Friday, October 27, 2017

Nilai Pendidikan Berpikir Dewasa dan Tidak Egois dalam Musyawarah

Setiap peserta rapat haruslah mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain tanpa menyela orang yang sedang mengemukakan pendapat. Bila tidak setuju dengan pendapat yang dikemukakan, peserta lain boleh menanggapinya tetapi dengan cara yang sopan dan tidak mengandung unsur emosi karena hanya kan menimbulkan permasalahan. Berjiwa besar serta lapang dada melaksanakan hasil keputusan dengan rasa penuh tanggung jawab. 
Persamaan hak dalam penyelesaian permasalahan dengan bermusyawarah ialah bahwa seluruh peserta musyawarah diberikan hak yang sama untuk mengemukakan pendapatnya. Mereka diberikan kebebasan untuk mengungkapkan ide atau gagasan tanpa ada paksaan atau tekanan dari pihak lain.[1]
Musyawarah atau mufakat harus dibiasakan dalam setiap pengambilan keputusan bersama. Upaya mencapai kata mufakat bukanlah perkara yang mudah. Tercapainya mufakat membutuhkan pengorbanan dari semua pihak. Pihak yang merasa pendapatnya tidak dilaksanakan harus bisa berlapang dada dan mau mematuhi serta melaksanakan keputusan yang diambil dalam rapat, meskipun secara pribadi tidak mendukung keputusan yang telah ditetapkan bersama.
Agar kata mufakat dapat dicapai dengan baik maka masing-masing pihak yang bermusyawarah harus bisa menyadari hal-hal sebagai berikut:
  1. Masalah yang dihadapi adalah masalah bersama
  2. Setiap anggota musyawarah mempunyai kedudukan yang sama sehingga mempunyai peran yang sama dalam penyelesaian masalah.
  3. Musyawarah adalah untuk kepentingan bersama sehingga kepentingan bersama harus didahulukan dari pada kepentingan pribadi maupun golongan.
Setelah keputusan diambil dalam musyawarah, maka keputusan itu bukan menjadi milik perorangan, tetapi sudah menjadi milik bersama. Keputusan bersama harus dipatuhi dan dilaksanakan bersama. Akibat dari keputusan itu juga menjadi tanggung jawab bersama. Jika hasil pelaksanaan membawa kebaikan, maka kebaikan tersebut menjadi milik bersama. Dan sebaliknya, jika pelaksanaan hasil muyawarah tidak sesuai dengan yang diinginkan maka resiko itu harus dipertanggungjawabkan secara bersama-sama. Keputusan bersama merupakan hasil dari keputusan yang diambil dalam musyawarah, atau merupakan kesepakatan bersama yang diperoleh dari musyawarah. Keputusan bersama tersebut dapat berupa keputusan secara lisan maupun tertulis.[2]
Musyawarah kebanyakan dalam masyarakat dilakukan secara langsung (tatap muka), artinya masyarakat bertemu dalam satu waktu dan ruang untuk mendiskusikan sesuatu secara bersama. Karena antara yang satu dengan yang lainnya saling bertatap muka, maka dapat mempererat hubungan dalam masyarakat. Karena ketika melakukan tatap muka, secara otomatis masyarakat akan memperhatikan satu sama lainnya dan dapat meningkatkan keingin tahuan untuk saling mengerti, memahami dan mengenal. Kemudian dalam tatap muka juga dapat membentuk pribadi, mengenal lebih dalam jati diri karena mendapatkan kritik dan saran atas pendapat yang diberikan, sehingga dapat menjadi pribadi yang lebih baik. Selain itu, dalam tatap muka dapat secara bersama-sama mempelajari permasalahan yang ada, sehingga dapat bertukar pikiran dan mendapatkan feedback secara langsung dan cepat. Tetapi jika tidak berhati-hati ketika melakukan musyawarah secara langsung, yang terjadi adalah konflik. Misalnya ketika memberikan pendapat dan pendapat tersebut tidak diterima dengan baik. Mungkin saja dari cara anggota lain menanggapi pendapat kurang sopan atau terlalu memaksakan pendapat harus diterima. Hal ini dapat mengakibatkan konflik, tidak hanya konflik mulut tetapi sampai pada konflik fisik. Sehingga sebaiknya antar anggota dapat saling memahami satu sama lain, tidak mementingkan egonya masing-masing, tetapi memperhatikan kepentingan bersama.

Musyawarah secara khusus dapat mempengaruhi masyarakat dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya. Dalam kehidupan ekonomi dan politik, musyawarah sangat diperlukan untuk mengurangi terjadinya kesalahpahaman penggunaan jabatan dan uang. Seperti yang diketahui, sekarang telah banyak terjadi kasus korupsi dari para pejabat. Hal ini dapat terjadi karena adanya persaingan antara yang satu dengan yang lain, yang kurang mengenal satu sama lain. Selain itu, seharusnya ketika mengambil keputusan dalm penggunaan uang, sebaiknya hal tersebut dapat dimusyawarahkan dengan baik untuk pengurangan kasus korupsi. Kemudian dalam kehidupan sosial, kehidupan sosial merupakan lingkungan pertama yang diadapi. Lingkungan sosial yang pertama yaitu keluarga, kemudian sekolah, tempat tinggal dan selanjutnya. Dalam kehidupan sosial, karena telah banyak mendapatkan informasi, maka terkadang hal tersebut justru mengakibatkan timbulnya prasangka buruk yang kemudian ketika dalam kehidupan bermasyarakat menyebabkan kesalahpahaman. Disinilah peran pemimpin masyarakat untuk mengajak warganya untuk bermusyawarah ketika terjadi kesalahpahaman. Selanjutnya musyawarah dalam kehidupan budaya, budaya biasanya menjadi hal yang sangat sensitif untuk dibicarakan, sehingga terkadang ketika mengalami kesalahpahaman mengenai kebudayaan, seseorang akan lebih cepat emosi dalam menanggapinya. Perbedaan budaya di Negara kita sebaiknya dapat menjadi keragaman, tetapi terkadang kebudayaan tersebut justru menjadi suatu hal yang sangat mengancam untuk masing-masing kelompok budaya. Terjadinya hal ini karena kurangnya pemahaman antara yang satu dan yang lainnya. Maka sebaiknya musyawarah dilakukan untuk mencapai kepentingan bersama yang tidak merugikan pihak manapun.
Tidak setiap orang mampu bermusyawarah dengan orang lain. Hanya orang yang di dalam jiwanya telah tumbuh nilai mawaddah dan mahabbah-lah yang mampu menyimpan egonya untuk mendengarkan saran dan nasihat orang lain. Orang yang selalu membiasakan musyawarah tidak akan pernah menyesal atas setiap keputusan yang diambilnya, karena ia merupakan saripati dari pemikiran dan pertimbangan yang matang.[3]
Dengan demikian, maka dalam bermusyawarah setiap orang atau peserta musyawarah harus menjunjung etika, menghargai pendapat orang lain, mengakui kelemahan diri sendiri, dan mengakui kelebihan orang lain. Orang yang bermusyawarah harus mampu menahan diri dari sikap ingin menang sendiri. Pertukaran pendapat dan argumentasi dalam musyawarah hanya dimaksudkan untuk meraih kebaikan. Karenanya, tidak ada kelompok yang kalah atau menang. Kemenangan adalah ketika keputusan terbaik telah dihasilkan oleh musyawarah. Di sinilah pentingnya pemahaman setiap peserta terhadap fungsi dan esensi musyawarah yang lebih mengedepankan sikap saling pengertian daripada perdebatan yang berkepanjangan.




[3]https://www.facebook.com/EightishadBlog/posts/581630705226476, Diakses Tanggal 26 Mei 2014.

No comments:

Post a Comment