Saturday, October 21, 2017

Sejarah dan Ruang Lingkup Pendidikan Islam

A.    Sejarah Pendidikan Islam
Sejarah pendidikan Islam pada hakekatnya tidak terlepas dari sejarah Islam. Oleh sebab itu periodisasi sejarah pendidikan Islam dapat dikatakan berada dalam periode-periode sejarah Islam itu sendiri. Dengan masa pembinaan pendidikan Islam, yang dimaksudkan adalah masa dimana proses pembudayaannya (masuknya kedalam kebudayaan manusiawi, sehingga diterima dan menjadi unsur yang menyatu dalam kebudayaan manusia) berlangsung. Adapun pelaksanaan pendidikan Islam pada zaman Nabi Muhammad Saw tersebut dapat di bedakan menjadi dua periode yaitu periode Makkah dan periode Madinah.
Sejarah pendidikan Islam pada masa Rasulullah periode Mekkah, yakni Sejak Nabi diutus sebagai Rasul hingga hijrah ke Madinah, kurang lebih sejak tahun 611 M – 622 M atau selama 12 tahun tahun 5 bulan 21 hari, sistem pendidikan Islam lebih bertumpu kepada Nabi. Bahkan tidak ada yang mempunyai kewenangan untuk memberikan atau menentukan materi-materi pendidikan, selain Nabi.[1]
Pokok pembinaan pendidikan Islam di Makkah adalah pendidikan tauhid (aqidah Islamiyah), titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu muslim. Hal ini ditanamkan Rasulullah karena pada saat itu kondisi masyarakat Mekkah masih dalam keadaan jahiliyah dan masih banyak yang menyembah berhala. Tujuan penanaman nilai-nilai tauhid ini adalah agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan fase Mekkah merupakan fase terberat bagi Nabi Muhammad SAW. Karena di Mekkah Nabi banyak mengalami kesulitan dan tantangan dari masayarakat Mekkah yang masih belum menerima adanya agama Islam. Hal ini dapat dilihat pada tahap awal Pendidikan Islam yang dilakukan Rasulullah yang dilakukan secara tersembunyi dan hanya berkisar pada kerabat dekatnya saja.
Pola pendidikan yang dilakukan Rasulullah SAW sejalan dengan tahapan-tahapan dakwah yang disampaikan kepada kaum Quraisy. Dalam buku Sejarah Pendidikan Islam membagi kepada 3 tahap, yaitu:
  1. Tahap pendidikan Islam secara rahasia dan perorangan
Pada awal turunnya wahyu pertama al-Qur’an surat al-Alaq ayat 1-5, pola pendidikan yang dilakukan adalah sembunyi-sembunyi mengingat kondisi sosial-politik yang belum stabil, dimulai dari dirinya sendiri dan keluarga dekatnya. Mula-mula Rasulullah mendidik isterinya, Khadijah untuk beriman dan menerima petunjuk dari Allah, kemudian diikuti oleh anak angkatnya Ali ibn Abi Thalib (anak pamannya) dan Zaid ibn Haritsah (seorang pembantu rumah tangganya yang kemudian diangkat menjadi anak angkatnya). Kemudian sahabat karibya Abu Bakar Siddiq. Secara berangsur-angsur ajakan tersebut di sampaikan secara meluas, tetapi masih terbatas di kalangan keluarga dekat dari suku Quraisy.
  1. Tahap pendidikan Islam secara terang-terangan
Perintah dakwah secara terang-terangan dilakukan oleh Rasulullah, seiring dengan jumlah sahabat yang semakin banyak dan untuk meningkatkan jangkau seruan dakwah, karena diyakini dengan dakwah tersebut banyak kaum Quraisy yang akan masuk agama Islam.
  1. Tahap pendidikan Islam untuk Umum
Rasulullah mengubah strategi dakwahnya dari seruan yang terfokus kepada keluarga dekat beralih kepada seruan umum, umat manusia secara keseluruhan.[2]

Sejarah pendidikan Islam menyatakan bahwa pembinaan pendidikan Islam pada masa Mekkah ini meliputi:
  1. Pendidikan Keagamaan, yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata-mata, jangan mempersekutukan-Nya dengan berhala, karena Dia Tuhan yang Maha Besar dan Maha Pemurah, sebab itu hendaklah dihancurkan berhala itu sejauh-jauhnya;
  2. Pendidikan Aqliyah dan Ilmiyah, yaitu mempelajari kejadian manusia dari segumpal darah dan kejadian alam semesta;
  3. Pendidikan Akhlaq dan Budi Pekerti, Nabi Muhammad SAW mengajar sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid; dan
  4. Pendidikan Jasmani (kesehatan), yaitu mementingkan kebersihan, bersih pakaian, bersih badan dan bersih tempat kediaman.[3]

Setelah Nabi bersama sahabat-sahabatnya (muhajirin) hijrah ke Madinah usaha nabi yang pertama adalah mendirikan mesjid. Setelah pembangunan itu selesai maka dimasjid itulah nabi mendirikan shalat berjamaah bahkan masjid itulah nabi membacakan al-Qur’an dan mendirikan pendidikan dan pengajaran Islam pendidikan pertama yang dilakukan oleh nabi ialah memperkuat persatuan kaum muslimin dan mengikis habis-habisan sisa-sisa permusuhan dan persukuan. Lalu Nabi SAW mempersaudarakan dua-dua orang. Mula-mula diantara sesama Muhajirin kemudian diantara Muhajirin dan Anshar. Dengan lahirnya persaudaraan itu bertambah kokohlah persatuan kaum muslimin.
Periode Makkah ciri pokok pembinaan pendidikan Islam adalah pendidikan tauhid, maka pada periode Madinah ini ciri pokok pembinaan pendidikan Islam dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Tetapi sebenarnya antara dua ciri tersebut bukanlah merupakan dua hal yang dipisahkan satu dengan yang lain. Kalau pembinaan pendidikan di Makkah titik pokoknya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid kedalam jiwa tiap individu muslim, agar dari jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pembinaan pendidikan di Madinah pada hakikatnya ialah merupakan lanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran tauhid, sehingga akhirnya tingkah laku sosial politiknya merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.[4]

Pendidikan di Madinah semakin luas dibandingkan pendidikan Islam di mekkah seiring berkembangnya masyarakat Islam dan semakin luas petunjuk-petunjuk Allah semakin luas pula tujuan dan materi pendidikan yang dilaksanakan oleh Rasulullah pendidikan Islam tidak hanya diarahkan untuk membentuk pribadi kader Islam tetapi juga membina aspek aspek kemanusiaan sebagai hamba Allah untuk mengelola dan menjaga kesejahteraan alam semesta. Untuk itu umat Islam dibekali dengan pendidikan tauhid, ahlak, amal ibadah, kehidupan sosial kemasyarakatan, dan keagamaan serta ekonomi kesehatan bahkan kehidupan bernegara.[5]
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa pada periode Makkah Nabi Muhammad SAW lebih menitik beratkan pembinaan moral dan akhlak serta tauhid. Bahkan beliau dalam mendidik umatnya itu secara bertahap yaitu dengan cara sembuyi-sembunyi mulai mengajak keluarga dekat sampai akhirnya dapat dilakukan dengan cara terang-terangan hingga masyarakat yang luas. Sedangkan pada periode Madinah Nabi Muhammad SAW melakukan pembinaan di bidang sosial politik. Pendidikan di Madinah pada hakikatnya merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah. Dihubungkannya sosial politik dengan tauhid, sehingga akhirnya tingkah laku sosial politik merupakan cerminan dan pantulan sinar tauhid tersebut.
Dengan demikian, berawal pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW ketika beliau masih hidup, baik semasa di Mekkah maupun setelah hijrah ke Madinah merupakan cikal bakal bermula dan tumbuhnya pendidikan Islam dan mulailah pendidikan Islam berkembang pesat hingga saat ini.

B.     Ruang Lingkup Pendidikan Islam
Ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, dan ketiga hubungan manusia dengan dirinya sendiri serta hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.
Ruang lingkup pendidikan Islam memiliki cakupan sangat luas, karena ajaran Islam memuat ajaran tentang tata hidup yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, maka pendidikan agama Islam merupakan pengajaran tata hidup yang berisi pedoman pokok yang digunakan oleh manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia ini dan untuk menyiapkan kehidupannya yang sejahtera di akhirat nanti.
Ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup segala bidang kehidupan manusia di dunia dimana manusia mampu memanfaatkannya sebagai tempat menanam benih amaliah yang buahnya akan dipetik di akhirat nanti, maka pembentukan nilai dan sikap amaliyah Islamiyah dalam pribadi manusia baru akan tercapai dengan efektif bilamana dilakukan melalui proses kependidikan yang berjalan di atas kaidah-kaidah ilmu pengetahuan kependidikan.[6]
Dalam proses belajar mengajar, faktor materi sangat menentukan arah dan tujuan pendidikan yang dijalankan. Demikian pula dengan pendidikan agama yang diberikan kepada anak, materi akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan akhir pendidikan. Secara garis besar ada beberapa bidang materi pendidikan Islam, seperti aqidah, ibadah dan akhlak.[7]
Pendidikan Islam adalah ikhtiar manusia dengan jalan bimbingan dan pimpinan untuk membantu dan mengarahkan fitrah agama anak didik menuju terbentuknya kepribadian utama sesuai dengan ajaran agama. Dengan demikian maka ruang lingkup pendidikan agama Islam menurut Hasbi ash-Shidiqi meliputi:
1. Tarbiyah Jisminiyah, yaitu segala rupa pendidikan yang wujudnya menyuburkan dan menyehatkan tubuh serta menegakkannya, supaya dapat merintangi kesukaran yang dihadapi dalam pengalamannya.
2. Tarbiyah Aqliyah, yaitu sebagaimana rupa pendidikan dalam pelajaran yang akibatnya mencerdaskan akal menajamkan otak semisal ilmu berhitung.
3. Tarbiyah Adabiyah, segala rupa praktek maupun teori yang wujudnya meningkatkan budi pekerti dan perangai. Tarbiyah adabiyah atau pendidikan budi pekerti/ akhlak dalam ajaran Islam merupakan salah satu ajaran pokok yang harus diajarkan agar umatnya memiliki atau melaksanakan akhlaq yang mulia yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SWT.[8]

Melihat dari arti dan ruang lingkup pendidikan agama Islam di atas, jelaslah bahwa pendidikan agama Islam berusaha untuk membentuk manusia yang berkepribadian yang kuat dan baik berdasarkan pada ajaran agama Islam. Untuk itu pendidikan agama Islam sejak kecil di lingkungan keluarga yang kemudian pembinaan selanjutnya dilembaga formal (sekolah) mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.
Apabila dilihat dari segi pembahasannya maka ruang lingkup pendidikan Islam yang umum dilaksanakan di sekolah adalah:
a.    Pengajaran keimanan
Pengajaran keimanan berarti proses belajar mengajar tentang aspek kepercayaan, dalam hal ini tentunya kepercayaan menurut ajaran Islam, inti dari pengajaran ini adalah tentang rukun Islam.
b.    Pengajaran akhlak
Pengajaran akhlak adalah bentuk pengajaran yang mengarah pada pembentukan jiwa, cara bersikap individu pada kehidupannya, pengajaran ini berarti proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajarkan berakhlak baik.
c.    Pengajaran ibadah
Pengajaran ibadah adalah pengajaran tentang segala bentuk ibadah dan tata cara pelaksanaannya, tujuan dari pengajaran ini agar siswa mampu melaksanakan ibadah dengan baik dan benar. Mengerti segala bentuk ibadah dan memahami arti dan tujuan pelaksanaan ibadah.
d.   Pengajaran fiqih
Pengajaran fiqih adalah pengajaran yang isinya menyampaikan materi tentang segala bentuk-bentuk hukum Islam yang bersumber pada             al-Qur`an, sunnah, dan dalil-dalil syar'i yang lain. Tujuan pengajaran ini adalah agar siswa mengetahui dan mengerti tentang hukum-hukum Islam dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.
e.    Pengajaran al-Qur`an
Pengajaran al-Qur`an adalah pengajaran yang bertujuan agar siswa dapat membaca al-Qur`an dan mengerti arti kandungan yang terdapat di setiap ayat-ayat al-Qur`an. Akan tetapi dalam prakteknya hanya ayat-ayat tertentu yang di masukkan dalam materi pendidikan agama Islam yang disesuaikan dengan tingkat pendidikannya.
f.     Pengajaran sejarah Islam
Tujuan pengajaran dari sejarah Islam ini adalah agar siswa dapat mengetahui tentang pertumbuhan dan perkembangan agama Islam dari awalnya sampai zaman sekarang sehingga siswa dapat mengenal dan mencintai ajaran-ajaran agama Islam.[9]

Menurut Abdullah Nasikh Ulwan seperti yang dikutip Heri Jauhari Muchtar mengatakan secara umum lingkup pendidikan Islam terdiri dari tujuh unsur materi yaitu sebagai berikut:
a.       Pendidikan Keimanan
Pendidikan ini mencakup keimanan kepada Allah, Malaikat, kitab-kitab Allah, Nabi/Rasul, hari akhirat dan takdir. Termasuk didalamnya materi tata cara beribadah, baik ibadah mahdhah seperti shalat, zakat, puasa, dan haji; maupun ibadah ghair mahdhah seperti berbuat baik kepada sesama. Tujuan materi ini adalah agar anak memiliki dasar-dasar keimanan dan ibadah yang kuat.
b.      Pendidikan Moral
Materi pendidikan ini merupakan latihan membangkitkan nafsu-nafsu ketuhanan dan menghilangkan nafsu syaitan. Pada materi ini anak dikenalkan atau dilatih mengenai:
1)   Perilaku/akhlak yang mulia. Seperti jujur, rendah hati, sabar, dan sebagainya.
2)   Perilaku/akhlak yang tercela seperti dusta, takabur, khianat dan sebagainya.
Setelah materi-materi tersebut diajarkan kepada anak, diharapkan memiliki perilaku-prilaku akhlak yang mulia dan menjauhi serta meninggalkan perilaku-prilaku akhlak yang mulia.
c.       Pendidikan fisik/ jasmani
Rasulullah pernah memeritahkan umatnya agar mengajarkan mamanah, berenang, naik kuda dan bela diri kepada putra-putrinya. Ini merupakan perintah kepada kita agar mengajarkan pendidikan jasmani kepada anak-anak. Tujuan dari materi ini adalah agar anak memiliki jasmani yang sehat dan kuat serta memiliki keterampilan dasar seperti berlari, lompat dan renang.
d.      Pendidikan Rasio/ Akal
Manusia sebagai makhluk yang diciptakan Allah dengan dianugerahi kelebihan diantaranya berupa akal, supaya akal ini dapat berkembang dengan baik maka perlu dilatih dengan teratur dan sesuai dengan umur dan kemampuan anak. contoh materi ini adalah berupa pelajaran berhitung atau penyelesaian masalah. Tujuan materi ini adalah agar anak dapat menjadi cerdas dan dapat berfikir solutif serta menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya.
e.       Pendidikan Kejiwaan.
Selain nafsu dan akal yang harus dilatih atau didik pada diri manusia adalah kejiwaan atau hati nuraninya. Pada materi ini anak dilatih agar dapat membina hati nuraninya sehingga menjadi pemimpin dalam dirinya sendiri. Dan dapat menyuarakan kebenaran dalam keadaan apapun. Selain itu diharapkan agar anak memiliki jiwa atau hati nurani yang kuat sabar, dan tabah dalam menjalani kehidupan ini.
f.       Pendidikan Sosial/kemasyarakatan
Seperti yang kita ketahui bahwa manusia memiliki dua tugas hubungan yang harus dilakukan dalam hidupnya, yaitu hubungan dengan Allah Swt (hablumminallah) dan hubungan manusia dengan sesama manusia (hablumminannas).
g.      Pendidikan Seksual
Pendidikan seksual yang dimaksud di sini adalah yang islami dan sesuai dengan perkembangan usia serta mental anak. Kita khawatir dengan berkembangnya cara hidup masyarakat sekarang ini yang lebih meniru cara hidup yang cenderung jauh dari nilai-nilai keagamaan. Apabila hal ini terus berlangsung maka akan rusaklah kehidupan manusia, dan akan menjerumuskan mereka ke martabat yang lebih rendah bahkan lebih rendah daripada binatang.[10]

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa ruang lingkup pendidikan Islam berpusat pada sumber utama ajaran Islam, yakni al-Qur’an dan hadis, baik pada jenjang pendidkan dasar maupun menengah kemampuan yang diharapkan adalah sosok siswa yang beriman dan berakhlak. Hal tersebut tentunya selaras dengan tujuan pendidikan Islam, yaitu sosok siswa yang secara terus-menerus membangun pengalaman belajarnya, baik pada ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik.


[1]Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 7.
[2]Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarata: Kencana Prenada Media, 2007),       hal. 32.
[3]Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: IAIN dan Depag, 1986), hal. 27.
[6]M. Arifin, Ilmu Pendidikan…, hal. 13.
[7]Fauzi Saleh, Konsep Pendidikan dalam Islam (Pendidikan Keluarga dan Pengaruhnya Terhadap Anak, (Banda Aceh: Yayasan Pena, 2005), hal. 25.
[8]Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Konpetensi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), hal. 138-139.
[9]Zakiah Daradjad, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hal. 172.
[10]Heri Jauhari Muchtar, Fiqih Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995),              hal. 15-18.

No comments:

Post a Comment