Dari
segi bahasa manajemen berasal dari bahasa Inggris yang merupakan terjemahan
langsung dari kata management yang berarti pengelolaan, ketata laksanaan, atau
tata pimpinan. Sementara Ramayulis menyatakan bahwa pengertian yang sama dengan
hakikat manajemen adalah al-tadbir (pengaturan). Kata ini
merupakan derivasi dari kata dabbara (mengatur) yang banyak
terdapat dalam Al-Qur’an[1]
seperti firman Allah Swt:
Artinya: Dia mengatur urusan dari langit ke
bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah
seribu tahun menurut perhitunganmu. (QS. Al-Sajdah: 05).
Dari isi kandungan ayat di atas
dapatlah diketahui bahwa Allah Swt adalah pengatur alam (manager).
Keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran Allah Swt dalam mengelola
alam ini. Namun, karena manusia yang diciptakan Allah Swt telah dijadaikan
sebagai khalifah di muka bumi ini,
maka dia harus mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana
Allah Swt yang mengatur alam raya ini.
Sementara manajemen menurut istilah
adalah proses mengkordinasikan aktifitas-aktifitas kerja sehingga dapat selesai
secara efesien dan efektif dengan dan melalui orang lain.[2] Sedangkan
Sondang P Siagian mengartikan manajemen sebagai kemampuan atau keterampilan
untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka mencapai tujuan melalui
kegiatan-kegiatan orang lain.[3]
Manajemen
menurut bahasa berarti pemimpin, direksi, pengurus, yang diambil dari kata
kerja manage yang berati mengemudikan, mengurus, dan mermerintah.[4]
Menurut Hadari Nawawi, manajemen merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manajer
dalam memanage organisasi, lembaga maupun perusahaan.[5]
Dengan demikian, dapat
diketahui bahwa manajemen adalah
suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian upaya
dari anggota organisasi serta penggunaan sumua sumber daya yang ada pada
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Konsep manajemen mencakup kegiatan
untuk mencapai tujuan, dilakukan oleh individu-individu yang menyumbangkan
upayanya yang terbaik melalui tindakan-tindakan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Hal tersebut meliputi pengetahuan tentang apa yang harus
dilakukan, menetapkan cara melakukannya, memahami bagaimana harus
melakukannya, dan mengukur efektivitas dari usaha-usaha yang telah dilakukan.[6]
Manajemen
merupakan suatu kegiatan yang kompleks, mencakup pengetahuan tentang
kegiatan yang dituangkan dalam suatu perencanaan, menetapkan cara melakukan suatu
kegiatan yang dimanifestasikan dalam bentuk pelaksanaan, dan mengukur efektivitas
usaha yang dilakukan dengan mengevaluasi seluruh aktivitas dalam pencapaian
tujuan.
Manajemen
merupakan suatu kegiatan yang seluruhnya bersifat manajerial, pelaksanaannya
disebut manajing dan orang yang melakukannya disebut manajer,[7]
sedangkan ilmu yang bersangkut paut dengannya disebut manajemen. Dengan
demikian, manajemen merupakan suatu ilmu yang membahas tentang
manajerial, manajing, dan manajer. Inti pokok dalam manajemen adalah
usaha-usaha secara kooperatif. Artinya, tugas-tugas operasional dilaksanakan
dengan baik oleh setiap anggota dalam kelompok. Manajemen sebagai suatu ilmu
dan teknik untuk mengurus atau mengelola, tidak terlepas dari fungsi-fungsi dan
kewajiban manusia, baik mengenai hubungan manusia dengan Khaliknya, hubungan
manusia dengan sesama manusia, maupun hubungan manusia dengan makhluk lain.
Islam
meletakkan dasar yang kuat mengenai hubungan-hubungan tersebut dengan ajaran
tauhid yang mengatur hubungan antara manusia dengan Khaliknya, ajaran tentang
akhlak yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan makhluk lain,
serta ajaran syariat yang mengatur hubungan muamalah. Manajemen dengan
fungsi-fungsi, unsur-unsur, kegiatan dan prosesnya, menempatkan manusia sebagai
postulat dan fokusnya, tidaklah dapat dilepaskan dari hukum Islam.[8]
Ajaran
Islam yang menetapkan masalah manajemen ini ke dalam fungsi dan kewajiban
manusia, baik sebagai hamba Allah (abdu al-Allah) yang patuh dan taat
menjalankan perintah Allah dan menghindari larangan Allah secara ikhlas dan
konsisten, maupun sebagai khalifah Allah di muka bumi (khalifatu al-Allah fi
al-ardhi) yang diberikan kebebasan untuk memilih, berupaya dan berperan di
dunia untuk meningkatkan kesejahteraan umat dan memanfaatkan serta memelihara
kelestarian dunia.[9]
Dalam pandangan ajaran Islam, segala
sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib dan teratur.
Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan
secara asal-asalan. Mulai dari urusan terkecil seperti mengatur urusan rumah tangga sampai dengan urusan terbesar seperti
mengatur urusan sebuah negara semua itu diperlukan pengaturan yang baik, tepat
dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar tujuan yang hendak dicapai bisa
diraih dan bisa selesai secara efisien dan efektif. Dengan demikian, manajemen merupkan sebuah proses
pemanfaatan semua sumber daya melalui bantuan orang lain dan bekerjasama
dengannya, agar tujuan bersama bisa dicapai secara efektif, efesien dan
produktif.
[1]Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,
(Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hal. 362.
[3]Sondang
P Siagian, Filsafah Administrasi, (Jakarta: Masaagung, 1990),
hal. 5.
[4]Wojowarsito dan Purwadarminta, Kamus Lengkap Indonesia Inggris, (Jakarta: Hasta, 1974), hal. 76.
[5]Hadari Nawawi, Administrasi
Pendidikan, (Surabaya: Haji Mas Agung, 1997), hal. 78.
[6]George R. Terry, Guide to Management, Diterjemahkan
oleh J. Smith, Prinsip-prinsip Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000),
hal. 9.
[7]George R. Terry, Guide to Management…, hal. 9.
[8]Mochtar Effendy, Manajemen: Suatu Pendekatan
Berdasarkan Ajaran Islam, (Jakarta: Bhratara, 1996), hal. 31.
[9]M.
Amien Rais, Al-Islam dan IPTEK 1, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1998), hal. 41.
No comments:
Post a Comment