Tuesday, October 24, 2017

Pengertian Micro Teaching

Sebagai bentuk upaya meningkatkan kualitas pembelajaran, seorang pendidik maupun calon pendidik harus mampu menguasai materi-materi dan tata kelola sebuah kelas dalam proses teaching learning. Penguasaan ini diperoleh melalui latihan atau praktek baik sesama calon guru ataupun praktek langsung dilapangan. Kegiatan semacam ini dikenal dengan micro teaching yang oleh para pakar dalam memberi pengertian saling berbeda-beda namun intinya sama.
Micro teaching berasal dari bahasa Inggris, yaitu micro dan teaching. Secara etimologi micro (mikro) berarti kecil, tipis, sempit dan berkaitan dengan jumlah yang sedikit atau ukuran yang kecil.[1] Sedangkan teching artinya mengajar atau ajaran.[2] Dengan demikian secara bahasa micro teaching dapat diartikan dengan mengajar pada siswa atau peserta dalam jumlah yang sedikit atau kecil.
Micro berarti kecil, terbatas, sempit, sedangkan teaching berarti mengajar. Pengajaran mikro (micro teaching) adalah suatu situasi pengajaran yang dilaksanakan dalam waktu dan jumlah siswa yang terbatas, yakni selama 4 sampai 20 menit dengan jumlah siswa sebanyak 3 sampai 10 orang. Micro teaching merupakan bentuk pengajaran yang sederhana, di mana calon guru atau peserta didik berada dalam suatu lingkungan yang terbatas dan terkontrol. Guru mengajarkan hanya satu konsep dengan menggunakan satu atau dua ketrampilan mengajar.[3]
Menurut Roestiyah bahwa salah satu usaha perbaikan dalam bidang praktek kependidikan yaitu dalam cara dan hasil kerja sebagai guru, dimana memerlukan pengetahuan, ketrampilan serta sikap tertentu untuk menjadi guru profesional yang berbeda dengan profesi lain, dengan jalan melaksanakan micro teaching.[4]
Laughlin dan Moulton dalam Hasibuan mendefinisikan micro teaching (pengajaran mikro) adalah sebuah metode latihan penampilan yang dirancang secara jelas dengan jalan mengisolasi bagian-bagian komponen dari proses mengajar, sehingga guru (calon guru) dapat menguasasi setiap komponen satu persatu dalam situasi mengajar yang disederhanakan.[5]
Sukirman mengatakan micro teaching adalah sebuah pembelajaran dengan salah satu pendekatan atau cara untuk melatih penampilan mengajar yang dilakukan secara “micro” atau disederhanakan.[6] Penyederhanaan disini terkait dengan setiap komponen pembelajaran, misalnya dari segi waktu, materi, jumlah siswa, jenis keterampilan dasar mengajar yang dilatihkan, penggunaan metode dan media pembelajaran, dan unsur-unsur pembelajaran lainnya.
Selanjutnya Hamalik mengatakan pengajaran mikro merupakan teknik baru dan menjadi bagian dalam pembaruan. Penggunaan pengajaran mikro dalam rangka mengembangkan keterampilan mengajar calon guru atau sebagai usaha peningkatan, adalah suatu cara baru terutama dalam sistem pendidikan guru di negera kita.[7] Sedangkan Sardiman mengatakan micro teaching adalah meningkatkan performance yang menyangkut keterampilan dalam mengajar atau latihan mengelola interaksi belajar mengajar.[8]
Menurut Zainal Asril, bahwa micro teaching merupakan salah satu mata kuliah berbobot 2 sks yang harus diikuti oleh seluruh mahasiswa dari semua jurusan di Fakultas Kependidikan dan Keguruan.[9] Menurut Mc. Knight, bahwa micro teaching adalah kegiatan guru atau calon guru yang sedang berlatih mengajar sejumlah kecil peserta didik, dengan waktu 10 sampai 15 menit yang kadang-kadang direkam dengan Video Tape Recorder (VTR) untuk diobservasi oleh praktikan bersama-sama dengan supervisor.[10] Micro teaching merupakan suatu latihan mengajar permulaan bagi guru atau calon guru dengan scope latihan dan audience yang lebih kecil dan dapat dilaksanakan di lingkungan teman-teman setingkat di bawah bimbingan dosen.
Memahami pendapat-pendapat dia atas, pengajaran mikro pada dasarnya merupakan suatu metode pembelajaran berdasarkan performa yang tekniknya dilakukan dengan cara melatihkan komponen-komponen kompetensi dasar mengajar dalam proses pembelajaran, sehingga calon guru benar-benar mampu menguasai setiap komponen satu persatu atau beberapa komponen secara terpadu dalam situasi pembelajaran yang disederhanakan.
Dengan demikian, dalam micro teaching bagian sangat penting adalah praktik mengajar sebagai bentuk nyata ditampilkannya kompetensi yang telah dibekalkan kepada calon pendidik. Pada umumnya praktik micro teaching dilakukan dengan model peer-teaching (pembelajaran bersama teman sejawat), karena model ini fleksibel dilaksanakan sebelum melakukan real-teaching dalam kelas yang sesungguhnya. Dalam micro teaching calon pendidik dapat berlatih unjuk kebolehan dengan kompetensi dasar mengajar secara terbatas dan secara terpadu dari beberapa kompetensi dasar mengajar dengan kompetensi (tujuan), materi, peserta didik, dan waktu yang relatif dibatasi (dimikrokan).
Agar persiapan pembentukan pribadi calon guru tersebut semakin mantap, pelaksanaan pengajaran mikro dilaksanakan berulang-ulang sehingga calon guru memperoleh kesiapan mental yang memadai. Tanpa kesiapan yang memadai, mahasiswa akan menemui kesulitan ketika praktek pembelajaran di depan kelas yang sesungguhnya. Oleh karena itu, pengajaran mikro dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai keadaan kelas yang akan digunakan sebagai kelas praktek pembelajaran. Dapat pula menghadirkan siswa yang sesungguhnya ke dalam kelas mikro. Ini tentu akan lebih mendekati kelas aslinya daripada yag menjadi siswa itu teman mahasiswa itu sendiri. Dengan pembentukan kesiapan mental melalui pengajaran mikro, tugas mahasiswa dalam melaksanakan praktek mengajar diharapkan akan berhasil.
Dari beberapa uraian di atas dapat simpulkan bahwa, micro teaching adalah suatu strategi yang telah dimodifikasi secara khusus untuk memberikan pelatihan mengajar  terhadap para calon pendidik (guru) dengan tujuan untuk mengembangkan keterampilan dasar mengajar seorang calon pendidik, dalam bentuk pengajaran mikro (skala kecil), dengan menyederhanakan atau memperkecil aspek pembelajarannya seperti jumlah murid, waktu dan materinya, sehingga para calon pendidik dapat memahami kelebihan dan kelemahan yang dimilikinya, serta dapat memperbaiki kelemahan dan mengembangkan kemampuan tersebut agar dapat menjadi seorang pendidik (guru) yang professional.



[1]Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 742.

[2]John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2003),  h. 581.

[3]Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 167

[4]Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 25

[5]J.J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 44

[6]Dadang Sukirman, Pembelajaran Micro Teaching, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, 2012), h. 21.

[7]Oemar Hamalik, Pendidikan Guru…, h. 144.

[8]Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 189.

[9]Zaenal Asril, Micro Teaching Disertai Dengan Pedoman Pengalaman Lapangan (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 44.

[10]Harun Joko, dkk, Pedoman Praktik Pembelajaran Micro Teaching, (Surakarta: FKIP-UMS, 2014), h. 2.

No comments:

Post a Comment