Pendidikan
merupakah hal penting bagi manusia. Dikatakan penting karena pendidikan
berkaitan dengan nilai diri manusia, terutama daam mencari nilai itu sendiri.
Dengan pendidikan manusia akan mempunyai banyak keterampilan dan kepribadian.
Keterampilan dan kepribadian merupakan sekian banyak dari proses yang dialami
manusia untuk menjadi makhluk yang bekualitas baik fisik maupun mental. Pribadi
berkualitas dan berakhlak mulai tidak datang dengan sendirinya, tetapi ada
semacam latihan-latihan/ riyadhah.
Kebiasaan yang baik akan berakibat baik dan menjadi bagian dari kepribadian
keseharian, sebaliknya kepribadian dan kebisaan sehari-hari yang buruk juga
akan berakibat buruk terhadap kepribadaian
dan perbuatan dirinya sendiri. Maka
pendidikan dalam keseharian manusia menjadi penting artinya dalam rangka mengawal
manusia menjadi manusia yang berbudi dan berperadaban yang luhur.
Pendidikan
agama merupakan pendidikan dasar yang harus diberikan kepada anak sejak dini
ketika masih muda. Hal tersebut mengingat bahwa pribadi anak pada usia
kanak-kanak masih muda untuk dibentuk dan anak didik masih banyak berada di
bawah pengaruh lingkungan rumah tangga. Mengingat arti strategis lembaga keluarga
tersebut, maka pendidikan agama yang merupakan pendidikan dasar itu harus
dimulai dari rumah tangga oleh orang tua.
Dalam
proses untuk mencapai dan meningkatkan kesejahteraan hidup, maka setiap
orang/individu diperintahkan untuk belajar secara terus menerus sepanjang
hidupnya dan hal itu merupakan konsekuensi logis ditetapkannya manusia sebagai
khalifah di muka bumi ini.
Pendidikan
merupakan bagian dari tugas kekhalifaan manusia. Oleh karena itu, kegiatan
pendidikan harus dilaksanakan secara konsisten dan penuh tanggung jawab. Dalam
hal ini, Islam memberikan pandangan bahwa konsep-konsep yang mendasar tentang
pendidikan dan tanggung jawab umat muslim untuk menjabarkan dan
mengaplikasikannya ke dalam praktek pendidikan.
Pendidikan
Islam merupakan keharusan mutlak untuk dilaksanakan secara konsisten dengan
penuh rasa tanggung jawab, guna mencapai kesejahteraan hidup sebagai wujud
peribadatan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Ayat yang pertama kali diturunkan
oleh Allah SWT adalah berkaitan tentang urgensi pendidikan, yakni iqra’,
perintah membaca. Hasil usaha belajar membaca ayat-ayat qur’aniyah, dapat menghasilkan ilmu agama seperti fikih, tauhid,
akhlak dan lain sebagainya. Sedangkan hasil dengan usaha membaca ayat-ayat kawniyah,
dapat menghasilkan sains seperti fisika, biologi, kimia, astronomi dan
semacamnya. Intinya ilmu yang bersumber dari ayat-ayat qur’aniyah dan kawniyah,
harus diperoleh melalui proses belajar membaca.[1]
Lebih jelasnya, dapat dikatakan bahwa dalam
pandangan Islam, pendidikan merupakan proses yang suci untuk mewujudkan tujuan
asasi hidup, yaitu beribadah kepada Allah SWT dengan segala maknanya yang luas.
Dengan demikian, pendidikan merupakan bentuk tertinggi ibadah dalam Islam
dengan alam sebagai lapangannya, manusia sebagai pusatnya, dan hidup beriman
sebagai tujuannya.
Allah
SWT memberi pendengaran, penglihatan dan hati kepada manusia, agar dipergunakan
untuk merenung, memikirkan dan memperhatikan apa-apa yang ada disekitarnya.
Kesemuanya ini, merupakan motivasi bagi segenap umat manusia untuk mencari ilmu
pengetahuan melalui jalur pendidikan, dan sekaligus merupakan kewajiban bagi
setiap muslim, sejak kecilnya sampai berusia lanjut.
Pendidikan
Islam di samping sebagai kewajiban, mutlak dibutuhkan oleh setiap anak muslim
untuk kepentingan eksistensinya. Terutama di saat memasuki era globalisasi yang
penuh tantangan. Pendidikan Islam yang menekankan aspek kecerdasan spiritual
memiliki format pemeliharaan, pemanfaatan dan pengembangan fitrah kemanusian
dalam mengantisipasi krisis spiritual di era globalisasi.[2]
Pendidikan
Islam mempunyai peranan penting dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM).
Secara ideal pendidikan Islam berfungsi untuk menyiapakan sumber daya menusia
yang berkualitas tinggi baik dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
maupun dalam hal karakter, sikap moral serata penghayatan dan pengamalan ajaran
agama, hal ini sesuai dengan ciri pendidikan agama. Pendidikan Islam yang
integral tidak mengenal adanya pemisahan antara sains dan agama.[3] Intinya pendidikan Islam berfungsi
membina dan menyiapkan anak didik yang berilmu, berteknologi, berketerampilan
tinggi, sekaligus beriman dan beramal shaleh.
Melihat
dari konsep pendidikan tersebut, dapat dipahami bahwa kemajuan yang akan
dicapai oleh pendidikan Islam tidaklah diukur dengan penguasaan atau supremasi
atas segala kepentingan duniawi saja, akan tetapi juga melihat sampai di mana
kehidupan duniawi memberiakan asset untuk kehidupan akhirat kelak.
Selanjutnya,
bahwa asas dalam pendidikan Islam adalah tauhid. Ajaran tauhid menisfestasinya
adalah pembentukan kepribadian dan sasaran serta tujuan dari pendidikan Islam
itu sendiri. Pendidikan yang didasarkan oleh prinsip tauhid dalam rangka
menghambakan diri kepada Allah SWT, simpulnya terletak pada syahadah dan
syahadah dari sisi pendidikan tidak lain adalah satu pernyataan “pembebasan”
dari segala macam belenggu yang diciptakan oleh manusia sendiri. Pendidikan
dalam Islam adalah usaha berproses yang dilakukan oleh manusia secara sadar
dalam membimbing manusia menuju kesempurnaan berdasarkan Islam.[4]
Menurut
Natsir, meninggalkan dasar tauhid dalam pendidikan merupakan kelalaian yang
amat besar. Bahayanya, sama besarnya, dengan penghianatan terhadap anak-anak
didik. Walaupun sudah dicukupkan makan dan minumnya, pakaian dan perhiasannya,
serta dilengkapkan pula ilmu pengetahuan untuk bekal hidupnya. Semua ini,
menurutnya, tidak ada artinya apabila meninggalkan dasar ketuhanan (ketauhidan)
dalam pendidikan. Natsir memandang bahwa lahirnya para intelektual muslim yang
menentang Islam adalah akibat dari pendidikan yang tidak berbasis agama yang
benar.[5]
Sisi
pertama dari tauhid adalah memperkokoh kesadaran batin manusia, menumbuhkan
spritualitas yang mendalam dan juga menjadi basis etika pribadi. Sedangkan sisi
kedua dari tauhid adalah penekanan pada kesatuan universal umat manusia pada
umat yang satu, berdasarkan persamaan, keadilan, kasih sayang, toleransi dan
kesabaran. Jadi dalam konteks kemanusiaan, tauhid menegaskan konsep humanisme
universal yang tampa batas, serta sumber dan rujukan di dalam penyajian materi
pendidikan kepada anggota keluarga dan masyarakat yaitu ayat-ayat al-Qur’an dan
hadis Rasulullah SAW.[6]
Tauhid
sebagai sebuah pisau yang bermata dua pada satu sisi dia menegaskan ke-Esaan
Allah satu-satunya Zat yang dipertuhankan oleh manusia dan menjadi titik tolak
bagi seorang muslim dalam memandang hidupnya sebagai sesuatu dari tuhan dan
akan kembali pada Tuhan serta pemahaman bahwa manusia itu adalah hamba-hambanya
yang menjalani kehidupan yang sementara didunia ini, maka tauhid membawa
implikasi-implikasi besar dalam kehidupan manusia.
Seseorang
yang telah tertanam dalam hatinya tentang nilai kebenaran tauhid, maka ia akan
berani hidup ditengah-tengah dunia, tapi iapun berani mati untuk memberikan
darmanya bagi kehakiman Ilahi di akhirat. Karena hidup dan matinya telah
diperuntukkan bagi Allah Rabbul ‘alamin. Sebab konsep pendidikan yang
mengandung tata nilai Islam merupakan pondasi struktural pendidikan Islam.[7]
Selanjutnya,
apabila manusia telah menghambakan diri sepenuhnya kepada Allah, berarti ia
telah berada dalam dimensi kehidupan yang mensejahterakan di dunia dan
membahagiakan di akhirat. Dalam menetapkan tujuan pendidikan Islam, hendaknya
mempertimbangkan posisi manusia sebagai ciptaan Allah yang terbaik dan sebagai
khalifah di muka bumi.[8]
Perkataan menyembah-Ku memiliki arti yang sangat dalam dan luas, lebih
luas dan dalam dari perkataan-perkataan itu yang biasa didengar dan digunakan
setiap hari. ”Menyembah Allah” itu melengkapi semua ketaatan dan ketundukan
kepada semua perintah Ilahi yang membawa kepada kebesaran dunia dan kemenangan
di akhirat serta menjauhkan diri dari segala larangan yang menghalangi
tercapainya kemenangan di dunia dan di akhirat itu.[9]
Dari uraian di atas, maka dapat menggarisbawahi bahwa
pendidikan Islam memiliki urgensi dan yang sangat penting bagi pembentukan
karakter generasi Islam itu sendiri. Karena isi pendidikan Islam tersebut
antara lain pendidikan keimanan, pendidikan amal shaleh, dan pendidikan sosial
merupakan dasar-dasar pembetukan karakter seseorang.
Dengan
demikian, maka pendidikan harus dapat membawa manusia mencapai tujuan hidupnya,
yaitu menghambakan diri kepada Allah, berakhlakul karimah dan mendapat
kehidupan yang layak di dunia. Pendidikan pastinya tidak hanya menjadikan anak
didik pandai dalam keilmuan saja, tetapi hubungan dengan masyarakat juga harus
baik. Dapat menaati norma-norma yang berlaku dalam lingkungan sekitarnya,
selain juga harus mencerminkan dan mengamalkan sifat-sifat yang baik, karena
pendidikan tidak menjadikan anak didik jadi kurang baik akan tetapi agar anak
didik menjadi lebih baik dalam segala hal.
Pendidikan Islam bersifat integral, artinya pendidikan
yang tidak memisahkan antara jasmani, ruhani dunia dan akhirat. Pendidikan
Islam bersifat universal, artinya pendidikan Islam tidak membedakan sumber
datangnya ilmu, karena yang ada dalam ajaran Islam adalah pemisahan antara hak
dan bathil.
[1]http://fatkur4m4ns.blogspot.co.id/2012/04/pengertian-ruang-lingkup-objek-urgensi.
html, Diakases pada Tanggal 06 September 2016.
[2]http://www.smp6sengkang.com/2011/11/urgensi-pendidikan-islam-dalam-upaya.html,
Diakses pada tanggsl 20 Agustus 2016.
[3]Iskandar, dkk, Dinamika Ilmu, (Samarinda: STAIN
Samarinda, 2004), hal. 103.
[4]Heri
Nur Ali, Ilmu pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hal.
65.
[5]Abuddin
Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharuan…, hal.
82.
[6]Zakiah
Daradjat, Pembinaan Ahklak Remaja, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), hal.
182.
[7]MT
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hal. 30.
[8]Abuddin
Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharuan…, hal. 83.
[9]Muhammad
Natsir, Kapita…, hal.
86.
No comments:
Post a Comment