengan baik lebih sulit untuk terlibat dengan rokok/tembakau/obat-obatan dibandingkan dengan remaja atau anak-anak yang berasal dari keluarga yang permisif dengan penekanan falsafah “kerjakan urusanmu sendiri-sendiri”. Selain itu, perilaku merokok mudah didapati pada mereka yang ayah atau ibunya merokok pula. Tindakan merokok dapat disebabkan karena mencontoh tindakan orang tua mereka.
Namun, pergaulan dapat pula ditanding sebagai penyebab perilaku merokok. Biasanya remaja atau anak-anak menjadi perokok karena lingkungan pergaulan yang mengajarkan. Mereka yang tidak mau merokok dikatakan “banci” jika dia seorang laki-laki. Ejekan itulah yang mendorong remaja atau anak-anak ikut merokok bersama teman-temannya hanya sekedar menunjukan bahwa dia adalah laki-laki. Ada pula orang merokok hanya karena alasan ingin tahu atau hanya sekedar ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa. Dalam hal ini faktor kepribadianlah yang menyebabkan orang merokok.


[3]http://science-student14.blogspot.co.id/2013/04/bahaya-merokok-bagi-remaja.html, Diakses Tanggal 13 Agustus 2017.
[4]Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Riset Kesehatan Dasar 2010, (Jakarta: Kemenkes RI, 2010).

No comments:

Post a Comment