- Pengertian
Komunikasi
Komunikasi
terjermahan dari kata bahasa Inggris yaitu “communicco”. Secara
etomologi komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu “cimmunicare” yang
berarti partisipasi atau pemberitahuan.[1]
Selanjutnyua, menurut Onong Uchjana Effendy menjelaskan bahwa istilah
komunikasi dari bahasa Inggris yaitu “communication” yang
berarti: perhubungan, kabar, perkabaran. Istilah tersebut berasal dari bahasa
latin yaitu “communicatio” artinya pemberitahuan, memberi
bahagian, pertukaran di mana sipembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban
dari pendengarnya. Kata sifatnya yaitu communis
yang berarti “bersifat umum dan terbuka, bersama-sama”. Sedangkan kata kerjanya
adalah “communicara” yang berarti
“bermusyawarah”, berunding dan berdialog”.[2]
Komunikasi
secara sederhana dapat dimaknai sebagai proses penyampaian informasi atau pesan
oleh seorang komunikator kepada komunikan melalui sarana tertentu dengan tujuan
dan dampak tertentu pula. Pengertian tersebut sebagaimana dijelaskan dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia yang diartikan bahwa komunikasi sebagai
“pengiriman dan pemerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih
sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami”.[3]
Lebih lanjut, Onong Uchjana Effendy mendefinisikan bahwa komunikasi berarti
proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberitahukan atau mengubah sikap, pendapat dan perilaku, baik secara langsung
melalui lisan maupun secara tidak langsung melalui media.[4]
Evertt
M. Rogers mendefinisikan komunikasi sebagai proses yang di dalamnya terdapat
suatu gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan untuk
merubah perilakunya. Pendapat senada dikemukakan oleh Theodore Herbert, yang
mengatakan bahwa komunikasi merupakan proses yang di dalamnya menunjukkan arti
pengetahuan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, biasanya dengan
maksud mencapai beberapa tujuan khusus.
Selain
definisi yang telah disebutkan di atas, pemikir komunikasi yang cukup terkenal
yaitu Wilbur Schramm memiliki pengertian yang sedikit lebih detil. Menurutnya,
komunikasi merupakan tindakan melaksanakan kontak antara pengirim dan penerima,
dengan bantuan pesan; pengirim dan penerima memiliki beberapa pengalaman
bersama yang memberi arti pada pesan dan simbol yang dikirim oleh pengirim, dan
diterima serta ditafsirkan oleh penerima.[5]
Komunikasi
pada hakikatnya adalah kesamaan makna terhadap apa yang diperbincangkan. Di
mana kesamaan bahasa yang digunakan dalam sebuah percakapan belum tentu
menimbulkan kesamaan makna. Dengan kata lain mengerti bahasanya saja belum
tentu mengerti maknanya. Artinya komunikasi efektif itu minimal harus
mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat dan yang terpenting
lagi adalah orang lain bersedia menerima paham, melakukan sesuatu perbuatan
atau kegiatan lain dari hasil komunikasi tersebut.
Dengan
demikian, maka komunikasi itu pada dasarnya adalah penyampaian dan penerimaan
suatu pesan. Pesan itu dapat berbentuk verbal maupun non verbal. Bahkan sering
kali keduanya tercampur, orang dapat menyatakan sesuatu dan lebih menekankan
apa yang dikatakan dengan suatu gerakan tangan; atau seseorang mengatakan
sesuatu tetapi nada suaranya mengingkari apa yang dikatakannya.
Para
ahli komunikasi cenderung untuk sama-sama berpendapat bahwa dalam melancarkan
komunikasi lebih baik mempergunakan pendekatan apa yang disebut A-A Procedure atau from Attention to Action
Procedure. A-A Procedure ini sebenarnya penyederhanaan dari suatu proses
yang disingkat AIDDA. Lengkapnya adalah sebagai berikut:
A = Anttention (Perhatian)
I = Interest (Minat)
D = Desire (Hasrat)
D = Decision
(Keputusan)
A =
Action (Kegiatan)
Proses
tahapan komunikasi ini mengandung maksud bahwa komunikasi hendaknya dimulai
dengan membangkitkan perhatian. Dalam hubungan ini komunikator harus
menimbulkan daya tarik. Pada dirinya harus terdapat faktor daya tarik
komunikator (Source attractiveness)
yang membuat orang disekitarnya terpengaruh untuk melihat gerak geriknya dan
mendengar ucapannya.
Seorang
komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap, pendapat
dan tingkah laku komunikasi melalui mekanisme daya tarik. Jika pihak komunikan
merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya, dengan kata lain pihak komunikan
merasa adanya kesamaan antara komunikator dengannya. Sehingga dengan demikian komunikan bersedia untuk
taat pada pesan yang dikomunikasikan oleh komunikator. Sikap komunikator yang
berusaha menyamakan diri dengan komunikan ini akan menimbulkan simpati
komunikan pada komunikator.[6]
- Karakteristik
Komunikasi
Pengertian komunikasi mempunyai enam karakteristik
pokok, yaitu: 1) komunikasi adalah suatu proses; 2) komunikasi adalah upaya
yang disengaja serta mempunyai tujuan; 3) komunikasi menuntut adanya
partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat; 4) komunikasi
bersifat simbolis; 5) komunikasi bersifat transaksional; 6) komunikasi menembus
faktor waktu dan ruang.[7]
Komunikasi
adalah suatu proses yang bersifat dinamis. Komunikasi sebagai proses artinya
bahwa komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi
secara berurutan (ada tahapan) secara berkaitan satu sama lainnya dalam kurun
waktu tertentu. Sebagai suatu proses, komunikasi tidak bersifat statis, tetapi
dinamis dalam arti akan selalu mengalami perubahan dan berlangsung terus
menerus. Proses komunikasi melibatkan banyak faktor atau unsur. Faktor yang
dimaksud antara lain mencakup pelaku, pesan, media, waktu, tempat, hasil atau
akibat yang terjadi, serta situasi atau kondisi pada saat berlangsungnya proses
komunikasi.
Komunikasi
adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja serta sesuai
dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya. Sadar menunjukkan bahwa kegiatan
komunikasi dilakukan dalam kondisi mental-psikologis yang terkendali. Disengaja
maksudnya bahwa komunikasi yang dilakukan memang sesuai dengan kemauan dari
pelakunya. Sementara tujuan menunjuk pada hasil atau akibat yang ingin dicapai.
Kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-pihak yang
berkomunikasi sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang
sama terhadap topik pesan yang dikomunikasikan.
Komunikasi
bersifat simbolis, artinya pada dasarnya komunikasi merupakan tindakan yang
dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang. Adapun lambang yang paling umum
adalah bahasa verbal dalam bentuk kata-kata, kalimat-kalimat, angka-angka atau
tanda-tanda lainnya. Selain bahasa verbal, ada yang disebut dengan bahasa
non-verbal. Bahasa non-verbal menggunakan gestura (gerak tangan, kaki atau
bagian lainnya dari tubuh), warna, sikap duduk atau berdiri, jarak, dan
berbagai bentuk lambang lainnya.
Komunikasi
bersifat transaksional mempunyai arti bahwa pada dasarnya setiap komunikasi
itu menuntut adanya dua tindakan, yaitu menerima dan memberi. Dua tindakan tersebut
dilakukan secara seimbang oleh masing-masing pelaku. Sedangkan komunikasi
menembus waktu dan ruang adalah bahwa para pelaku yang terlibat dalam
komunikasi tersebut tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama.
- Unsur-unsur
Komunikasi
Komunikasi
antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan
kepada orang lain dengan tujuan tertentu. Ini artinya komunikasi hanya bisa
terjadi kalau didukung oleh adanya beberapa unsur inti, yaitu: sumber, pesan,
media, penerima dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau
elemen komunikasi. Adapun unsur-unsur komunikasi tersebut adalah sebagai
berikut:
- Sumber, Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender atau encoder.
- Pesan, Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata massage, content atau informasi.[8]
- Media, Media adalah alat sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi antar manusia, media yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah pancaindra manusia seperti mata dan teliga. Pesan-pesan yang diterima panca indra selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam tindakan.[9]
- Penerima, Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelempok, partai atau negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggris disebut audience atau receiver. Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan penerima adalah akibat karena adanya sumber. Tidak adanya penerima jika tidak ada sumber. Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang sering kali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau saluran.
- Pengaruh atau efek, Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Oleh karena itu, pengaruh ini bisa juga diartikan perubahan atau pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.[10]
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat
diketahui bahwa unsur-unsur komunikasi itu harus ada sumber yaitu pembuat atau pengirim informasi. Kemudian
ada pesan yang disampaikan pengirim kepada penerima, media yang digunakan untuk menyampaikan
pesan, selanjutnya penerima selaku yang menjadi sasaran pesan yang dikirim, dan harus ada pengaruh
atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan
oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan.
- Manfaat
dan Tujuan Komunikasi
Manfaat
komunikasi adalah untuk mengumpulkan dan menyebarkan informasi mengenai
kejadian dalam suatu lingkungan (kalau dalam media massa hal ini sebagai
penggarapan berita).
Onong
Uchjana Effendi dalam buku Dimensi-dimensi
Komunikasi mempunyai pendapat sebagai berikut:
a. Memberikan
informasi (Public Information) kepada masyarakat. Karena perilaku menerima
informasi merupakan perilaku alamiah masyarakat. Dengan menerima informasi yang
benar masyarakat akan merasa aman tentram. Informasi akurat diperlukan oleh
beberapa bagian masyarakat untuk bahan dalam pembuatan keputusan. Informasi
dapat dikaji secara mendalam sehingga melahirkan teori baru dengan demikian
akan menambah perkembangan ilmu pengetahuan. Informasi disampaikan pada
masyarakat melalui berbagai tatanan komunikasi, tetapi yang lebih banyak
melalui kegiatan mass communication.
b. Mendidik
masyarakat (Publik Education). Kegiatan komunikasi pada masyarakat dengan
memberiakan berbagai informasi tidak lain agar masyarakat menjadi lebih baik,
lebih maju, lebih berkembang kebudayaannya. Kegiatan mendidik masyarakat dalam
arti luas adalah memberikan berbagai informasi yang dapat menambah kemajuan
masyarakat dengan tatanan komunikasi massa. Sedangkan kegiatan mendidik
masyarakat dalam arti sempit adalah memberikan berbagai informasi dan juga
berbagai ilmu pengetahuan melalui berbagai tatanan komunikasi kelompok pada
pertemuan-pertemuan, kelas-kelas, dan sebagainya. Tetapi kegiatan mendidik
masyarakat yang paling efektif adalah melalui kegiatan Komunikasi Interpersonal
antara penyuluh dengan anggota masyarakat, antara guru dengan murid, antara
pimpinan dengan bawahan, dan antara orang tua dengan anak-anaknya.
c. Mempengaruhi
masyarakat (Publik Persuasion). Kegiatan memberikan berbagai informasi pada
masyarakat juga dapat dijadikan sarana untuk mempengaruhi masyarakat tersebut
ke arah perubahan sikap dan perilaku yang diharapkan. Misalnya mempengaruhi
masyarakat untuk mendukung suatu pilihan dalam pemilu dapat dilakukan melalui
komunikasi massa dalam bentuk kampanye, propaganda, selebaran-selebaran,
spanduk dan sebagainya. Tetapi berdasarkan beberapa penelitian kegiatan
mempengaruhi masyarakat akan lebih efektif dilakukan melalui Komunikasi
Interpersonal.
d. Menghibur
masyarakat (Publik Entertainment). Perilaku masyarakat menerima informasi
selain untuk memenuhi rasa aman juga menjadi sarana hiburan masyarakat. Apalagi
pada masa sekarang ini banyak penyajian informasi melalui sarana seni hiburan.[11]
Selanjutnya
tujuan dari komunikasi adalah seperti yang dikemukakan oleh Dan B. Curtis dalam
buku Komunikasi Bisnis Profesional sebagai berikut:
Pertama, Memberikan informasi, kepada para klien, kolega, bawahan dan penyelia (supervisor). Kedua, Diberi informasi, karena perilaku diberi informasi merupakan bentuk interaksi komunikasi. Orang atau masyarakat cenderung merasa lebih baik diberi informasi yang diperlukannya atau yang akan diberi jalan masuk menuju informasi tersebut yang merupakan bagian dari keadaan percaya dan rasa aman.
Menolong orang lain, memberikan nasihat kepada orang lain, ataupun berusaha memotivasi orang lain dalam mencapai tujuan.
Pertama, Memberikan informasi, kepada para klien, kolega, bawahan dan penyelia (supervisor). Kedua, Diberi informasi, karena perilaku diberi informasi merupakan bentuk interaksi komunikasi. Orang atau masyarakat cenderung merasa lebih baik diberi informasi yang diperlukannya atau yang akan diberi jalan masuk menuju informasi tersebut yang merupakan bagian dari keadaan percaya dan rasa aman.
Menolong orang lain, memberikan nasihat kepada orang lain, ataupun berusaha memotivasi orang lain dalam mencapai tujuan.
Selanjutnya
ialah menyelesaikan masalah dan membuat keputusan. Karena semakin tinggi
kedudukan atau status seseorang maka semakin penting meminta orang lain untuk
keahlian teknis sehingga dalam menyelesaikan masalah/membuat keputusan tersebut
harus ada komunikasi untuk meminta data sebagai bahan pertimbangan. Yang
terakhir, mengevaluasi perilaku secara efektif, yaitu suatu penilaian untuk
mengetahui hal-hal yang akan mereka lakukan setelah menerima massage.[12]
Sementara
itu menurut Onong Uchjana Effendi dalam buku Dimensi-dimensi Komunikasi, menjelaskan bahwa tujuan komunikasi
adalah sebagai berikut:
- Perubahan Sosial dan partisipasi sosial. Memberikan berbagai informasi pada masyarakat tujuan akhirnya supaya masyarakat mau mendukung dan ikut serta terhadap tujuan informasi itu disampaikan. Misalnya supaya masyarakat ikut serta dalam pilihan suara pada pemilu atau ikut serta dalam berperilaku sehat, dan sebagainya.
- Perubahan Sikap. Kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan supaya masyarakat akan berubah sikapnya. Misalnya kegiatan memberikan informasi mengenai hidup sehat tujuannya adalah supaya masyarakat mengikuti pola hidup sehat dan sikap masyarakat akan positif terhadap pola hidup sehat.
- Perubahan pendapat. Memberikan berbagai informasi pada masyarakat tujuan akhirnya supaya masyarakat mau berubah pendapat dan persepsinya terhadap tujuan informasi itu disampaikan, misalnya dalam informasi mengenai pemilu. Terutama informasi mengenai kebijakan pemerinatah yang biasanya selalu mendapat tantangan dari masyarakat maka harus disertai penyampaian informasi yang lengkap supaya pendapat masyarakat dapat terbentuk untuk mendukung kebijakan tersebut.
- Perubahan perilaku. Kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan supaya masyarakat akan berubah perilakunya. Misalnya kegiatan memberikan informasi mengenai hidup sehat tujuannya adalah supaya masyarakat mengikuti pola hidup sehat dan perilaku masyarakat akan positif terhadap pola hidup sehat atau mengikuti perilaku hidup sehat.[13]
Berdasarkan
penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa tujuan komunikasi adalah agar
terjadinya perubahan dan partisipasi sosial, adanya perubahan sikap dan juga
terjadinya perubahan pendapat serta perubahan perilaku. Setiap interaksi yang
terjadi dalam segala aspek kehidupan, tentu tersirat sebuah tujuan diantara
komunikator dan komunikan yang saling mempengaruhi satu sama lain.
- Bentuk-bentuk
Komunikasi
Komunikasi
itu sendiri dapat terjadi dalam beberapa bentuk, diantaranya dalam bentuk
komunikasi personal (personal communiaction) dan komunikasi kelompok (group
communication). Selain itu komunikasi juga dapat bersifat tatap muka dan
melalui perantara media lain.[14] Menurut
Onong Uchjana Effendy menjelaskan bahwa bentuk-bentuk komunikasi adalah sebagai
berikut:
- Komunikasi intrapesonal
Komunikasi intrapersonal merupakan
komunikasi dengan diri sendiri dengan tujuan untuk berfikir, melakukan
penalaran, menganalisis dan merenung. Demikian menurut Effendy tentang
pengertian komunikasi intrapersonal atau komunikasi antar pribadi
merupakan komunikasi yang berlangsung dalam diri seseorang.orang itu
berperan baik sebagai komunikator maupun sebagai komunikan.[15]
- Komunikasi Antarpersonal
Komunikasi antarpersonal adalah
proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara
sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik
seketika.[16]
- Komunikasi kelompok
1)
Komunikasi
dalam kelompok besar
Komunikasi dalam kelompok besar (large
group,massa atau macro group). Tidaklah selalu sama dengan komunikasi dalam kelompok kecil meskipun
setiap kelompok besar pasti terdiri atas beberapa kelompok kecil.hal ini antara
lain dikarenakan beberapa hal sebagai berikut:
Komunikasi dalam kelompok besar jumlahnya
yang besar (ratusan atau ribuan orang) di mana dalam suatu situasi komunikasi
yang sedang berlangsung hampir tidak terdapat kesempatan untuk memberikan
tanggapan secara verbal dan personal karena sedikit sekali kemungkinannya bagi
komunikator bertannya jawab.
Situasi
dialogis hampir tidak ada. Sebaiknya pembicara senantiasa perlu lebih fokus
dalam arah pembicaraannya sehingga pendengar akan dapat mudah mencerna pesan
pembicara.
2)
Komunikasi
kelompok kecil
Komunikasi kelompok kecil adalah
sekumpulan perorangan yang relative kecil yang masing-masing dihubungkan oleh
beberapa tujuan yang sama dan mempunyai derajat organisasi tertentu diantara
mereka. Contoh : komunikasi antar manager dengan sekumpulan karyawan
Berdasarkan
penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa bentuk-bentuk komunikasi terdiri dari
komunikasi intrapesonal, komunikasi
antarpersonal, komunikasi kelompok baik komunikasi dalam kelompok besar maupun komunikasi kelompok kecil.
- Prinsip-prinsip
Komunikasi
Untuk
dapat memahami hakikat suatu komunikasi perlu diketahui prinsip dari komunikasi
tersebut. Menurut Seiler, ada empat prinsip dasar komunikasi yaitu: suatu
proses, suatu sistemek, intraksi dan transaks, dimaksudkan atau tidak
dimaksudkan. Masing-masing dari prinsip itu akan dijelaskan berikut ini.
a.
Komunikasi
adalah suatu proses
Komunikasi
adalah suatu proses dikarenakan merupakan suatu seri kegiatan yang
terus-menerus, yang tidak mempunyai permulaan atau akhir dan selalu
berubah-ubah. Komunikasi juga bukanlah suatu barang yang dapat di tangkap
dengan tangan untuk dapt ditelit. Komunikasi menurut Seiler lebih
merupakan cuaca yang terjadi dari bermacam-macam variabel yang kompleks dan
terus berubah. Kadang-kadang cuaca hangat, matahari bersianar, pada waktu yang
lain cuaca dingin, berawan dan lembap. Keadaan cuaca
merefleksikan satu pariasi saling berhubungan yang kompleks yang
tidak pernah ada publikatnya.
Komunikasi
juga melinbatkan suatu variasi saling berhubungan yang kompleks yang tidak
pernah ada duplikat dalam cara yang persis sama yaitu : saling berhubungan
diantara orang, lingkungan, keterampilan, sikap, status, pengalaman, dan
perasaan, semuanya menentukan komunikasi yang terjadi pada suatu waktu
tertentu. Contoh: seorang pengawas sedang memperhatikan karyawannya sesuatu
pekerjaan. Tiba-tiba pengawas tersebut mengucapkan kata salah, maka karyawan
yang sedang bekerja tersebut menghentikan pekerjaannya dan mungkin bertanya
dimana letak kesalahannya, atau kalau ia tersebut tahu dimana letak
kesalahannya dia dapat langsung memperbaiki pekerjaannya pada saat diawasi
tersebut.[17]
b.
Komunikasi
adalah sistem
Seperti
kita ketahu diatas bahwa komunkasi terdiri dari beberapa unsur-unsur dan
unsur-unsur tersebut mempunyai tugas masing-masing. Tugas dari unsure-unsur itu
berhubungan satu sama lain untuk menghasilkan suatu komunikasi. Misalnnya
pengirim mempunyai peranan untuk menentukan apa informasi atau apa arti yang
dikomunikasikan. Setelah tahu apa arti komunikasi atau informasi yang akan
dikirimkan, informasi tersebut perlu diubah ke dalam kode atau sandi-sandi
tertentu sesuai dengan aturannya sehingga berupa suatu pesan. Jadi komponen
pesan ada kaitannya dengan komponen pengirim. Bila pengririm tidak benar
menyandikan arti yang akan dikirim maka terjadilah pesan itu kurang tepat.
Kurang tepatnya pesan yang dikirim mempengaruhi komponen penerima dalam menginterperstasikannya.
Kaitan komponen pesan dengan saluran misalnya bila pesan disampaikan dengan
lisan maka gelombang suara adalah saluran dan ini juga berkaitan dengan si
penerima dalam mengikuti pesan yang harus menggunakan pendengarannya dalam
menerima pesan tersebut. Begitulah, antara satu komponen yang lain saling
berkaitan dab bila terdapat gangguan pada suatu komponen akan berpengaruh pada
proses komunikasi secara keseluruhan.[18]
c.
Komunikasi
bersifat interaksi dan transaksi
Adapun
yang dimaksud dengan istilah interaksi adalah saling bertukar komunikasi.
Misalnya seseorang berbicara kepada temannya mengenai sesuatu, kemudian
temannya yang mendengar memberikan reaksi atau komentar terhadap apa yang
sedang dibicarakan itu. Begitu selanjutnya berlangsung secara teratur
ibarat orang yang bermain melempar bola. Seorang melemparkan yang lainnya
menangkap kemudian yang menangkap melemparkan kembali keada si pelempar
pertama.
Dalam
kehidupan sehari-hari komunikasi yang kita lakukan tidak teratur itu prosesnya.
Banyak dalam percakapan tatap muka berlibat dalam proses
pengiriman pesan secara simultan tidak terpisah seperti contoh
diatas. Dalam keadaan demikian komunikasi tersebut bersifat transaksi. Sambil
menyandikan pesan kita juga menginterprestasikan pesan yang kita terima.
Misalnya dalam situasi pengajaran di kelas antara guru dengan murid seringklai
memperlihatkan komunikasi transaksi ini. Sambil guru menyampaikan informasi
kepada murid atau sedang menjelaskan pengajaran muridpun menyampaikan pesan
kepada guru dalam bermacam-macam bentuk. Jadi, kmunikasi yang terjadi antara
manusia dapat berupa intraksi dan transaksi.
d.
Komunikasi
dapat terjadi disengaja maupun tidak disengaja
Komunikasi
yang disengaja terjadi apabila pesan yang mempunyai maksud tertentu dikirimkan
kepada penerima yang dimaksudkan. Misalnya seorang pemimpin bermaksud
mengadakan rapat dengan kepala-kepala bagiannya. Apabila pimpinan tersebuut
mengirimkan pesan yang berisi undangan rapat kepada kepala-kepala bagiannya,
maka itu dinamakan komunikasi disengaja. Tetapi apabila pesan yang
tidak sengaja atau tidak dimaksudkan untuk orang tertentu untuk menerimanya
maka itu dinamakan komunikasi tidak disengaja. Misalnya seseorang
memakai warna pakaian yang agak terang yang tidak mempunyai maksud untuk mengirim
pesan tertentu, kadang-kaadng diterima secara tidak sengaja sebagai pesan oleh
orang lain, karena tanpa disadari orang lain melihat warna pakaian yang
dipakainya.
Komunikasi
yang ideal terjadi apabila seseorang bermaksud mengirim pesan tertentu terhadap
oang lain yang ia inginkan untuk menerimanya. Tetap itu bermulah merupakan
jamian bahwa pesan untuk akan efektif, karena tergantung kepada factor lain
yang juga ikut berpengaruh kepada proses komunikasi. Kadang-kadang ada juga
pesan yang sengaja dikirimkan kepada orang orang yang dimaksudkan tetapi
sengaja tidak diterima oleh orang itu. Misalnya orang tua yang berbicara kepda
anaknya tetapi anaknya tidak mau mendengarnya.
Ada
juga situasi komunikasi yang tidak disengajatetapi diterima oleh orang lain dengan
sengaja. Misalnya: dalam suatu kelsa yang hening tiba-tiba seorang murid
berdiri maju kedepan mengambil kapur untuk menghisap tinta penanya. Gerakan
murid dengan tidak sengaja sebagai pesan itu diterima murid-murid lainnya
sebagai pesan karena tiba-tiba temannya yang lain memperhatikan geraknya yang
menimbulkan bermacam-macam interprestasi bagi mereka. Dari bermacam-macam
contoh diatas jelaslah, bahwa komunikasi itu dapat terjadi disengaja maupun
tidak dengan disengaja.[19]
Berdasarkan
penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa prinsip-prinsip komunikasi itu
meliputi bahwa komunikasi adalah suatu
proses, komunikasi adalah sistem, komunikasi bersifat interaksi dan transaksi
dan komunikasi dapat terjadi disengaja maupun tidak disengaja.
Prinsip-prinsip ini akan berlaku dalam situasi yang berbeda-beda setiap kali
berlangsungnya komunikasi.
- Efek
Komunikasi
Komunikasi
merupakan sejenis kekuatan sosial yang dapat menggerakkan proses sosial ke arah
suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Oleh karena itu, efek atau
hasil yang dapat dicapai oleh komunikasi yang dilaksanakan melalui berbagai
media (lisan, tulisan, visual/audio visual) perlu dikaji melalui metode
tertentu yang bersifat analisis psikologis dan analisis sosial. Yang dimaksud
dengan analisis psikologi adalah kekuatan sosial yang merupakan hasil kerja dan
berkaitan dengan watak serta kodrat manusia.
Efek
komunikasi adalah dampak yang di ikuti dari beragam bentuk pesan atau content,
komunikasi yang ditransformasikan dalam interaksi komunikasi atau komunikasi
massa. Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa
timbul pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu efek melekat
pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis. Mengenai
efek komunikasi ini telah disinggung dimuka, yakni diklasifikasikan sebagai
efek kognitif (Cognitive Effect) tidak efektif (Affective
Effect) atau efek konatif yang sering disebut efek behavioral (Behavioral
Effect)
Efek
kognitif berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang
semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang tadinya bingung menjadi
merasa jelas. Contoh pesan komunikasi melalui media massa yang menimbulkan efek
kognitif antara lain berita, tajuk rencana, artikel, acara penerangan, acara pendidikan
dan sebagainya.
Berbeda
dengan efek kognitif, sedangkan efek efektif berkaitan dengan perasaan, akibat
dari membaca surat kabar atau majalah, mendengarkan radio, menonton acara
televisi, atau film bioskop, timbul perasaan tertentu pada khalayak. perasaaan
akibat terpaan media massa itu bisa bermacam-macam, senang sehingga tertawa
terbahak-bahak, sedih sehingga mencucurkan ait mata, takut sampai merinding dan
lain-lain perasaan yang hanya bergejolak dalam hati, misalnya perasaan marah,
benci, kesal, kecewa, penasaran, sayang, gemas, sinis, kecul dan
sebagainya. Contoh rubrik atau acara media massa yang dapat
menimbulkan efek efektif antara lain, pojok, sajak, foto, cerita bergambar,
cerita bersambung, sandiwara radio, drama, televisi, cerita film, dan lain-lain
sebagainya.[20]
Jadi,
Efek konatif bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha, yang cenderung
menjadi suatu kegiatan atau tindakan seseorang. Karena berbentuk perilaku, maka
sebagaimana disinggung di atas efek konatif sering disebut juga efek behavioral.
Seperti contohnya, setiap perilaku dari individual maupun kelompok yang
menunjukkan adanya niat, tekad, upaya, atau usaha ingin mendapatkan sesuatu.
[1]Astrid.
S. Susanto, Komunikasi dalam Teori dan
Praktek, (Bandung: Bina Cipta, 1947),
hal. 67.
[2]Onong
Uchjana Effendy, Komunikasi Teori dan
Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 9.
[3]Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hal. 745.
[4]Onong
Uchjana Effendy, Komunikasi Teori…,
hal. 10.
[5]Suranto, Komunikasi Perkantoran,
Yogyakarta : Media Wacana, 2005, hal.
30.
[7]http://imasarahnabila.blogspot.com/2012/08/pengertian-dan-karakteristik-ilmu.html,
Diakses Tanggal. 30 November 2016.
[8]Hafied
Canggara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2008), hal. 22-24.
[9]Hafied
Canggara, Pengantar Ilmu Komunikasi…, hal. 123-126.
[10]Hafied
Canggara, Pengantar Ilmu Komunikasi…, hal. 22-27.
[11]Onong
Uchjana Effendi, Dimensi-dimensi
Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju, 2004), hal. 214.
[12]Dan
B. Curtis, James J. Floyd, Komunikasi
Bisnis dan Profesional, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 1992), hal. 9.
[13]Onong
Uchjana Effendi, Dimensi-dimensi
Komunikasi…, hal. 221.
[14]Deni Darmawan, Teknologi
Informasi dan Komunikasi, (Bandung: Arum Mandiri Press,
2007), hal. 65.
[15]Onong
Uchjana Effendi, Komunikasi Teori…, hal. 57.
[16]Onong
Uchjana Effendi, Ilmu
Komunikasi…, hal.
59-60.
[17]Muhammad, Arni, Komunikasi
Organisasi, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2005), hal. 20.
[18]Muhammad, Arni, Komunikasi
Organisasi…, hal. 20.
[19]Muhammad, Arni, Komunikasi
Organisasi…, hal. 22.
[20]Onong Uchjana Efendy, Ilmu Teori dan Filsafat
Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993), hal. 318.
No comments:
Post a Comment