Saturday, October 21, 2017

Keutamaan Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Wafatnya

A.    Keutamaan-keutamaan Abu Bakar Ash-Shiddiq
1.      Salah Satu Dari 10 Sahabat Yang Dijamin Masuk Surga
Menurut Shalahuddin Mahmud As-Sa’id, Abu Bakar merupakan sahabat yang pertama kali masuk Islam dari kalangan laki-laki, belia selalu mantap dan tidak pernah ragu-ragu untuk menerima dan merespon seruan Rasulullah SAW. Dengan perantara beliau jugalah sekolompok orang masuk Islam ketika ia ajak seru untuk masuk Islam, karena kecintaan mereka kepadanya. Di antara orang yang masuk Islam di tangannya ada lima orang yang dijamin masuk surga, yaitu: Utsman bin Affan, Sa’ad bin Abi Waqash, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan Thalhah bin Ubaidillah.
Abu Bakar adalah manusia yang paling sering menyertai Nabi Muhammad SAW. Ia memiliki pengorbanan yang besar dalam rangka ikut menyebarkan dakwah Islamiyah. Abu Bakar telah mengorbankan jiwa, harta, waktu dan semua yang dimilikinya. Ia merupakan penolong Rasulullah SAW dan menjadi khalifah setelahnya. Ia menyaksikan semua peristiwa bersama Rasulullah SAW dan ia adalah juga termasuk salah satu di antara 10 sahabat yang dijamin masuk surga.[1]
2.      Mendapat Salam dari Allah Melalui Jibril as
Dalam hadist Ibnu Umar, Nabi Muhammad SAW sedang duduk-duduk dan ada Abu Bakar di sampingnya. Abu Bakar mengenakan sebuah pakaian yang dia ikatkan dengan dua buah batang kayu. Jibril as turun dari langit dan menyampaikan salam dari Allah kepada Nabi Muhammad SAW, kemudian dia bertanya “Ya Rasulullah SAW, kenapa aku melihat Abu Bakar mengenakan sebuah pakaian yang diikatkan dengan dua buah batang kayu?” Nabi Muhammad SAW memberitahu Jibril “Ya Jibril, semua yang dimiliki orang ini telah dibelanjakan untukku dan Islam sehingga sekarang dia tak punya apa-apa dan itulah mengapa kau melihatnya dalam kondisi seperti ini. ”Jibril as berkata “Ya Muhammad SAW, sampaikanlah salam dari Allah kepada orang ini dan sampaikan padanya bahwa Tuhanmu berfirman: ‘Wahai Abu Bakar, katakanlah, apakah kau merasa senang kepada Tuhanmu dalam kemiskinan ini atau apakah kau tidak senang dan kecewa kepada Tuhanmu?’
Nabi SAW menyampaikan pesan dan salam dari Allah kepada Abu Bakar. Kemudian dia bertanya kepadanya “Wahai Abu Bakar, apakah kau merasa senang kepada Allah dengan kemiskinan ini atau apakah kau tidak senang kepada Allah?” Air mata Abu Bakar mulai mengalir dan dia menjawab “Ya Rasulullah, apakah Abu Bakar marah kepada Tuhannya? Karena Abu Bakar tidak pernah marah kepada Tuhannya. Abu Bakar merasa senang dengan Allah, Abu Bakar merasa senang dengan Allah, Abu Bakar merasa senang dengan Allah dalam kemiskinan ini.”[2]
3.      Manusia Terbaik Setelah Nabi Muhammad SAW
Tidak dipungkiri bahwa Abu Bakar adalah maunsia terbaik setelah Rasulullah SAW di kalangan umat beliau, ada beberapa hadits yang menerangkan hal itu, di antaranya diriwayatkan dari Ibnu Umar ra, yaitu:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كُنَّا نُخَيِّرُ بَيْنَ النَّاسِ فِي زَمَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنُخَيِّرُ أَبَا بَكْرٍ ثُمَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ ثُمَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ

Artinya: Dari Ibnu Umar ra. Ia berkata “Kami pernah memilih orang terbaik di masa Nabi SAW. Kami pun memilih Abu Bakar, setelah itu Umar bin Khattab, lalu ‘Utsman bin Affan Radhiallahu’anhu”. (HR. Bukhari).[3]

Dari hadits di atas jelas menunjukkan bahwa Abu Bakar adalah orang terbaik di masa Nabi SAW setelah beliau.
4.      Orang Laki-laki Yang Paling Dicintai Oleh Rasulullah dan Orang yang Besar Jasa-jasanya Terhadap Islam
Abu Bakar merupakan orang yang paling dicintai oleh Rasulullah SAW setelah Aisyah Ummul Mu’minin ra. Berkanaan dengan hal ini Amr bin Ash pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, yaitu:
أَيُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَيْكَ قَالَ عَائِشَةُ قُلْتُ مِنْ الرِّجَالِ قَالَ أَبُوهَا قُلْتُ ثُمَّ مَنْ قَالَ عُمَرُ فَعَدَّ رِجَالًا

Artinya: “Siapa orang yang kau cintai?. Rasulullah menjawab: ‘Aisyah’. Aku bertanya lagi: ‘Kalau laki-laki?’. Beliau menjawab: ‘Ayahnya Aisyah’ (yaitu Abu Bakar)”. (HR. Muslim).[4]

5.      Orang yang Besar Jasa-jasanya Terhadap Islam
Abu Bakar ash-Shiddiq merupakan salah satu dari sahabat-sahabat Rasulullah SAW yang begitu besar jasanya terhadap Islam, di antaranya yaitu:
  1. Jasanya yang paling besar adalah masuknya ia ke dalam Islam paling pertama.
  2. Hijrahnya beliau bersama Nabi Muhammad SAW
  3. Ketegaran beliau ketika hari wafatnya Nabi Muhammad SAW
  4. Sebelum terjadi hijrah, beliau telah membebaskan 70 orang yang disiksa orang kafir karena alasan bertauhid kepada Allah Swt. Di antara mereka adalah Bilal bin Rabbaah, ‘Amir bin Fahirah, Zunairah, Al Hindiyyah dan anaknya, budaknya Bani Mu’ammal, Ummu ‘Ubais
  5. Salah satu jasanya yang terbesar ialah ketika menjadi khalifah beliau memerangi orang-orang murtad
  6. Musailamah Al-Kadzab dibunuh di masa pemerintahan beliau
  7. Memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan al-Qur’an.[5]

Masa kekhalifahan Abu Bakar untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada kepemerintahan Madinah. Mereka menganggap perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad SAW dengan sendirinya batal setelah Nabi wafat. Karena itu, mereka menantang Abu Bakar. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan, Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut perang riddah (perang melawan kemurtadan).[6]
Senada dengan pendapat di atas, dalam sumber yang lain dijelaskan bahwa pada masa pemerintahan Abu Bakar selama kurang lebih dua tahun di dalam pengembangan Islam, antara lain:
  1. Perbaikan sosial (masyarakat)
  2. Perluasan dan pengembangan wilayah Islam
  3. Mengumpulkan ayat-ayat al Qur’an
  4. Sebagai kepala negara dan pemimpin umat Islam
  5. Meningkatkan kesejahteraan umat perbaikan sosial yang dilakukan Abu Bakar, ialah usaha untuk menciptakan stabilitas wilayah Islam dengan berhasilnya mengamankan Tanah Arab dari para penyelewengan (orang murtad, nabi palsu dan orang yang enggan membayar zakat).  Adapun usaha yang ditempuh untuk perluasan dan pengembangan wilayah Islam Abu Bakar melakukan perluasan wilayah luar jazirah Arab. Daerah yang dituju adalah Iraq dan Syria yamg berbatasan langsung dengan wilayah kekuasan Islam.[7]

Perbaikan sosial yang dilakukan Abu Bakar Ash-Shiddiq ialah usaha untuk menciptakan stabilitas wilayah Islam dengan berhasilnya mengamankan tanah Arab dari para penyeleweng (orang-orang murtad, nabi-nabi palsu dan orang-orang yang enggan membayar zakat). Adapun usaha yang ditempuh untuk perluasan dan pengembangan wilayah Islam Abu Bakar melakukan perluasan wilayah ke luar Jazirah Arab. Daerah yang dituju adalah Irak dan Suriah yang berbatasan langsung dengan wilayah kekuasaan Islam. Kedua daerah itu menurut Abu Bakar harus ditaklukkan dengan tujuan untuk memantapkan keamanan wilayah Islam dari serbuan dua adikuasa, yaitu Persia dan Bizantium. Untuk ekspansi ke Irak dipimpin oleh Khalid bin Walid, sedangkan ke Suriah dipimpin tiga panglima yaitu Amr bin Ash, Yazid bin Abu Sufyan dan Surahbil bin Hasanah. Sedangkan usaha yang ditempuh untuk pengumpulan ayat-ayat al-Qur'an adalah atas usul dari sahabat Umar bin Khattab yang merasa khawatir kehilangan al-Qur'an setelah para sahabat yang hafal al-Qur'an banyak yang gugur dalam peperangan, terutama waktu memerangi para nabi palsu.
Persoalan besar yang sempat diselesaikan Abu Bakar Ash-Shiddiq sebelum wafat adalah menetapkan calon khalifah yang akan menggantikannya. Dengan demikian ia telah mempersempit peluang bagi timbulnya pertikaian di antara umat Islam mengenai jabatan khalifah. Dalam menetapkan calon penggantinya Abu Bakar Ash-Shiddiq tidak memilih anak atau kerabatnya yang terdekat, melainkan memilih orang lain yang secara obyektif dinilai mampu mengemban amanah dan tugas sebagai khalifah, yaitu sahabat Umar bin Khattab. Pilihan tersebut tidak diputuskannya sendiri, tetapi dimusyawarahkannya terlebih dahulu dengan sahabat-sahabat besar. Setelah disepakati , barulah ia mengumumkan calon khalifah itu.[8]
Abu Bakar Ash-Shiddiq dengan masa pemerintahannya yang amat singkat (kurang lebih dua tahun) telah berhasil mengatasi tantangan-tantangan dalam negeri Madinah yang baru tumbuh itu, dan juga menyiapkan jalan bagi perkembangan dan perluasan Islam di Semenanjung Arabia.

B.    Wafatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq
Pada akhir minggu pertama Jumadil Akhir tahun 13 Hijriah Abu Bakar jatuh sakit. Pada musim dingin hari itu, Abu Bakar Ash-Shiddiq mandi, lalu ia terserang demem yang sangat berat. Ia pun sadar bahwa penyakitnya itu akan membawa maut. Ketika beliau dalam kondisi sekarat, ada yang berkata kepadanya, “Maukah Anda jika kami carikan seorang tabib atau dokter?” Maka spontan dia menjawab, “Dia telah melihatku (maksudnya Allah) dan Dia berkata,”Sesungguhnya Aku akan berbuat apa-apa yang Kukehendaki”.[9]
Dalam sakitnya ia berwasiat kepada Aisyah supaya dikafani dengan dua helai kain bersih yang biasa ia pakai bersembahyang. Ketika Aisyah menawarkan hendak mengkafaninya dengan kain biru, ia berkata “orang yang hidup lebih memerlukan yang baru dari pada yang sudah mati, kafan itu hanya buat cacing dan tanah”. Setelah 15 hari lamanya menderita penyakit, wafatlah Abu Bakar Ash-Shiddiq pada 21 bulan Jumadil Akhir tahun 13 Hijriah, bertepatan tanggal 22 Agustus tahun 364 M. Dikebumikan di kamar Aisyah di samping makam sahabatnya yang mulia Rasulullah SAW. Abu Bakar wafat pada usia 63 tahun, ia menjabat kekhalifahan selama 2 tahun 3 bulan lebih 10 hari. Abu Bakar meninggalkan 5 orang anak, 3 laki-laki dan 2 perempuan, yaitu Abdullah, Abdurrahman, Muhammad, Aisyah (istri Rasulullah SAW) dan Asma (istri Zubair bin Awwam).[10]
Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata, “Abu Bakar Ash-Shiddiq wafat pada hari senin di malam hari. Dalam riwayat lain, ada yang mengatakan bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq wafat setelah Maghrib dan dikebumikan pada malam itu juga yaitu tepatnya delapan hari sebelum berakhirnya bulan Jumadil Akhir tahun 13 H, setelah beliau mengalami sakit selama 15 hari. Beliau wafat pada usia 63 tahun, persis dengan usia Nabi Muhammad SAW. Ia memegang kepemimpinan selama dua tahun tiga bulan.[11] Semoga Allah SWT yang Maha Kuasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada arwah beliau.
Abu Bakar Ash-Shiddiq berwasiat agar jenazahnya dimandikan oleh Asma` binti Umais, istri beliau. Kemudian beliau dimakamkan di samping makam Rasulullah. Umar menshalati jenazahnya diantara makam Rasulullah dan mimbar (ar-Raudhah). Sedangkan yang turun langsung ke dalam liang lahat adalah putranya yang bernama Abdurrahman (bin Abi Bakar), Umar bin Khattab, Ustman bin Affan, dan Thalhah bin Ubaidillah.[12]
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa setelah 15 hari lamanya menderita penyakit, Abu Bakar Ash-Shiddiq wafat pada tanggal 21 bulan Jumadil Akhir 13 Hijriah, bertepatan dengan tanggal 22 Agustus 364 M. Abu Bakar Ash-Shiddiq wafat pada usia 63 tahun, ia menjabat kekhalifahan selama 2 tahun 3 bulan lebih 10 hari dan dikebumikan di kamar Aisyah atau di samping makam sahabatnya yang mulia Rasulullah Muhammad SAW.


[1]Shalahuddin Mahmud As-Sa’id, 10 Sahabat…, hal. 40.
[2]http://lampuislam. blogspot. com/ 2013/08/ besarnya-cinta-abu-bakar-ash-shiddiq-ra.html, Diakses Tanggal 10 Juni 2016.
[3]Al Bukhari Shahih Bukhari  (Al-Maktabah Al-Syamilah), hal. 489.
[4]Muslim Shahih Muslim, (Al-Maktabah Al-Syamilah), hal. 102.
[5]Syaikh ‘Abdurrahman bin ‘Abdillah As Suhaim, http://muslim.or.id/biografi/biografi-abu-bakar-ash-shiddiq.html, Diakses Tanggal 10 Juni 2016.
[6]Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam., (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 35-36
[7]http://sitiinurhidayah.blogspot.co.id/2015/12/kepemimpinan-abu-bakar-as-shidiq-dan.html, Diakses Tanggal 10 Juni 2016.
[8]Amir Abiyan dkk, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Departemen Agama RI, 1990),  hal. 40.
[9]Al-Hafizh ibnu Katsir, Perjalanan Hidup Empat…, hal. 26.
[10]Fairuz Masduqi, 10 Sahabat…, hal. 124.
[11]Al-Hafizh Ibnu Katsir, Perjalanan Hidup…, hal. 25-26.
[12]https://nasehatislami.com/kisah-sayyidina-abu-bakar-as-siddiq-ra.html, Diakses Tanggal 10 Juni 2016.

No comments:

Post a Comment