2.3.2. Percaya Diri
Rasa percaya diri adalah keyakinan pada kemampuan sendiri,
keyakinan pada adanya suatu maksud di dalam kehidupan, dan kepercayaan bahwa
dengan akal budi mereka akan mampu melaksanakan apa yang mereka inginkan, rencanakan
dan harapkan. Rasa percaya diri penting untuk berpartisipasi dalam kehidupan
publik, seperti halnya ketika bergabung dengan suatu masyarakat yang didalamnya
terlibat di dalam suatu aktivitas atau kegiatan, rasa percaya diri meningkatkan
keefektifan dalam aktivitas atau kegiatan.
Kepercayaan diri diperoleh
dari pengalaman hidup dan berhubungan dengan kemampuan melakukan sesuatu dengan
baik. Dengan kepercayaan diri yang baik seseorang akan dapat mengaktualisasikan
potensi-potensi yang ada dalam dirinya (Kadek, 2011 : 130). Supriyo (2008:45) mendefinisikan
percaya diri sebagai “perasaan yang mendalam pada batin seseorang, bahwa ia
mampu berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk dirinya, keluarganya,
masyarakatnya, umatnya, agamanya, yang memotivasi untuk optimis, kreatif dan
dinamis yang positif”. Pendapat lain disampaikan oleh Hambly (1995:3) sebagaimana
dikutip oleh Syaifullah (2010:49) bahwa percaya diri merupakan keyakinan yang
kuat dalam diri yang berupa perasaan dan anggapan bahwa dirinya dalam keadaan
baik sehingga memungkinkan individu tampil dan berperilaku dengan penuh
keyakinan.
2.3.2.1. Ciri-ciri Individu yang
Memiliki Rasa Percaya Diri
Seseorang yang memiliki kepercayaan diri akan
terlihat dalam setiap tindakan dan sikap yang ia lakukan. Fatimah (2008:149-150)
menyebutkan beberapa karakteristik individu yang percaya diri sebagai berikut:
1. Percaya akan kompetensi/kemampuan diri,
sehingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan ataupun hormat orang lain
2. Tidak terdorong untuk menunjukan sikap
konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok
3.
Berani menerima dan menghadapi penolakan
orang lain, berani menjadi diri sendiri
4. Punya pengendalian diri yang baik.
Pengendalian diri yang baik akan menentukan seseorang berhasil atau tidaknya bergabung
dalam masyarakat.
5. Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan,
bergantung pada usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau
keadaan serta tidak bergantung/mengharapkan bantuan orang lain, mempunyai cara
pandang positif terhadap diri sendiri dan orang lain dan situasi di luar
dirinya)
6.
Memiliki harapan yang realistis terhadap
diri sendiri, sehingga ketika harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu
melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.
Schwartz (2008:88) menyampaikan beberapa ciri orang
yang bertindak dan berpikir dengan penuh percaya diri adalah “(a) berani duduk
di kursi terdepan, (b) mampu mengadakan kontak mata, (c) berjalan 25% lebih
cepat, (d) berani menyampaikan pendapat dalam rapat atau forum lain, dan (e)
menampilkan rasa percaya diri dengan tersenyum”.
Dari pendapat di atas dapat dilihat bahwa individu
yang memiliki kepercayaan diri tinggi memiliki ciri-ciri (a) meyakini kemampuan
diri dan mampu memanfaatkannya, (b) berani menghadapi permasalahan dan tidak
takut untuk gagal, (c) berani menerima penolakan, (d) tidak mudah menyerah, (e)
mampu mengendalikan diri, (f) memiliki harapan yang realistis terhadap dirinya
sendiri, (g) mampu menyampaikan pendapat ketika dalam diskusi atau rapat, dan
(h) memiliki penampilan yang penuh keyakinan.
2.3.2.2. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Rasa Percaya Diri
Rasa percaya diri dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal (Ghufron, 2011 : 27-30):
a. Faktor internal, meliputi:
1. Konsep diri. Terbentuknya percaya diri
pada seseorang diawali dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam
pergaulan suatu kelompok. Konsep diri merupakan gagasan tentang dirinya
sendiri. Individu yang mempunyai rasa rendah diri biasanya mempunyai konsep
diri negatif, sebaliknya individu yang mempunyai rasa percaya diri akan
memiliki konsep diri positif.
2. Harga diri yaitu penilaian yang
dilakukan terhadap diri sendiri. Individu yang memiliki harga diri tinggi akan
menilai pribadi secara rasional dan benar bagi dirinya serta mudah mengadakan
hubungan dengan individu lain. Individu yang mempunyai harga diri tinggi
cenderung melihat dirinya sebagai individu yang berhasil percaya bahwa usahanya
mudah menerima orang lain sebagaimana menerima dirinya sendiri. Akan tetapi
individu yang mempuyai harga diri rendah bersifat tergantung, kurang percaya
diri dan biasanya terbentur pada kesulitan sosial serta pesimis dalam
pergaulan.
3. Kondisi fisik. Perubahan kondisi fisik
juga berpengaruh pada rasa percaya diri. penampilan fisik merupakan penyebab
utama rendahnya harga diri dan percaya diri seseorang.
4.
Pengalaman hidup. Kepercayaan diri
diperoleh dari pengalaman yang mengecewakan. Apalagi jika pada dasarnya individu
memiliki rasa tidak aman, kurang kasih sayang dan kurang perhatian.
b. Faktor eksternal meliputi:
1. Pendidikan. Pendidikan mempengaruhi
percaya diri individu. Tingkat pendidikan yang rendah cenderung membuat
individu merasa dibawah kekuasaan yang lebih pandai, sebaliknya individu yang pendidikannya
lebih tinggi cenderung akan menjadi mandiri dan tidak perlu bergantung pada
individu lain. Individu tersebut akan mampu memenuhi keperluan hidup dengan
rasa percaya diri dan kekuatannya dengan memperhatikan situasi dari sudut
kenyataan.
2. Pekerjaan. Bekerja dapat mengembangkan
kreatifitas dan kemandirian serta rasa percaya diri. Lebih lanjut dikemukakan
bahwa rasa percaya diri dapat muncul dengan melakukan pekerjaan, selain materi
yang diperoleh. Kepuasan dan rasa bangga di dapat karena mampu mengembangkan
kemampuan diri.
3. Lingkungan. Lingkungan disini merupakan
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dukungan yang baik yang diterima
dari lingkungan keluarga seperti anggota kelurga yang saling berinteraksi
dengan baik akan memberi rasa nyaman dan percaya diri yang tinggi. Begitu juga
dengan lingkungan masyarakat semakin bisa memenuhi norma dan diterima oleh
masyarakat, maka semakin lancar harga diri berkembang. Berdasarkan uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi rasa percaya
diri pada individu, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal
meliputi konsep diri, harga diri dan keadaan fisik. Faktor eksternal meliputi
pendidikan, pekerjaan, lingkungan dan pengalaman hidup.
2.3.2.3. Aspek-aspek Rasa Percaya
Diri
Menurut Lauster (dalam Ghufron, 2011) anak yang memiliki rasa percaya diri
positif adalah:
1. Keyakinan akan kemampuan diri yaitu
sikap positif anak tentang dirinya bahwa anak mengerti sungguh-sungguh akan apa
yang dilakukannya.
2. Optimis yaitu sikap positif anak yang
selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan dan
kemampuannya.
3. Obyektif yaitu anak yang percaya diri
memandang permasalahan atau sesuatu sesuai dengan kebenaran yang semestinya,
bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri.
4. Bertanggung jawab yaitu kesediaan anak
untuk menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya.
5. Rasional yaitu analisa terhadap sesuatu
masalah, sesuatu hal, sesuatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang dapat
diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.
Menurut Kumara (dalam Isaningrum, 2007) individu
yang memiliki rasa percaya diri merasa yakin akan kemampuan dirinya, sehingga
bisa menyelesaikan masalahnya karena tahu apa yang dibutuhkan dalam hidupnya,
serta mempunyai sikap positif yang didasari keyakinan akan kemampuannya. Individu
tersebut bertanggung jawab akan keputusannya yang telah diambil serta mampu
menatap fakta dan realita secara obyektif yang didasari keterampilan.
Dari
uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki rasa percaya
diri yaitu diantaranya memiliki rasa keyakinan akan kemampuan diri, optimis, obyektif,
bertanggung jawab serta memiliki pemikiran rasional.
No comments:
Post a Comment