2.3.1. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap
muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara
langsung, baik secara verbal maupun nonverbal (Mulyana, 2007 : 81). Menurut Joseph A. Devito komunikasi interpersonal
didefinisikan sebagai penyampaian pesan secara verbal maupun nonverbal antara
dua orang atau lebih yang saling mempengaruhi (Devito, 2009 : 4).
Dari dua pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa komunikasi interpersonal terjadi diantara dua orang atau lebih dengan
penyampaian pesan secara verbal atau nonverbal baik secara sengaja atau tidak.
Komunikasi interpersonal dinilai sebagai jenis komunikasi yang cukup efektif
untuk mengubah perilaku, sikap dan pendapat seseorang karena sifatnya yang
dialogis berupa percakapan (Effendy, 2003 : 8). Komunikasi interpersonal sangat
potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi
atau membujuk orang lain (Pontoh, 2013 : 2).
Jadi bisa dikatakan dengan komunikasi interpersonal dapat meningkatkan
rasa percaya diri seseorang melalui sugesti yang dilontarkan orang tua kepada
anak penyadang disabilitas.
2.3.1.1. Ciri-Ciri Komunikasi
Interpersonal
Komunikasi interpersonal merupakan jenis komunikasi
yang frekuensi terjadinya cukup tinggi dalam kehidupan sehari-hari jika
dibandingkan dengan komunikasi lainnya (Aw, 2011 : 14-15). Ciri-ciri komunikasi
interpersonal adalah sebagai berikut :
1. Arus pesan dua arah yaitu komunikator
dan komunikan dalam komunikasi interpersonal kedudukannya sejajar sehingga pola
penyebaran pesan mengikuti arus dua arah. Artinya komunikator dan komunikan
dapat berganti peran dengan cepat.
2. Umpan balik (feedback) yaitu pelaku komunikasi biasanya bertemu secara langsung
atau tatap muka maka umpan balik dapat diketahui dengan segera. Ketika seorang
Ibu menasehati anaknya maka Ibu (komunikator) akan segera mengetahui bagaimana
umpan balik dari anaknya (komunikan).
3. Berada dalam jarak yang dekat maksudnya
komunikasi interpersonal menuntut agar peserta komunikasi berada dalam jarak
yang dekat baik secara fisik maupun psikologis. Dalam arti fisik pelaku
komunikasi bertemu secara langsung dalam satu lokasi sedangkan dalam arti
psikologis menunjukkan adanya keintiman hubungan antar individu.
4. Mengirim dan menerima pesan secara
simultan dan spontan maksudnya ntuk meningkatkan keefektifan komunikasi
interpersonal, peserta komunikasi dapat memberdayakan pemanfaatan kekuatan
pesan verbal maupun nonverbal secara bersamaan, saling mengisi dan memperkuat
sesuai tujuan komunikasi
2.3.1.2. Tujuan Komunikasi
Interpersonal
Widjaja dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi
Pengantar Studi, hubungan komunikasi antar pribadi dimaksudkan pada suatu
tujuan. Tujuan dari komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut:
1. Mengenal diri sendiri dan orang lain. Salah
satu cara mengenal diri sendiri adalah melalui komunikasi antarpribadi.
Komunikasi antarpribadi memberikan kesempatan kepada kita untuk
memperbincangkan diri kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita sendiri
kepada orang lain, kita akan mendapatkan perspektif baru tentang diri kita
sendiri dan memahami lebih mendalam tentang sikap dan perilaku kita.
2. Mengetahui dunia luar. Komunikasi
antarpribadi juga memungkinkan kita untuk memahami lingkungan kita secara baik
yakni tentang objek, kejadian-kejadian dan orang lain. Banyak informasi yang
kita miliki dengan interaksi antarpribadi.
3. Menciptakan dan memelihara hubungan. Manusia
diciptakan sebagai makhluk sosial, hingga dalam kehidupan sehari-hari orang
ingin menciptakan dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain. Dengan
memelihara hubungan dekat dengan orang lain maka upaya mempengaruhi sikap
cenderung akan berhasil.
4. Mengubah sikap dan perilaku. Dalam
komunikasi antarpribadi, seringkali kita berupaya menggunakan sikap dan
perilaku orang lain. Keinginan memilih suatu cara tertentu, mencoba makanan
baru, membaca buku, berfikir dalam cara tertentu, dan sebagainya. Singkatnya,
banyak yang kita gunakan untuk mempersuasikan orang lain melalui komunikasi
antarpribadi.
5. Bermain dan mencari hiburan. Bermain
mencakup semua kegiatan untuk memperoleh kesenangan. Pembicaraan-pembicaraan
lain yang hampir sama merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh
hiburan. Contoh lainnya seperti dua orang teman yang saling bermain tebakan
atau seorang Ibu yang mengekspresikan wajah lucu kepada anak untuk membuatnya
ketawa.
6.
Membantu orang lain. Mengacu pada
pemaparan dari Widjaja (2000), dalam Suranto (2011: 33), bahwa ketika seseorang
tengah memberikan nasehat kepada orang lain yang sedang mengalami masalah, maka
secara sadar atau tidak disadari, mereka tengah melakukan komunikasi
interpersonal dengan tujuan atau orientasi untuk membantu orang lain.
2.3.1.3. Hambatan Komunikasi
Interpersonal
Termasuk dalam
hambatan komunikasi interpersonal menurut Tubiyono (2013) adalah sebagai
berikut :
1. Interaksi
Adanya aktivitas-aktivitas dalam kehidupan sosial
menunjukkan bahwa manusia mempunyai naluri untuk hidup bergaul dengan
sesamanya. Naluri ini merupakan salah satu yang paling mendasar dalam kebutuhan
hidup manusia, disamping kebutuhan akan; afeksi (kebutuhan akan kasih sayang),
inklusi (kebutuhan akan kepuasan), dan kontrol (kebutuhan akan pengawasan).
Dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup tersebut akan mendorong manusia untuk
melakukan interaksi dengan sesamanya, baik untuk mengadakan kerjasama maupun
untuk melakukan persaingan.
Soerjano Soekanto dalam buku Sosiologi Suatu
Pengantar menyatakan bahwa : “Interaksi sosial (disebut juga proses sosial)
merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.”
Interaksi
antar manusia dimaksud adalah :
a.
interaksi antara
individu dengan individu,
b.
interaksi antara
individu dengan kelompok, dan
c.
interaksi antara
kelompok dengan kelompok.
Hasil
dari pada interaksi sosial ada dua sifat kemungkinan :
a.
Bersifat
positif; suatu interaksi yang mengarah kerjasama dan menguntungkan. Contoh
persahabatan.
b.
Bersifat
negatif; suatu interaksi yang mengarah pada suatu pertentangan yang berakibat
buruk atau merugikan. Contoh perselisihan, pertikaian, dan sebagainya.
Berdasarkan hasil interaksi yang negatif tersebut di
atas maka itulah yang menjadi hambatan dalam proses Komunikasi Interpersonal.
Dalam situasi pertentangan Komunikasi Interpersonal tidak dapat dilaksanakan
dengan baik, kalau pun dipaksakan dilaksanakan pasti kegiatan Komunikasi
Interpersonal efeknya tidak akan berhasil.
2. Kultur
Istilah kultur merupakan penyebutan terhadap istilah
budaya. Dalam khasanah ilmu pengetahuan kata kebudayaan/budaya merupakan
terjemahan dari kata culture. Kata culture sendiri berasal dari Bahasa
Latin dari kata colere yang berarti
mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah/pertanian.
E.B. Taylor yang dikutip Koentjaraningrat dalam buku
Pengantar Ilmu Antropologi menyatakan bahwa : “Kebudayaan adalah suatu keseluruhan
yang kompleks yang meliputi keyakinan dan cara hidup suatu masyarakat yang
dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Keyakinan adalah
keseluruhan ide yang dianut meliputi religi, pemerintahan, ilmu pengetahuan,
filsafat, seni, dan adat istiadat. Cara hidup adalah pola-pola tindakan yang
berhubungan dengan soal kebiasaan meliputi makanan, pakaian, perumahan,
cara-cara perkawian, hiburan, estetika dan sebagainya.
Koentjaraningrat dalam buku Pengantar Ilmu
Antropoogi menyatakan bahwa : “Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik diri manusia dengan belajar.”
Dari beberapa definisi kebudayaan tersebut di atas
dapat disimpulkan dan juga telah disepakati beberapa ahli antropologi, bahwa
kebudayaan dan tindakan kebudayaan itu adalah segala tindakan yang harus
dilalui dan dibiasakan manusia melalui proses belajar (learned behavior).
Berkaitan dengan hal tersebut di atas sesuai dengan
fungsi komunikasi menurut Harol D. Lasswell yang ketiga yaitu; The transmission of the social heritage from
one generation to the next, dalam hal ini transmission of culture difokuskan kepada kegiatan
mengkomunikasikan informasi, nilai-nilai, dan norma sosial dari suatu generasi
ke generasi lain. Itulah fungsi komunikasi terutama Komunikasi Interpersonal.
Yang jadi pertanyaan sekarang, bagaimana kedudukan
kultur atau budaya dalam proses kegiatan Komunikasi Interpersonal. Untuk
sementara ini para ahli baru meninjau hanya mengenai hambatan budaya/kultur
dalam proses Komunikasi Interpersonal terutama kegiatan Komunikasi
Interpersonal lintas budaya, yaitu diantaranya :
a.
Menyampaikan
pesan pada orang yang berlainan kultur akan mengundang perbedaan persepsi
terhadap isi pesan sehingga efek yang diharapkan akan sukar timbul.
b.
Menyampaikan
pesan verbal pada orang yang berlainan kultur tentu saja akan banyak perbedaan
dalam bahasa sehingga dalam proses kegiatan Komunikasi Interpersonal tersebut
selain hambatan dalam bahasa juga terdapat hambatan semantik, yaitu perbedaan
peristilahan dalam masing-masing bahasa.
c.
Menyampaikan
pesan verbal pada orang yang berlainan kultur disertai penekanan pesan dengan
pesan non-verbal mungkin akan mengundang penafsiran berbeda hingga tujuan
penyampaian pesan tidak akan tersampaikan.
d.
Menyampaikan
pesan pada orang yang berlainan kultur jika bertentangan dengan
adat-kebisaannya, norma-normanya maka akan terjadi penolakan Komunikasi
Interpersonal.
3. Pengalaman
Pengalaman atau experience
adalah sejumlah memori yang dimiliki individu sepanjang perjalanan hidupnya. Pengalaman
masing-masing individu akan berbeda-beda tidak akan persis sama, bahkan
pasangan anak kembar pun yang dibesarkan sama-sama dalam lingkungan keluarga
yang sama pengalamannya tidak akan persis sama bahkan mungkin akan berbeda.
Perbedaan pengalaman
antara individu (bahkan antar anak kembar) ini bermula dari perbedaan persepsi
masing-masing tentang sesuatu hal. Perbedaan persepsi tersebut banyak
disebabkan karena perbedaan kemampuan kognitif antara individu termasuk anak
kembar tersebut, sedangkan bagi individu yang saling berbeda budaya tentu saja
perbedaan persepsi tersebut karena perbedayaan budaya. Perbedaan persepsi
tersebut kemudian ditambah dengan perbedaan kemampuan penyimpanan hal yang
dipersepsi tadi dalam otak masing-masing individu tersebut menjadi daya ingat
jangka panjangnya. Setelah itu perbedaan akan berlanjut dalam hal perbedaan
kemampuan mereka memanggil memori jika diperlukan.
No comments:
Post a Comment