Saturday, October 21, 2017

Urgensi Pendidikan Islam

Pendidikan merupakah hal penting bagi manusia. Dikatakan penting karena pendidikan berkaitan dengan nilai diri manusia, terutama daam mencari nilai itu sendiri. Dengan pendidikan manusia akan mempunyai banyak keterampilan dan kepribadian. Keterampilan dan kepribadian merupakan sekian banyak dari proses yang dialami manusia untuk menjadi makhluk yang bekualitas baik fisik maupun mental. Pribadi berkualitas dan berakhlak mulai tidak datang dengan sendirinya, tetapi ada semacam latihan-latihan/ riyadhah. Kebiasaan yang baik akan berakibat baik dan menjadi bagian dari kepribadian keseharian, sebaliknya kepribadian dan kebisaan sehari-hari yang buruk juga akan berakibat buruk terhadap kepribadaian dan perbuatan dirinya sendiri. Maka pendidikan dalam keseharian manusia menjadi penting artinya dalam rangka mengawal manusia menjadi manusia yang berbudi dan berperadaban yang luhur.
Pendidikan agama merupakan pendidikan dasar yang harus diberikan kepada anak sejak dini ketika masih muda. Hal tersebut mengingat bahwa pribadi anak pada usia kanak-kanak masih muda untuk dibentuk dan anak didik masih banyak berada di bawah pengaruh lingkungan rumah tangga. Mengingat arti strategis lembaga keluarga tersebut, maka pendidikan agama yang merupakan pendidikan dasar itu harus dimulai dari rumah tangga oleh orang tua.
Dalam proses untuk mencapai dan meningkatkan kesejahteraan hidup, maka setiap orang/individu diperintahkan untuk belajar secara terus menerus sepanjang hidupnya dan hal itu merupakan konsekuensi logis ditetapkannya manusia sebagai khalifah di muka bumi ini.
Pendidikan merupakan bagian dari tugas kekhalifaan manusia. Oleh karena itu, kegiatan pendidikan harus dilaksanakan secara konsisten dan penuh tanggung jawab. Dalam hal ini, Islam memberikan pandangan bahwa konsep-konsep yang mendasar tentang pendidikan dan tanggung jawab umat muslim untuk menjabarkan dan mengaplikasikannya ke dalam praktek pendidikan.
Pendidikan Islam merupakan keharusan mutlak untuk dilaksanakan secara konsisten dengan penuh rasa tanggung jawab, guna mencapai kesejahteraan hidup sebagai wujud peribadatan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Ayat yang pertama kali diturunkan oleh Allah SWT adalah berkaitan tentang urgensi pendidikan, yakni iqra’, perintah membaca. Hasil usaha belajar membaca ayat-ayat qur’aniyah, dapat menghasilkan ilmu agama seperti fikih, tauhid, akhlak dan lain sebagainya. Sedangkan hasil dengan usaha membaca ayat-ayat kawniyah, dapat menghasilkan sains seperti fisika, biologi, kimia, astronomi dan semacamnya. Intinya ilmu yang bersumber dari ayat-ayat qur’aniyah dan kawniyah, harus diperoleh melalui proses belajar membaca.[1] Lebih jelasnya, dapat dikatakan bahwa dalam pandangan Islam, pendidikan merupakan proses yang suci untuk mewujudkan tujuan asasi hidup, yaitu beribadah kepada Allah SWT dengan segala maknanya yang luas. Dengan demikian, pendidikan merupakan bentuk tertinggi ibadah dalam Islam dengan alam sebagai lapangannya, manusia sebagai pusatnya, dan hidup beriman sebagai tujuannya.
Allah SWT memberi pendengaran, penglihatan dan hati kepada manusia, agar dipergunakan untuk merenung, memikirkan dan memperhatikan apa-apa yang ada disekitarnya. Kesemuanya ini, merupakan motivasi bagi segenap umat manusia untuk mencari ilmu pengetahuan melalui jalur pendidikan, dan sekaligus merupakan kewajiban bagi setiap muslim, sejak kecilnya sampai berusia lanjut.
Pendidikan Islam di samping sebagai kewajiban, mutlak dibutuhkan oleh setiap anak muslim untuk kepentingan eksistensinya. Terutama di saat memasuki era globalisasi yang penuh tantangan. Pendidikan Islam yang menekankan aspek kecerdasan spiritual memiliki format pemeliharaan, pemanfaatan dan pengembangan fitrah kemanusian dalam mengantisipasi krisis spiritual di era globalisasi.[2]
Pendidikan Islam mempunyai peranan penting dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM). Secara ideal pendidikan Islam berfungsi untuk menyiapakan sumber daya menusia yang berkualitas tinggi baik dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun dalam hal karakter, sikap moral serata penghayatan dan pengamalan ajaran agama, hal ini sesuai dengan ciri pendidikan agama. Pendidikan Islam yang integral tidak mengenal adanya pemisahan antara sains dan agama.[3] Intinya pendidikan Islam berfungsi membina dan menyiapkan anak didik yang berilmu, berteknologi, berketerampilan tinggi, sekaligus beriman dan beramal shaleh.
Melihat dari konsep pendidikan tersebut, dapat dipahami bahwa kemajuan yang akan dicapai oleh pendidikan Islam tidaklah diukur dengan penguasaan atau supremasi atas segala kepentingan duniawi saja, akan tetapi juga melihat sampai di mana kehidupan duniawi memberiakan asset untuk kehidupan akhirat kelak.
Selanjutnya, bahwa asas dalam pendidikan Islam adalah tauhid. Ajaran tauhid menisfestasinya adalah pembentukan kepribadian dan sasaran serta tujuan dari pendidikan Islam itu sendiri. Pendidikan yang didasarkan oleh prinsip tauhid dalam rangka menghambakan diri kepada Allah SWT, simpulnya terletak pada syahadah dan syahadah dari sisi pendidikan tidak lain adalah satu pernyataan “pembebasan” dari segala macam belenggu yang diciptakan oleh manusia sendiri. Pendidikan dalam Islam adalah usaha berproses yang dilakukan oleh manusia secara sadar dalam membimbing manusia menuju kesempurnaan berdasarkan Islam.[4]
Menurut Natsir, meninggalkan dasar tauhid dalam pendidikan merupakan kelalaian yang amat besar. Bahayanya, sama besarnya, dengan penghianatan terhadap anak-anak didik. Walaupun sudah dicukupkan makan dan minumnya, pakaian dan perhiasannya, serta dilengkapkan pula ilmu pengetahuan untuk bekal hidupnya. Semua ini, menurutnya, tidak ada artinya apabila meninggalkan dasar ketuhanan (ketauhidan) dalam pendidikan. Natsir memandang bahwa lahirnya para intelektual muslim yang menentang Islam adalah akibat dari pendidikan yang tidak berbasis agama yang benar.[5]
Sisi pertama dari tauhid adalah memperkokoh kesadaran batin manusia, menumbuhkan spritualitas yang mendalam dan juga menjadi basis etika pribadi. Sedangkan sisi kedua dari tauhid adalah penekanan pada kesatuan universal umat manusia pada umat yang satu, berdasarkan persamaan, keadilan, kasih sayang, toleransi dan kesabaran. Jadi dalam konteks kemanusiaan, tauhid menegaskan konsep humanisme universal yang tampa batas, serta sumber dan rujukan di dalam penyajian materi pendidikan kepada anggota keluarga dan masyarakat yaitu ayat-ayat al-Qur’an dan hadis Rasulullah SAW.[6]
Tauhid sebagai sebuah pisau yang bermata dua pada satu sisi dia menegaskan ke-Esaan Allah satu-satunya Zat yang dipertuhankan oleh manusia dan menjadi titik tolak bagi seorang muslim dalam memandang hidupnya sebagai sesuatu dari tuhan dan akan kembali pada Tuhan serta pemahaman bahwa manusia itu adalah hamba-hambanya yang menjalani kehidupan yang sementara didunia ini, maka tauhid membawa implikasi-implikasi besar dalam kehidupan manusia.
Seseorang yang telah tertanam dalam hatinya tentang nilai kebenaran tauhid, maka ia akan berani hidup ditengah-tengah dunia, tapi iapun berani mati untuk memberikan darmanya bagi kehakiman Ilahi di akhirat. Karena hidup dan matinya telah diperuntukkan bagi Allah Rabbul ‘alamin. Sebab konsep pendidikan yang mengandung tata nilai Islam merupakan pondasi struktural pendidikan Islam.[7]
Selanjutnya, apabila manusia telah menghambakan diri sepenuhnya kepada Allah, berarti ia telah berada dalam dimensi kehidupan yang mensejahterakan di dunia dan membahagiakan di akhirat. Dalam menetapkan tujuan pendidikan Islam, hendaknya mempertimbangkan posisi manusia sebagai ciptaan Allah yang terbaik dan sebagai khalifah di muka bumi.[8] Perkataan menyembah-Ku memiliki arti yang sangat dalam dan luas, lebih luas dan dalam dari perkataan-perkataan itu yang biasa didengar dan digunakan setiap hari. ”Menyembah Allah” itu melengkapi semua ketaatan dan ketundukan kepada semua perintah Ilahi yang membawa kepada kebesaran dunia dan kemenangan di akhirat serta menjauhkan diri dari segala larangan yang menghalangi tercapainya kemenangan di dunia dan di akhirat itu.[9]
Dari uraian di atas, maka dapat menggarisbawahi bahwa pendidikan Islam memiliki urgensi dan yang sangat penting bagi pembentukan karakter generasi Islam itu sendiri. Karena isi pendidikan Islam tersebut antara lain pendidikan keimanan, pendidikan amal shaleh, dan pendidikan sosial merupakan dasar-dasar pembetukan karakter seseorang.
Dengan demikian, maka pendidikan harus dapat membawa manusia mencapai tujuan hidupnya, yaitu menghambakan diri kepada Allah, berakhlakul karimah dan mendapat kehidupan yang layak di dunia. Pendidikan pastinya tidak hanya menjadikan anak didik pandai dalam keilmuan saja, tetapi hubungan dengan masyarakat juga harus baik. Dapat menaati norma-norma yang berlaku dalam lingkungan sekitarnya, selain juga harus mencerminkan dan mengamalkan sifat-sifat yang baik, karena pendidikan tidak menjadikan anak didik jadi kurang baik akan tetapi agar anak didik menjadi lebih baik dalam segala hal.
Pendidikan Islam bersifat integral, artinya pendidikan yang tidak memisahkan antara jasmani, ruhani dunia dan akhirat. Pendidikan Islam bersifat universal, artinya pendidikan Islam tidak membedakan sumber datangnya ilmu, karena yang ada dalam ajaran Islam adalah pemisahan antara hak dan bathil.


[1]http://fatkur4m4ns.blogspot.co.id/2012/04/pengertian-ruang-lingkup-objek-urgensi. html, Diakases pada Tanggal 06 September 2016.
[2]http://www.smp6sengkang.com/2011/11/urgensi-pendidikan-islam-dalam-upaya.html, Diakses pada tanggsl 20 Agustus 2016.
[3]Iskandar, dkk, Dinamika Ilmu, (Samarinda: STAIN Samarinda, 2004), hal. 103.
[4]Heri Nur Ali, Ilmu pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hal. 65.
[5]Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharuan…, hal. 82.
[6]Zakiah Daradjat, Pembinaan Ahklak Remaja, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), hal. 182.
[7]MT Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hal. 30.
[8]Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharuan, hal. 83.
[9]Muhammad Natsir, Kapita…, hal. 86.

No comments:

Post a Comment