A.
Sejarah Pendidikan Islam
Sejarah
pendidikan Islam pada hakekatnya tidak terlepas dari sejarah Islam. Oleh sebab
itu periodisasi sejarah pendidikan Islam dapat dikatakan berada dalam periode-periode
sejarah Islam itu sendiri. Dengan masa pembinaan pendidikan Islam, yang
dimaksudkan adalah masa dimana proses pembudayaannya (masuknya kedalam
kebudayaan manusiawi, sehingga diterima dan menjadi unsur yang menyatu dalam
kebudayaan manusia) berlangsung. Adapun pelaksanaan pendidikan Islam pada zaman
Nabi Muhammad Saw tersebut dapat di bedakan menjadi dua periode yaitu periode
Makkah dan periode Madinah.
Sejarah
pendidikan Islam pada masa Rasulullah periode Mekkah, yakni Sejak Nabi diutus
sebagai Rasul hingga hijrah ke Madinah, kurang lebih sejak tahun 611 M – 622 M
atau selama 12 tahun tahun 5 bulan 21 hari, sistem pendidikan Islam lebih
bertumpu kepada Nabi. Bahkan tidak ada yang mempunyai kewenangan untuk
memberikan atau menentukan materi-materi pendidikan, selain Nabi.[1]
Pokok
pembinaan pendidikan Islam di Makkah adalah pendidikan tauhid (aqidah Islamiyah), titik beratnya adalah
menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu muslim. Hal ini
ditanamkan Rasulullah karena pada saat itu kondisi masyarakat Mekkah masih
dalam keadaan jahiliyah dan masih banyak yang menyembah berhala. Tujuan
penanaman nilai-nilai tauhid ini adalah agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid
dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan
fase Mekkah merupakan fase terberat bagi Nabi Muhammad SAW. Karena di Mekkah
Nabi banyak mengalami kesulitan dan tantangan dari masayarakat Mekkah yang masih
belum menerima adanya agama Islam. Hal ini dapat dilihat pada tahap awal
Pendidikan Islam yang dilakukan Rasulullah yang dilakukan secara tersembunyi
dan hanya berkisar pada kerabat dekatnya saja.
Pola
pendidikan yang dilakukan Rasulullah SAW sejalan dengan tahapan-tahapan dakwah
yang disampaikan kepada kaum Quraisy. Dalam buku Sejarah Pendidikan Islam membagi kepada 3 tahap, yaitu:
- Tahap pendidikan Islam secara rahasia dan perorangan
Pada awal
turunnya wahyu pertama al-Qur’an surat al-Alaq ayat 1-5, pola pendidikan yang
dilakukan adalah sembunyi-sembunyi mengingat kondisi sosial-politik yang belum
stabil, dimulai dari dirinya sendiri dan keluarga dekatnya. Mula-mula
Rasulullah mendidik isterinya, Khadijah untuk beriman dan menerima petunjuk
dari Allah, kemudian diikuti oleh anak angkatnya Ali ibn Abi Thalib (anak
pamannya) dan Zaid ibn Haritsah (seorang pembantu rumah tangganya yang kemudian
diangkat menjadi anak angkatnya). Kemudian sahabat karibya Abu Bakar Siddiq.
Secara berangsur-angsur ajakan tersebut di sampaikan secara meluas, tetapi
masih terbatas di kalangan keluarga dekat dari suku Quraisy.
- Tahap pendidikan Islam secara terang-terangan
Perintah dakwah
secara terang-terangan dilakukan oleh Rasulullah, seiring dengan jumlah sahabat
yang semakin banyak dan untuk meningkatkan jangkau seruan dakwah, karena
diyakini dengan dakwah tersebut banyak kaum Quraisy yang akan masuk agama Islam.
- Tahap pendidikan Islam untuk Umum
Rasulullah
mengubah strategi dakwahnya dari seruan yang terfokus kepada keluarga dekat
beralih kepada seruan umum, umat manusia secara keseluruhan.[2]
Sejarah
pendidikan Islam menyatakan bahwa pembinaan pendidikan Islam pada masa Mekkah
ini meliputi:
- Pendidikan Keagamaan, yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata-mata, jangan mempersekutukan-Nya dengan berhala, karena Dia Tuhan yang Maha Besar dan Maha Pemurah, sebab itu hendaklah dihancurkan berhala itu sejauh-jauhnya;
- Pendidikan Aqliyah dan Ilmiyah, yaitu mempelajari kejadian manusia dari segumpal darah dan kejadian alam semesta;
- Pendidikan Akhlaq dan Budi Pekerti, Nabi Muhammad SAW mengajar sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid; dan
- Pendidikan Jasmani (kesehatan), yaitu mementingkan kebersihan, bersih pakaian, bersih badan dan bersih tempat kediaman.[3]
Setelah Nabi bersama sahabat-sahabatnya (muhajirin) hijrah ke
Madinah usaha nabi yang pertama adalah mendirikan mesjid. Setelah pembangunan
itu selesai maka dimasjid itulah nabi mendirikan shalat berjamaah bahkan masjid
itulah nabi membacakan al-Qur’an dan mendirikan pendidikan dan pengajaran Islam
pendidikan pertama yang dilakukan oleh nabi ialah memperkuat persatuan kaum
muslimin dan mengikis habis-habisan sisa-sisa permusuhan dan persukuan. Lalu Nabi
SAW mempersaudarakan dua-dua orang. Mula-mula diantara sesama Muhajirin
kemudian diantara Muhajirin dan Anshar. Dengan lahirnya persaudaraan itu bertambah
kokohlah persatuan kaum muslimin.
Periode Makkah ciri pokok pembinaan pendidikan Islam adalah pendidikan tauhid, maka pada
periode Madinah ini ciri
pokok pembinaan pendidikan Islam
dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Tetapi sebenarnya antara
dua ciri tersebut bukanlah merupakan dua hal yang dipisahkan satu dengan yang
lain. Kalau pembinaan pendidikan di Makkah titik pokoknya adalah menanamkan
nilai-nilai tauhid kedalam jiwa tiap individu muslim, agar dari jiwa mereka
terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam
kehidupan sehari-hari. Sedangkan pembinaan pendidikan di Madinah pada
hakikatnya ialah merupakan lanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu
pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran
tauhid, sehingga akhirnya tingkah laku sosial politiknya merupakan cermin dan
pantulan sinar tauhid tersebut.[4]
Pendidikan di Madinah semakin luas dibandingkan pendidikan
Islam di mekkah seiring berkembangnya masyarakat Islam dan semakin luas
petunjuk-petunjuk Allah semakin luas pula tujuan dan materi pendidikan yang
dilaksanakan oleh Rasulullah pendidikan Islam tidak hanya diarahkan untuk
membentuk pribadi kader Islam tetapi juga membina aspek aspek kemanusiaan
sebagai hamba Allah untuk mengelola dan menjaga kesejahteraan alam semesta.
Untuk itu umat Islam dibekali dengan pendidikan tauhid, ahlak, amal ibadah,
kehidupan sosial kemasyarakatan, dan keagamaan serta ekonomi kesehatan bahkan
kehidupan bernegara.[5]
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa pada
periode Makkah Nabi Muhammad SAW lebih menitik beratkan pembinaan moral dan
akhlak serta tauhid. Bahkan beliau dalam mendidik umatnya itu secara bertahap
yaitu dengan cara sembuyi-sembunyi mulai mengajak keluarga dekat sampai
akhirnya dapat dilakukan dengan cara terang-terangan hingga masyarakat yang
luas. Sedangkan pada periode Madinah Nabi Muhammad SAW melakukan pembinaan di
bidang sosial politik. Pendidikan di Madinah pada hakikatnya merupakan
kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah. Dihubungkannya sosial politik
dengan tauhid, sehingga akhirnya tingkah laku sosial politik merupakan cerminan
dan pantulan sinar tauhid tersebut.
Dengan demikian, berawal pendidikan yang dilakukan oleh
Rasulullah SAW ketika beliau masih hidup, baik semasa di Mekkah maupun setelah
hijrah ke Madinah merupakan cikal bakal bermula dan tumbuhnya pendidikan Islam
dan mulailah pendidikan Islam berkembang pesat hingga saat ini.
B.
Ruang Lingkup Pendidikan Islam
Ruang
lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan
sesama manusia, dan ketiga hubungan manusia dengan dirinya sendiri serta
hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.
Ruang
lingkup pendidikan Islam memiliki cakupan sangat luas, karena ajaran Islam
memuat ajaran tentang tata hidup yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia,
maka pendidikan agama Islam merupakan pengajaran tata hidup yang berisi pedoman
pokok yang digunakan oleh manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia ini dan
untuk menyiapkan kehidupannya yang sejahtera di akhirat nanti.
Ruang
lingkup pendidikan agama Islam mencakup segala bidang kehidupan manusia di
dunia dimana manusia mampu memanfaatkannya sebagai tempat menanam benih amaliah
yang buahnya akan dipetik di akhirat nanti, maka pembentukan nilai dan sikap amaliyah Islamiyah dalam pribadi manusia
baru akan tercapai dengan efektif bilamana dilakukan melalui proses
kependidikan yang berjalan di atas kaidah-kaidah ilmu pengetahuan kependidikan.[6]
Dalam
proses belajar mengajar, faktor materi sangat menentukan arah dan tujuan
pendidikan yang dijalankan. Demikian pula dengan pendidikan agama yang
diberikan kepada anak, materi akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan akhir
pendidikan. Secara garis besar ada beberapa bidang materi pendidikan Islam,
seperti aqidah, ibadah dan akhlak.[7]
Pendidikan
Islam adalah ikhtiar manusia dengan jalan bimbingan dan pimpinan untuk membantu
dan mengarahkan fitrah agama anak
didik menuju terbentuknya kepribadian utama sesuai dengan ajaran agama. Dengan
demikian maka ruang lingkup pendidikan agama Islam menurut Hasbi ash-Shidiqi
meliputi:
1. Tarbiyah
Jisminiyah, yaitu segala rupa pendidikan yang wujudnya menyuburkan dan
menyehatkan tubuh serta menegakkannya, supaya dapat merintangi kesukaran yang
dihadapi dalam pengalamannya.
2. Tarbiyah
Aqliyah, yaitu sebagaimana rupa pendidikan dalam pelajaran yang akibatnya
mencerdaskan akal menajamkan otak semisal ilmu berhitung.
3. Tarbiyah
Adabiyah, segala rupa praktek maupun teori yang wujudnya meningkatkan budi
pekerti dan perangai. Tarbiyah adabiyah atau pendidikan budi pekerti/ akhlak
dalam ajaran Islam merupakan salah satu ajaran pokok yang harus diajarkan agar
umatnya memiliki atau melaksanakan akhlaq yang mulia yang telah dicontohkan
oleh Rasulullah SWT.[8]
Melihat
dari arti dan ruang lingkup pendidikan agama Islam di atas, jelaslah bahwa
pendidikan agama Islam berusaha untuk membentuk manusia yang berkepribadian
yang kuat dan baik berdasarkan pada ajaran agama Islam. Untuk itu pendidikan
agama Islam sejak kecil di lingkungan keluarga yang kemudian pembinaan
selanjutnya dilembaga formal (sekolah) mulai dari tingkat dasar sampai
perguruan tinggi.
Apabila
dilihat dari segi pembahasannya maka ruang lingkup pendidikan Islam yang umum
dilaksanakan di sekolah adalah:
a. Pengajaran
keimanan
Pengajaran
keimanan berarti proses belajar mengajar tentang aspek kepercayaan, dalam hal
ini tentunya kepercayaan menurut ajaran Islam, inti dari pengajaran ini adalah
tentang rukun Islam.
b. Pengajaran
akhlak
Pengajaran
akhlak adalah bentuk pengajaran yang mengarah pada pembentukan jiwa, cara
bersikap individu pada kehidupannya, pengajaran ini berarti proses belajar
mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajarkan berakhlak baik.
c. Pengajaran
ibadah
Pengajaran
ibadah adalah pengajaran tentang segala bentuk ibadah dan tata cara
pelaksanaannya, tujuan dari pengajaran ini agar siswa mampu melaksanakan ibadah
dengan baik dan benar. Mengerti segala bentuk ibadah dan memahami arti dan tujuan
pelaksanaan ibadah.
d. Pengajaran
fiqih
Pengajaran fiqih adalah pengajaran yang isinya
menyampaikan materi tentang segala bentuk-bentuk hukum Islam yang bersumber
pada al-Qur`an, sunnah, dan
dalil-dalil syar'i yang lain. Tujuan
pengajaran ini adalah agar siswa mengetahui dan mengerti tentang hukum-hukum
Islam dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.
e. Pengajaran
al-Qur`an
Pengajaran
al-Qur`an adalah pengajaran yang bertujuan agar siswa dapat membaca al-Qur`an
dan mengerti arti kandungan yang terdapat di setiap ayat-ayat al-Qur`an. Akan
tetapi dalam prakteknya hanya ayat-ayat tertentu yang di masukkan dalam materi
pendidikan agama Islam yang disesuaikan dengan tingkat pendidikannya.
f. Pengajaran
sejarah Islam
Tujuan
pengajaran dari sejarah Islam ini adalah agar siswa dapat mengetahui tentang
pertumbuhan dan perkembangan agama Islam dari awalnya sampai zaman sekarang
sehingga siswa dapat mengenal dan mencintai ajaran-ajaran agama Islam.[9]
Menurut
Abdullah Nasikh Ulwan seperti yang dikutip Heri Jauhari Muchtar mengatakan
secara umum lingkup pendidikan Islam terdiri dari tujuh unsur materi yaitu
sebagai berikut:
a. Pendidikan Keimanan
Pendidikan ini mencakup keimanan kepada Allah, Malaikat, kitab-kitab Allah, Nabi/Rasul, hari akhirat dan takdir. Termasuk didalamnya materi tata cara beribadah, baik ibadah mahdhah seperti shalat, zakat, puasa, dan haji; maupun ibadah ghair mahdhah seperti berbuat baik kepada sesama. Tujuan materi ini adalah agar anak memiliki dasar-dasar keimanan dan ibadah yang kuat.
b. Pendidikan Moral
Materi pendidikan ini merupakan latihan membangkitkan nafsu-nafsu ketuhanan dan menghilangkan nafsu syaitan. Pada materi ini anak dikenalkan atau dilatih mengenai:
1) Perilaku/akhlak yang mulia. Seperti jujur, rendah hati, sabar, dan sebagainya.
2) Perilaku/akhlak yang tercela seperti dusta, takabur, khianat dan sebagainya.
Setelah materi-materi tersebut diajarkan kepada anak, diharapkan memiliki perilaku-prilaku akhlak yang mulia dan menjauhi serta meninggalkan perilaku-prilaku akhlak yang mulia.
c. Pendidikan fisik/ jasmani
Rasulullah pernah memeritahkan umatnya agar mengajarkan mamanah, berenang, naik kuda dan bela diri kepada putra-putrinya. Ini merupakan perintah kepada kita agar mengajarkan pendidikan jasmani kepada anak-anak. Tujuan dari materi ini adalah agar anak memiliki jasmani yang sehat dan kuat serta memiliki keterampilan dasar seperti berlari, lompat dan renang.
d. Pendidikan Rasio/ Akal
Manusia sebagai makhluk yang diciptakan Allah dengan dianugerahi kelebihan diantaranya berupa akal, supaya akal ini dapat berkembang dengan baik maka perlu dilatih dengan teratur dan sesuai dengan umur dan kemampuan anak. contoh materi ini adalah berupa pelajaran berhitung atau penyelesaian masalah. Tujuan materi ini adalah agar anak dapat menjadi cerdas dan dapat berfikir solutif serta menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya.
e. Pendidikan Kejiwaan.
Selain nafsu dan akal yang harus dilatih atau didik pada diri manusia adalah kejiwaan atau hati nuraninya. Pada materi ini anak dilatih agar dapat membina hati nuraninya sehingga menjadi pemimpin dalam dirinya sendiri. Dan dapat menyuarakan kebenaran dalam keadaan apapun. Selain itu diharapkan agar anak memiliki jiwa atau hati nurani yang kuat sabar, dan tabah dalam menjalani kehidupan ini.
f. Pendidikan Sosial/kemasyarakatan
Seperti yang kita ketahui bahwa manusia memiliki dua tugas hubungan yang harus dilakukan dalam hidupnya, yaitu hubungan dengan Allah Swt (hablumminallah) dan hubungan manusia dengan sesama manusia (hablumminannas).
g. Pendidikan Seksual
Pendidikan seksual yang dimaksud di sini adalah yang islami dan sesuai dengan perkembangan usia serta mental anak. Kita khawatir dengan berkembangnya cara hidup masyarakat sekarang ini yang lebih meniru cara hidup yang cenderung jauh dari nilai-nilai keagamaan. Apabila hal ini terus berlangsung maka akan rusaklah kehidupan manusia, dan akan menjerumuskan mereka ke martabat yang lebih rendah bahkan lebih rendah daripada binatang.[10]
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa ruang lingkup pendidikan Islam berpusat pada sumber utama ajaran Islam, yakni al-Qur’an dan hadis, baik pada jenjang pendidkan dasar maupun menengah kemampuan yang diharapkan adalah sosok siswa yang beriman dan berakhlak. Hal tersebut tentunya selaras dengan tujuan pendidikan Islam, yaitu sosok siswa yang secara terus-menerus membangun pengalaman belajarnya, baik pada ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
[1]Suwendi,
Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 7.
[2]Samsul
Nizar, Sejarah Pendidikan Islam,
(Jakarata: Kencana Prenada Media, 2007), hal. 32.
[3]Zuhairini,
dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: IAIN dan Depag, 1986), hal. 27.
[4]http:
//delsajoesafira. blogspot. com/ 2010/03/ sejarah- pendidikan- islam. html.
Diakses Tanggal. 2 Juli 2016.
[5] http://muhammadsyamsuddin.blogspot.com/2012/05/makalah-sejarah-pendidikan-islam-masa.html.
Diakses Tanggal. 2 Juli 2016.
[6]M.
Arifin, Ilmu Pendidikan…, hal.
13.
[7]Fauzi
Saleh, Konsep Pendidikan dalam Islam (Pendidikan Keluarga dan Pengaruhnya
Terhadap Anak, (Banda Aceh: Yayasan Pena, 2005), hal. 25.
[8]Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama
Islam Berbasis Konpetensi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), hal.
138-139.
[9]Zakiah
Daradjad, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), hal. 172.
[10]Heri
Jauhari Muchtar, Fiqih Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
1995), hal. 15-18.
No comments:
Post a Comment