Thursday, October 19, 2017

Komunikasi Interpersonal

2.3.1. Komunikasi Interpersonal
            Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal (Mulyana, 2007 : 81).   Menurut Joseph A. Devito komunikasi interpersonal didefinisikan sebagai penyampaian pesan secara verbal maupun nonverbal antara dua orang atau lebih yang saling mempengaruhi (Devito, 2009 : 4).
Dari dua pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi interpersonal terjadi diantara dua orang atau lebih dengan penyampaian pesan secara verbal atau nonverbal baik secara sengaja atau tidak. Komunikasi interpersonal dinilai sebagai jenis komunikasi yang cukup efektif untuk mengubah perilaku, sikap dan pendapat seseorang karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan (Effendy, 2003 : 8). Komunikasi interpersonal sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain (Pontoh, 2013 : 2).  Jadi bisa dikatakan dengan komunikasi interpersonal dapat meningkatkan rasa percaya diri seseorang melalui sugesti yang dilontarkan orang tua kepada anak penyadang disabilitas.
2.3.1.1. Ciri-Ciri Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal merupakan jenis komunikasi yang frekuensi terjadinya cukup tinggi dalam kehidupan sehari-hari jika dibandingkan dengan komunikasi lainnya (Aw, 2011 : 14-15). Ciri-ciri komunikasi interpersonal adalah sebagai berikut :
1.  Arus pesan dua arah yaitu komunikator dan komunikan dalam komunikasi interpersonal kedudukannya sejajar sehingga pola penyebaran pesan mengikuti arus dua arah. Artinya komunikator dan komunikan dapat berganti peran dengan cepat.
2.     Umpan balik (feedback) yaitu pelaku komunikasi biasanya bertemu secara langsung atau tatap muka maka umpan balik dapat diketahui dengan segera. Ketika seorang Ibu menasehati anaknya maka Ibu (komunikator) akan segera mengetahui bagaimana umpan balik dari anaknya (komunikan).
3.   Berada dalam jarak yang dekat maksudnya komunikasi interpersonal menuntut agar peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat baik secara fisik maupun psikologis. Dalam arti fisik pelaku komunikasi bertemu secara langsung dalam satu lokasi sedangkan dalam arti psikologis menunjukkan adanya keintiman hubungan antar individu.
4.   Mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan maksudnya ntuk meningkatkan keefektifan komunikasi interpersonal, peserta komunikasi dapat memberdayakan pemanfaatan kekuatan pesan verbal maupun nonverbal secara bersamaan, saling mengisi dan memperkuat sesuai tujuan komunikasi
2.3.1.2. Tujuan Komunikasi Interpersonal
Widjaja dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, hubungan komunikasi antar pribadi dimaksudkan pada suatu tujuan. Tujuan dari komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut:
1.  Mengenal diri sendiri dan orang lain. Salah satu cara mengenal diri sendiri adalah melalui komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi memberikan kesempatan kepada kita untuk memperbincangkan diri kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita sendiri kepada orang lain, kita akan mendapatkan perspektif baru tentang diri kita sendiri dan memahami lebih mendalam tentang sikap dan perilaku kita.
2. Mengetahui dunia luar. Komunikasi antarpribadi juga memungkinkan kita untuk memahami lingkungan kita secara baik yakni tentang objek, kejadian-kejadian dan orang lain. Banyak informasi yang kita miliki dengan interaksi antarpribadi.
3.  Menciptakan dan memelihara hubungan. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, hingga dalam kehidupan sehari-hari orang ingin menciptakan dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain. Dengan memelihara hubungan dekat dengan orang lain maka upaya mempengaruhi sikap cenderung akan berhasil.
4. Mengubah sikap dan perilaku. Dalam komunikasi antarpribadi, seringkali kita berupaya menggunakan sikap dan perilaku orang lain. Keinginan memilih suatu cara tertentu, mencoba makanan baru, membaca buku, berfikir dalam cara tertentu, dan sebagainya. Singkatnya, banyak yang kita gunakan untuk mempersuasikan orang lain melalui komunikasi antarpribadi.
5.    Bermain dan mencari hiburan. Bermain mencakup semua kegiatan untuk memperoleh kesenangan. Pembicaraan-pembicaraan lain yang hampir sama merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh hiburan. Contoh lainnya seperti dua orang teman yang saling bermain tebakan atau seorang Ibu yang mengekspresikan wajah lucu kepada anak untuk membuatnya ketawa.
6.      Membantu orang lain. Mengacu pada pemaparan dari Widjaja (2000), dalam Suranto (2011: 33), bahwa ketika seseorang tengah memberikan nasehat kepada orang lain yang sedang mengalami masalah, maka secara sadar atau tidak disadari, mereka tengah melakukan komunikasi interpersonal dengan tujuan atau orientasi untuk membantu orang lain.
2.3.1.3. Hambatan Komunikasi Interpersonal
Termasuk dalam hambatan komunikasi interpersonal menurut Tubiyono (2013) adalah sebagai berikut :
1. Interaksi
Adanya aktivitas-aktivitas dalam kehidupan sosial menunjukkan bahwa manusia mempunyai naluri untuk hidup bergaul dengan sesamanya. Naluri ini merupakan salah satu yang paling mendasar dalam kebutuhan hidup manusia, disamping kebutuhan akan; afeksi (kebutuhan akan kasih sayang), inklusi (kebutuhan akan kepuasan), dan kontrol (kebutuhan akan pengawasan). Dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup tersebut akan mendorong manusia untuk melakukan interaksi dengan sesamanya, baik untuk mengadakan kerjasama maupun untuk melakukan persaingan.
Soerjano Soekanto dalam buku Sosiologi Suatu Pengantar menyatakan bahwa : “Interaksi sosial (disebut juga proses sosial) merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.”
Interaksi antar manusia dimaksud adalah :
a.       interaksi antara individu dengan individu,
b.      interaksi antara individu dengan kelompok, dan
c.       interaksi antara kelompok dengan kelompok.
Hasil dari pada interaksi sosial ada dua sifat kemungkinan :
a.       Bersifat positif; suatu interaksi yang mengarah kerjasama dan menguntungkan. Contoh persahabatan.
b.      Bersifat negatif; suatu interaksi yang mengarah pada suatu pertentangan yang berakibat buruk atau merugikan. Contoh perselisihan, pertikaian, dan sebagainya.
Berdasarkan hasil interaksi yang negatif tersebut di atas maka itulah yang menjadi hambatan dalam proses Komunikasi Interpersonal. Dalam situasi pertentangan Komunikasi Interpersonal tidak dapat dilaksanakan dengan baik, kalau pun dipaksakan dilaksanakan pasti kegiatan Komunikasi Interpersonal efeknya tidak akan berhasil.

2. Kultur
Istilah kultur merupakan penyebutan terhadap istilah budaya. Dalam khasanah ilmu pengetahuan kata kebudayaan/budaya merupakan terjemahan dari kata culture. Kata culture sendiri berasal dari Bahasa Latin dari kata colere yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah/pertanian.
E.B. Taylor yang dikutip Koentjaraningrat dalam buku Pengantar Ilmu Antropologi menyatakan bahwa : “Kebudayaan adalah suatu keseluruhan yang kompleks yang meliputi keyakinan dan cara hidup suatu masyarakat yang dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Keyakinan adalah keseluruhan ide yang dianut meliputi religi, pemerintahan, ilmu pengetahuan, filsafat, seni, dan adat istiadat. Cara hidup adalah pola-pola tindakan yang berhubungan dengan soal kebiasaan meliputi makanan, pakaian, perumahan, cara-cara perkawian, hiburan, estetika dan sebagainya.
Koentjaraningrat dalam buku Pengantar Ilmu Antropoogi menyatakan bahwa : “Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.”
Dari beberapa definisi kebudayaan tersebut di atas dapat disimpulkan dan juga telah disepakati beberapa ahli antropologi, bahwa kebudayaan dan tindakan kebudayaan itu adalah segala tindakan yang harus dilalui dan dibiasakan manusia melalui proses belajar (learned behavior).
Berkaitan dengan hal tersebut di atas sesuai dengan fungsi komunikasi menurut Harol D. Lasswell yang ketiga yaitu; The transmission of the social heritage from one generation to the next, dalam hal ini transmission of culture difokuskan kepada kegiatan mengkomunikasikan informasi, nilai-nilai, dan norma sosial dari suatu generasi ke generasi lain. Itulah fungsi komunikasi terutama Komunikasi Interpersonal.
Yang jadi pertanyaan sekarang, bagaimana kedudukan kultur atau budaya dalam proses kegiatan Komunikasi Interpersonal. Untuk sementara ini para ahli baru meninjau hanya mengenai hambatan budaya/kultur dalam proses Komunikasi Interpersonal terutama kegiatan Komunikasi Interpersonal lintas budaya, yaitu diantaranya :
a.       Menyampaikan pesan pada orang yang berlainan kultur akan mengundang perbedaan persepsi terhadap isi pesan sehingga efek yang diharapkan akan sukar timbul.
b.      Menyampaikan pesan verbal pada orang yang berlainan kultur tentu saja akan banyak perbedaan dalam bahasa sehingga dalam proses kegiatan Komunikasi Interpersonal tersebut selain hambatan dalam bahasa juga terdapat hambatan semantik, yaitu perbedaan peristilahan dalam masing-masing bahasa.
c.       Menyampaikan pesan verbal pada orang yang berlainan kultur disertai penekanan pesan dengan pesan non-verbal mungkin akan mengundang penafsiran berbeda hingga tujuan penyampaian pesan tidak akan tersampaikan.
d.      Menyampaikan pesan pada orang yang berlainan kultur jika bertentangan dengan adat-kebisaannya, norma-normanya maka akan terjadi penolakan Komunikasi Interpersonal.
3. Pengalaman
Pengalaman atau experience adalah sejumlah memori yang dimiliki individu sepanjang perjalanan hidupnya. Pengalaman masing-masing individu akan berbeda-beda tidak akan persis sama, bahkan pasangan anak kembar pun yang dibesarkan sama-sama dalam lingkungan keluarga yang sama pengalamannya tidak akan persis sama bahkan mungkin akan berbeda.
Perbedaan pengalaman antara individu (bahkan antar anak kembar) ini bermula dari perbedaan persepsi masing-masing tentang sesuatu hal. Perbedaan persepsi tersebut banyak disebabkan karena perbedaan kemampuan kognitif antara individu termasuk anak kembar tersebut, sedangkan bagi individu yang saling berbeda budaya tentu saja perbedaan persepsi tersebut karena perbedayaan budaya. Perbedaan persepsi tersebut kemudian ditambah dengan perbedaan kemampuan penyimpanan hal yang dipersepsi tadi dalam otak masing-masing individu tersebut menjadi daya ingat jangka panjangnya. Setelah itu perbedaan akan berlanjut dalam hal perbedaan kemampuan mereka memanggil memori jika diperlukan.

No comments:

Post a Comment