BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia
merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke empat di dunia.
Dengan aset jumlah penduduk yang begitu banyak akan mempermudah mewujudkan
negara yang maju. Salah satu cara bagaimana mewujudkan negara maju adalah
dengan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Dimana sumber daya
manusia tersebut harus memiliki sikap dan kemampuan yang baik. Ketepatan,
kecepatan, dan kedisiplinan merupakan hal pokok yang harus dimiliki oleh sumber
daya manusia yang berkualitas. Kedisiplinan dalam segala hal menjadi salah satu
penentu keberhasilan pembangunan suatu negara. Untuk membentuk manusia yang
disiplin membutuhkan waktu dan proses. Harus ada penerapan sejak dini agar
seseorang terbiasa melakukan hal-hal secara teratur dan terjadwal. Oleh karena
itu menerapkan kedisiplinan melalui pola asuh yang baik sejak dini pada anak
sangat penting untuk dilakukan, karena pada masa anak-anak pembentukan
kedisiplinan masih mudah untuk diterapkan.
Pola asuh merupakan suatu cara yang dilakukan dalam mendidik dan menjaga anak
secara terus menerus dari waktu ke waktu sebagai perwujudan rasa tanggungjawab
orang tua terhadap anak. Dalam mengasuh anak, orang tua harus memiliki
pengetahuan agar mereka tidak salah asuh. Selain itu orang tua juga harus
mengetahui seutuhnya karakteristik yang dimiliki oleh anak. Peranan orang tua begitu besar dalam
membantu anak agar siap memasuki gerbang kehidupan mereka. Disinilah kepedulian
orang tua sebagai guru yang pertama dan utama bagi anak-anak. Sebagai orang tua
harus betul-betul melakukan sesuatu untuk anak tercinta. Bagaimana seorang anak
dapat tetap memandang masa depan mereka dalam angan seorang anak, bagaimana
mereka dapat menjadi generasi penerus kita. Masa depan bangsa Indonesia kelak
di tangan mereka dan masa depan mereka dipersiapkan oleh orang tua saat ini.
Anak
usia dini merupakan tahapan usia yang paling menentukan bagaimana karakter,
kepribadian, dan sikap anak di masa dewasa. Karena pada usia dini seorang anak
memasuki masa golden age. Yaitu masa
dimana perkembangan otak anak bekerja secara optimal dalam menerima segala
informasi. Sehingga jika pada usia tersebut anak dididik dengan baik maka akan
terbentuk kepribadian anak yang baik pula. Anak adalah perwujudan cinta kasih
orang dewasa yang siap atau tidak untuk menjadi orang tua. Pada akhirnya mau
atau tidak orang tua dituntut untuk siap menjadi orang tua yang harus dapat
mempersiapkan anak-anak kita agar dapat menjalankan kehidupan masa depan mereka
dengan baik.
Kedisiplinan
merupakan hal yang penting yang harus ditanamkan pada anak. Disiplin merupakan
suatu ketaatan dan kepatuhan terhadap sesuatu yang telah disepakati.
Kedisiplinan dapat dilatih sejak dini melalui pola asuh yang dilakukan oleh
keluarga yang dalam hal ini orang tua lebih berperan besar. Melalui pola asuh
yang baik, anak akan diarahkan orang tua bagaimana membiasakan diri melakukan
hal-hal secara teratur dan terjadwal. Dalam penerapan kedisiplinan tersebut,
juga terkandung nilai tanggungjawab yang tumbuh pada diri anak.
Kenyataan yang terjadi bahwa masih sering kita jumpai beberapa anak yang
menunjukkan perilaku rendahnya disiplin diri, seperti kebiasaan anak yang masih
bermain meskipun hari sudah sore sehingga seharusnya pada saat itu anak sudah
mandi namun belum dilakukan, dan akhirnya anak mandi pada saat menjelang maghrib,
kebiasaan anak yang tidur larut malam dan bangun terlalu siang, kebiasaan anak
yang susah diatur karena kurangnya perhatian dan bimbingan dari orang tua, dan
masih banyak lagi kasus anak yang menunjukkan kurang kedisiplinan.
Mengingat
kedisiplinan merupakan hal yang sangat penting untuk diterapkan sejak anak
menginjak usia dini melalui pola asuh yang baik dan benar, maka penelitian ini
penting untuk dilakukan agar peneliti sehingga mengetahui sejauh mana penerapan
pola asuh demokratis berpengaruh terhadap pembentukan kedisiplinan anak usia
dini.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang di atas, maka
dapat diidentifikasi beberapa masalah, yaitu :
1.
Dalam mewujudkan negara yang maju diperlukan sumber daya manusia yang
berkualitas.
2.
Untuk membentuk manusia yang disiplin membutuhkan waktu dan proses.
3.
Kedisiplinan dapat terbentuk melalui penerapan pola asuh yang baik oleh orang
tua.
4.
Masih banyak ditemukan anak yang masih menunjukkan perilaku kurang disiplin
5.
Anak susah diatur karena kurang perhatian dan bimbingan dari orang tua.
C.
Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, terdapat banyak permasalahan yang
ditemukan pada peran pola asuh dalam upaya pembentukan kedisiplinan anak usia
dini yang tentunya tidak memungkinkan untuk diteliti semuanya. Peneliti
membatasi masalah pada permasalahan yang terkait dengan upaya pembentukan
kedisiplinan anak usia dini melalui pola asuh, karena kedisiplinan merupakan
hal yang penting untuk diterapkan pada anak sejak dini.
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut, peneliti merumuskan masalah sebagai
berikut :
1.
Bagaimana penerapan pola asuh pada anak usia dini ?
2.
Bagaimana upaya pembentukan kedisiplinan pada anak usia dini ?
3. Bagaimana
peran pola asuh dalam upaya pembentukan kedisiplinan pada anak usia dini ?
E.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang
akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui
bagaimana penerapan pola asuh pada anak usia dini.
2. Mengetahui
bagaimana upaya penerapan kedisiplinan anak usia dini.
3. Mengetahui
bagaimana peran pola asuh dalam upaya pembentukan kedisiplinan anak usia dini.
F.
Manfaat hasil Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini dapat ditinjau dari dua segi
yaitu manfaat secara teori dan praktik.
1. Dari
segi teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut
:
a. Sebagai
informasi bagi orang tua dan calon orang tua untuk mengetahui bagaimana peran
pola asuh yang diterapkan dalam membentuk kedisiplinan anak usia dini.
b. Sebagai
pijakan dan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan
dengan peran pola asuh dalam upaya pembentukan kedisiplinan anak usia dini.
2. Dari
segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut
:
a. Bagi
Penulis, dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung tentang upaya
pembentukan kedisiplinan anak usia dini melalui pola asuh yang sesuai.
b. Bagi
orang tua, mampu mengupayakan penanaman hidup disiplin kepada anak-anaknya
sedini mungkin sehingga hidup disiplin akan menjadi kebiasaan yang akan dibawa
hingga usia anak dewasa.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Kajian Teori
1.
Hakekat Pola Asuh
pola asuh merupakan suatu cara yang diterapkan dalam menjaga, merawat, dan
mendidik seorang anak sebagai wujud pertanggungjawaban orang tua terhadap
anaknya. Menurut Mansyur (2005) dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Anak
Usia Dini dalam Islam membagi pola asuh menjadi tiga jenis yaitu :
1) pola asuh otoriter
pola asuh otoriter adalah pola asuh yang ditandai
dengan cara mengasuh anak-anaknya dengan aturan-aturan ketat, sering kali
memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya n(orang tua), kebebasan untuk
bertindak atas nama diri sendiri dibatasi. Anak jarang diajak berkomunikasi dan
diajak ngobrol, bercerita, bertukar pikiran dengan orang tua. Pola asuh yang
bersifat otoriter ini juga ditandai dengan hukuman-hukumannya yang dilakukan
dengan keras, mayoritas hukuman tersebut sifatnya hukuman badan dan anak juga
diatur yang membatasi perilakunya.
2) Pola asuh demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang ditandai
dengan pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak-anaknya, dan kemudian anak
diberi kesempatan uantuk tidak selalu tergantung kepada orang tua. Dalam pola
asuh seperti ini orang tua memberi sedikit kebebasan kepada anak untuk memilih
apa yang dikehendaki dan apa yang diinginkan yang terbaik bagi dirinya, anak
diperhatikan dan didengarkan saat anak berbicara, dan bila berpendapat orang
tua memberi kesempatan untuk mendengarkan pendapatnya. Anak dilibatkan dan
diberikesempatan untuk berpartisipasi dalam mengatur hidupnya, ada yang
mengatakan tidak semua orang tua mentolelir terhadap anak, dalam hal-hal
tertentu orang tua perlu ikut campur tangan, misalnya dalam keadaan
membahayakan hidupnya atau keselamatan anak.
3) Pola asuh laisses fire
Pola asuh ini adalah pola asuh dengan cara orang
tua mendidik anak secara bebas,anak dianggap orang dewasa atau muda, ia diberi
kelonggaran seluas-luasnya apa saja yang dikehendaki. Kontrol orang tua
terhadap anak sangat lemah, juga tidak memberikan bimbingan pada anaknya. Semua
apa yang dilakukan oleh anak adalah benar dan tidak perlu mendapatkan teguran,
arahan, atau bimbingan.
2. Keluarga
Dalam pengertian psikologis, keluarga merupakan sekumpulan orang yang hidup
bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya
pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan dan
saling menyerahkan diri. Keutuhan orang tua (ayah dan ibu) dalam sebuah
keluarga sangat dibutuhkan dalam membantu anak dalam mengembangkan kreativitas
diri. Keluarga dikatak an utuh apabila di samping lengkap anggotanya terutama anak-anaknya.
Jika dalam keluarga terjadi kesenjangan hubungan, perlu diimbangi dengan
kualitas dan intensitas hubungan sehingga ketidakadaan ayah dan atau ibu
dirumah tetap dirasakan kehadirannya dan dihayati secara prikologis.
Dalam buku Pola Asuh Orang Tua yang ditulis oleh Moh. Shochib, David (1992 :
33-34) mengkategorikan keluarga dalam pengertian sebagai keluarga seimbang,
keluarga kuasa, keluarga protektif, keluarga kacau, dan keluarga simbiotis.
Pendapat lain disampaikan oleh Ki
Hajar Dewantara (1962 : 100) yang menyatakan bahwa keluarga merupakan pusat
pendidikan yang pertama dan terpenting karena sejak timbulnya adab kemanusiaan
sampai kini, keluarga selalu mempengaruhi pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap
manusia.
Keluarga seimbang adalah keluarga yang ditandai oleh keharmonisan hubungan
antara ayah dengan ibu, ayah dengan anak, serta ibu dengan anak. Dalam keluarga
ini orang tua bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Anak-anak merasa aman,
walaupun tidak selalu disadari. Diantara anggota keluarga saling mendengarkan
jika bicara bersama, melalui teladan dan dorongan orang tua. Setiap masalah
dihadapi dan diupayakan untuk dipecahkan bersama.
Keluarga kuasa lebih menekankan kekuasaan daripada relasi.pada keluarga ini,
anak merasa seakan-akan ayah dan ibu mempunyai buku peraturan,
ketetapan,ditambah daftar pekerjaan yang tidak pernah habis. Orang tua
bertindak sebagai bos dan pengawas tertinggi. Anggota keluarga terutama
anak-anak tidak memiliki kesempatan atau peluang agar dirinya didengarkan.
Keluarga protektif lebih menekankan pada tugas dan saling menyadari perasaan
satu sama lain. Dalam keluarga ini ketidakcocokan sangat dihindari karena lebih
menyukai suasana kedamaian. Sikap orang tua lebih banyak pada upaya member
dukungan, perhatian, dan garis-garis pedoman sebagai rujukan kegiatan.
Keluarga kacau adalah keluarga kurang teratur dan selalu mendua. Dalam keluarga
ini cenderun timbul konflik dan kurang peka dalam memenuhi kebutuhan anak-anak.
Anak sering diabaikan dan diperlakukan secara kejam karena kesenjangan hubungan
antar mereka dengan orang tua. Dinamika keluarga dalam banyak hal sering
menimbulkan kontradiksi karena pada hakikatnya tidak ada keluarga. Rumah hanya
sehagai tempat berteduh oleh individu-individu.
Keluarga simbiotis dicirikan oleh orientasi dan perhatian keluarga yang kuat
bahkan hampir seluruhnya terpusat pada anak-anak.keluarga ini berlebihan dalam
melakukan relasi. Orang tua banyak menghabiskan waktu untuk memikirkan dan
memenuhi keinginan anak-anaknya.
3.
Disiplin
Disiplin berasal dari kata yang sama dengan “disciple”, yakni seorang yang
belajar dari atau secara suka rela mengikuti seorang pemimpin. Orang tua dan
guru merupakan pemimpin dan anak merupakan murid yang belajar dari mereka cara
hidup yang menuju ke hidup yang berguna dan bahagia. Jadi disiplin merupakan
cara masyarakat mengajar anak perilaku moral yang disetujui kelompok
Tujuan seluruh disiplin ialah membentuk perilaku sedemikian rupa hingga ia akan
sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu
diidentifikasikan. Karena tidak ada pola budaya tunggal, tidak ada pula satu
falsafah pendidikan anak yang menyeluruh untuk mempengaruhi cara menanamkan
disiplin. Jadi metode spesifik yang digunakan di dalam kelompok budaya sangat
beragam, walaupun semuanya mempunyai tujuan yang sama, yaitu mengajar
anak bagaimana berperilaku dengan cara yang sesuai dengan standar kelompok
sosial, tempat mereka diidentifikasikan (Hurlock 1999 : 82).
a.
Perlunya Disiplin
Disiplin perlu untuk dikembangkan anak, karena ia memenuhi beberapa kebutuhan
tertentu dengan demikian disiplin memperbesar kebahagiaan dan penyesuaian
pribadi dan sosial anak. Beberapa kebutuhan masa kanak-kanak yang dapat diisi
oleh disiplin
·
Disiplin memberi rasa aman dengan memberitahukan apa yang boleh dan yang tidak
boleh dilakukan
·
Dengan disiplin, anak belajar bersikap menurut cara yang akan mendatangkan
pujian yang akan ditafsirkan anak sebagai tanda kasih sayang dan penerimaan.
·
Disiplin yang sesuai dengan perkembangan berfungsi sebagai motivasi pendorong
ego yang mendorong anak mencapai apa yang diharapkan darinya.
·
Disiplin membantu anak mengembangkan hati nurani dalam pengambilan keputusan
dan pengendalian perilaku.
Meskipun semua anak membutuhkan disiplin, kebutuhan mereka bervariasi. Terdapat
banyak kondisi yang mempengaruhi kebutuhan anak akan disiplin, enam diantaranya
dianggap sangt penting.
Pertama, karena terdapat variasi dalam laju perkembangan berbagai anak, tidak
semua anak dengan usia yang sama dapat diharapkan mempunyai kebutuhan akan
disiplin yang sama, ataupun jenis disiplin yang sama.
Kedua, kebutuhan akan disiplin bervariasi menurut waktu dalam sehari.
Ketiga, kegiatan yang dilakukan anak mempengaruhi kebutuhan akan
disiplin.disiplin yang paling besar kemungkinannya dibutuhkan untuk kegiatan
sehari-hari yang rutin, misalnya makan, tidur atau membuat pekerjaan rumah dan
paling sedikit diperlukan bila anak bebas bermain sekehendak hatinya.
Keempat, kebutuhan akan disiplin bervariasi dengan hari dalam seminggu. Hari
Senin danakhir minggu merupakan saat disiplin paling dibutuhkan.
Kelima, disiplin lebih sering dibutuhkan dalam keluarga besar dari pada
keluarga kecil. Semakin banyak anak dalam suatu keluarga, semakin kurang
perhatian dan pengawasan yang didapat dari orang tua, dan semakin besar kemungkinan
ada kecemburuan antar saudara dan rasa permusuhan, diikuti pertengkaran dan
bentuk perilaku mengganggu lain.
Keenam, kebutuhan akan disiplin bervariasi dengan usia. Anak lebih besar kurang
membutuhkan disiplin dibanding anak kecil. (Hurlock, 1999 : 83-84)
4. Hakekat
Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan (koordinasi mortorik halus dan kasar), intelegensi (daya pikir,
daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual), sosial emosional
(sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai
dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak (Mansur, 2005 : 88).
Usia dini biasa di sebut dengan golden age karena fisik dan motorik anak
berkembang dan bertumbuh dengan cepat, baik perkembangan emosional,
intelektual, bahasa maupun moral (budi pekerti). Bahkan ada yang menyatakan
bahwa pada usia empat tahun 50% kecerdasan telah tercapai, dan 80% kecerdasan
tercapai pada usia delapan tahun.Adalah hal lumrah jika banyak pihak begitu
memperhatikan perkembangan anak usia emas yang tak akan terulang lagi ini
(Partini, 2010 :2).
Anak usia dini adalah anak yang sedang mengalami masa kanak-kanak awal, yaitu
berusia 2-6 tahun yang akan ditumbuhkan kemampuan emosinya agar setelah dewasa
nanti berkemungkinan besar memiliki kecerdasan (Yasin, 2007 : 10).
DAFTAR
PUSTAKA
Anwar
dan Arsyad Ahmad. (2007). Pendidikan
Anak Dini Usia, Panduan Praktis Bagi Ibu dan Calon Ibu).
Bandung : Alfabeta
Hurlock,
E. B. 1999. Perkembangan
Anak. Jilid 2. Alih bahasa:
Tjandrasa. Jakarta:
Erlangga.
Mansur,
(2005). Pendidikan Anak Usia Dini
dalam Islam. Yogyakarta :Pustaka Belajar
Partini.
(2010). Pengantar Pendidikan Anak Usia
Dini. Yogyakarta :Grafindo Letera Media
Rimm
Sylvia, (2003). Mendidik dan
Menerapkan Disiplin pada Anak Prasekolah. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Shochib, Moh. (2000). Pola Asuh Orang Tua dalam
Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta : Rineka
Cipta.
No comments:
Post a Comment