A. Karakteristik
Pembelajaran Micro Teaching
Karakteristik pembelajaran
mikro yaitu: Real Teaching, Specific
control of teaching practice, Specific teaching skills, Scaled down teaching, Individualized
device, Providing feedback dan Device for preparing teachers. Ketujuh
karakteristik tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Real Teaching yaitu Model Micro terjadi dalam situasi kelas nyata
dengan melibatkan beberapa siswa dan guru.
2. Specific
control of teaching practice yaitu fokus model micro terutama pada pelatihan dengan
pengendalian khusus dari praktek dengan manipulasi yang tepat terhadap metode,
umpan balik, dan pengawasan.
3. Specific
teaching skills model micro yaitu memfokuskan
pada pengembangan keterampilan
mengajar atau tugas tertentu, bukan
pada pengembangan kemampuan siswa. Keterampilan mengajar tersebut antara lain: keterampilan
membuka pembelajaran (Set induction), keterampilan
menjelaskan (Explaining), keterampilan menutup pembelajaran (Closure), keterampilan bertanya (Questioning), keterampilan demonstrasi (Demonstration), keterampilan mengadakan
variasi (Stimulus variation), keterampilan
memberi penguatan (Reinforcement), keterampilan
menggunakan papan tulis (Using Blackboard).
4. Scaled
down teaching yaitu pengurangan skala pengajaran dilakukan
dengan: mengurangi ukuran kelas 5 sampai 10 orang siswa, mengurangi durasi dari
periode 5 sampai 10 menit, dan mengurangi ukuran topic atau materi yang akan
diajarkan.
5. Individualized
device yaitu Model Micro dilakukan untuk mengembangkan
keterampilan mengajar guru secara individual.
6. Providing
feedback yaitu umpan balik
diberikan dengan segera setelah guru mempraktekan keterampilan mengajar,
sehingga saran perbaikan dapat segera diketahui.
7.
Device for preparing teachers yaitu model
micro sangat tepat untuk menyiapkan
guru yang efektif dalam mengajar.[1]
Ketujuh karakteristik
tersebut telah dengan tegas membedakan antara pembelajaran mikro (micro teaching) dengan pembelajaran
nyata (real teaching). Karakteristik ini perlu diperhatikan agar
pembelajaran mikro dapat dilaksanakan dengan efektif dan berjalan dengan
maksimal.
B. Tahap-tahap Pelaksanaan Micro Teaching
Sebagaimana yang sudah
dijelaskan pada pembahasan sebelumnya bahwa pembelajaran micro teaching merupakan salah satu pendekatan pembelajaran untuk
melatih bagian-bagian keterampilan mengajar yang dilaksanakan secara sederhana
atau disederhanakan. Untuk itu agar pelaksanaan pembelajaran mikro ini dapat
berjalan dengan lancar, perlu kiranya untuk melaksanakan pembelajaran mikro ini
dengan mengikuti beberapa langkah dan prosedur sesuai dengan hakikat
pemebelajaran mikro. Langkah ini sangat penting untuk dilakukan agar kegiatan
pelatihan yang dilaksanakan melalui pembelajaran mikro dapat membuahkan hasil
yang maksimal.
Jika tahap kegiatan
pertama dalam pembelajaran mikro sudah dilakukan, kemudian Rancangan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tertulis sudah dibuat. Maka sesuai dengan yang
tercantum pada RPP selanjutnya yang dilakukan calon guru yaitu kegiatan inti
pembelajaran mikro. Kegiatan inti ini adalah fokus utama dalam pelaksanaan
praktek tampil mengajar dalam kelas atau di laboratorium yang disediakan khusus
untuk pembelajaran mikro.
Praktek latihan mengajar
ini dilakukan melalui pendekatan pembelajaran mikro adalah praktek yang
sebenarnya. Dengan demikian calon guru harus memfungsikan dirinya secara logis
dan optimal seperti layaknya sedang mengajar yang sebenarnya. Hal ini berujuan
untuk mengkondisikan suasana pembelajaran yang sebenarnya, agar calon guru
dalam pelaksanaan pembelajaran mikro ini dapat melakukan praktik mengajarnya
secara maksimal.
Pengajaran mikro sama halnya dengan pengajaran di
kelas yang sesungguhnya yaitu mempunyai tahapan tertentu yang harus dilalui
guru atau calon guru. Tahapan menurut Hasibuan terdiri dari tiga yaitu tahap kognitif, tahap latihan dan tahap
balikan.[2]
Secara berturut calon guru hendaknya mengenal apa dan bagaimana pengajaran
mikro, kemudian mengadakan pelatihan dalam kelompok kecil dengan materi, waktu
dan keterampilan yang terbatas di depan supervisor yang berfungsi untuk
mengevaluasi dan selanjutnya memberikan balikan dan masukan kepada calon guru
agar ia dapat melaksanakan pembelajaran di masa yang akan datang dengan lebih
baik.
Lebih lanjut, menurut Hasibuan sebagaimana mengutip uraian Mapasso
dan La Solo tentang langkah pelaksanaan pengajaran micro teaching sebagai berikut:
1.
Pengenalan
tentang micro teaching,
2.
Penyajian
model dan diskusi,
3.
Perencanaan
/ persiapan micro teaching,
4.
Peraktik micro teaching,
5.
Observasi /
perekaman,
6.
Diskusi /
umpan balik,
7.
Perencanaan
/ persiapan ulang,
8.
Praktek reteach,
9.
Observasi /
perekaman ulang,
10. Diskusi / umpan balik ulang.[3]
Dengan demikian, menurut Soetomo bahwa dimungkinkan untuk mengadakan observasi
yang lebih cermat dan pencatatan yang lebih teliti, yang hasilnya dapat
digunakan sebagai bahan untuk didiskusikan tentang penampilan yang
bersangkutan, segi-segi mana yang masih ada kelemahan dan segi mana yang perlu
perbaikan. Dalam
pelaksanaannya pengajaran mikro sebenarnya tidah jauh berbeda dengan pengajaran
makro karena kedua macam pengajaran ini masing-masing memerlukan persiapan. Oleh
sebab itu, guru dan calon guru atau mahasiswa micro teaching perlu mempersiapkan antara lain sebagai berikut:
- Apa yang diinginkan untuk dipelajari siswa
- Tujuan pembelajaran apa yang sesuai dengan materi dan keadaan
- Topik dan tugas apa pantas untuk disajikan
- Metode serta pendekatan mana yang dapat digunakan agar sesuai selera materi, siswa, guru dan keadaan tertentu
- Bagaimana cara atau strategi dalam mengevaluasi hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan.
- Sebagai guru yang ingin sukses bagaimanakah langkah agar menjadi guru yang efektif seperti persiapan tampilan, model, sikap bersama pembelajar sehingga masing-masing antara guru dan siswa saling ada keterkaitan menuju kesuksesan mencapai tujuan pembelajaran.[4]
Dalam salah satu sumber
dijelaskan bahwa sebagai sebuah proses, pelaksanaan micro teaching
dilakukan melalui tujuh tahapan. Tujuh tahapan micro teaching tersebut
merupakan sebuah siklus. Siklus ini dapat diulang sesuai dengan kebutuhan
perbaikan. Berikut ini dijelaskan tahapan-tahapan atau langkah-langkah
pembelajaran mikro teaching, sebagai
berikut:
Tahap 1: Modeling the
Skill
Tahap ini penting untuk
mengarahkan peserta pelatihan kepada keterampilan mengajar yang akan
dipraktekkan. Tahapan ini disebut Modeling.
Dalam hal ini, terdapat dua jenis modeling,
yaitu Perceptual Model dan Conceptual Model. Model pertama
disajikan dengan cara demonstrasi dan secara visual dirasakan oleh peserta
pelatihan. Model kedua, disajikan dalam bentuk bahan tertulis dan dikonsep oleh
peserta pelatihan.
Tahap 2: Planning a
micro-lesson
Pada tahap ini ditentukan
materi pelajaran yang tepat yang dapat memaksimalkan latihan keterampilan
mengajar, dalam durasi waktu 5 sampai 7 menit.
Tahap 3: The teaching
session
Rencana pelajaran pada tahap
ini dilaksanakan di hadapan supervisor atau teman sebaya. Penampilan guru yang
mempraktekkan keterampilan mengajar diamati dan dicatat. Lembar evaluasi, tape
recorder, dan/atau video tapes dapat digunakan untuk keperluan
tesebut
Tahap 4: The critique
session
Supervisor atau kelompok teman
sebaya membahas kinerja guru mikro. Umpan balik dan poin-poin penting tersebut selanjutnya
disampaikan kepada guru mikro untuk diperbaiki. Alat evaluasi memberikan
kesempatan langka kepada guru mikro untuk melihat penampilannya secara
objektif. Guru mikro tidak diberi kesempatan untuk mengajukan pembelaan
diri. Ini adalah kekuatan dan kekhasan dari micro teaching.
Tahap 5: The re-planning
session
Guru mikro menyusun rencana
pengajaran berdasarkan umpan balik yang ditawarkan dalam critique session.
Waktu yang disediakan untuk tahap ini adalah 5 sampai 7 menit.
Tahap 6: The re-teaching
session
Langkah the re-teaching session ini
memberikan kesempatan kepada guru mikro untuk mengajarkan unit yang sama dan juga
keterampilan yang sama. Namun tentu saja penampilan guru mikro pada sesi ini
harus sudah memperhatikan umpan balik dari supervisor dan/atau teman sebaya.
Pada sesi ini, pengawas dan/atau pengamat teman sebaya akan mengevaluasi
kinerja guru mikro dengan menggunakan alat evaluasi.
Tahap 7: The re-critique
session
Prosedur yang sama diadopsi
sebagaiman disebutkan dalam critique session (Tahap-4). Guru mikro,
kembali mendapat umpan balik dan mengetahui sejauh mana perbaikannya. Langkah
ini memiliki potensi memotivasi guru mikro untuk meningkatkan penampilannya di
masa yang akan datang.[5]
Berdasarkan uraian
di atas, maka yang dapat di simpulkan bahwa berbicara tahap-tahap pembelajaran micro teaching adalah sesuatu pengajaran yang sangat barguna
bagi seorang guru untuk melakukan pengajaran yang kreatif, selalu konsisten dengan apa yang di persiapkan, baik
materi, waktu dan gaya mengajar, metode yang dipakai, media dan semua yang
terangkum dalam rencana pelaksanaan pembelajaran itu. Jika hal tersebut
dilakukan, maka tentu akan tercapai tujuan yang diharapkan.
[1]Ayu Sri
S, Makalah Penerapan Model Micro, (Program Studi S3 Teknologi
Pembelajaran. Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang, 2011), h. 3
[2] J.J. Hasibuan dan Moedjono, Proses Belajar..., h. 44.
[3]J.J. Hasibuan dan
Moedjono, Proses Belajar..., h. 44.
[4]Soetomo,
Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar,
(Surabaya: Usaha Nasional, 1993), h. 75.
[5]http://pembelajaranku.com/langkah-langkah-pembelajaran,
Dikases pada Tanggal 08 Januari 2016.
No comments:
Post a Comment