1.
Pembelaan Abu Bakar Ash-Shiddiq Terhadap Nabi
Allah Swt telah menjadikan Abu Bakar sebagai sahabat dan tokoh di samping
Muhammad Saw yang berperan besar terhadap penyebaran dan perkembangan Islam
pada awal-awal kelahirannya. Dalam diri Abu Bakar terdapat seluruh kualitas seorang
sahabat sejati, berupa kesetian, kejujuran, kecerdasan, kesabaran, dan
kesetiakawanan yang tidak bisa hilang dalam keadaan apapun. Dalam dirinya pula,
Nabi Muhammad SAW merasa tenang
menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai Nabi dan Rasul. Jika persahabatan
adalah jodoh, maka Abu Bakar adalah orang yang berjodoh dengan Nabi Muhammad SAW
Setelah diangkat menjadi Rasul, Nabi Muhammad SAW teringat pada Abu Bakar
dan kecerdasan otaknya. Lalu, diajaknya Abu Bakar menganut ajaran tauhid. Tanpa
ragu, Abu Bakarpun menerima ajakan ini. Sejak itu, terjadilah hubungan yang
lebih akrab di antara keduanya. Kemudian, keimanan Abu Bakar makin mendalam,
dan kepercayaannya kepada Nabi Muhammad SAW dan risalah yang dibawa beliaupun
bertambah kuat. Hal ini sepertiyang dikatakan oleh Aisyah ra. “yang kuketahui,
kedua orang tuaku sudah memeluk agama ini dan setiap kali lewat di depan rumah
kami, Rasulullah SAW selalu singgah ke tempat kami, baik pagi atau sore hari.”[1]
Abu Bakar sendiri pun tidak bebas dari gangguan Quraisy, sama halnya
dengan Muhammad SAW sendiri yang juga tidak lepas dari gangguan itu, dengan
kedudukannya yang sudah demikian rupa di kalangan kaumnya serta perlindungan
Banu Hasyim kepadanya. Setiap Abu Bakar melihat Muhammad SAW diganggu oleh
Quraisy ia selalu siap membelanya dan mepertaruhkan nyawanya untuk
melindungainya. Ibnu Hasyim menceritakan, bahwa perlakuan yang paling jahat
dilakukan Quraisy terhadap Rasulullah SAW ialah setelah agama dan dewa-dewa
mereka dicela.
Menurut Muhammad Husain Haekal, ketika kaum quraisy mengepung Rasulullah
setelah mendengar bahwa Rasulullah telah mencela sesembahan mereka, kaum Quraisy
pun menuduh Muhammad SAW telah mencelah Tuhan mereka dan Muhammad Saw pun
mengakuinya kemudian salah seorang di antara mereka menarik baju Rasulullah SAW
dan kemudian Abu Bakar sambil menangis menghalanginya seraya berkata “kamu mau
membunuh orang yang mengatakan hanya Allah Tuhanku!” mereka (kaum Quraisy)
kemudian bubar. Itulah yang kita lihat perbuatan Quraisy yang luar biasa
kepadanya.[2]
2.
Kesabaran dan Kesetiaan Abu Bakar Mendampingi Nabi SAW
Selain juru dakwah yang fasih dan lemah lembut, Abu Bakar juga menjadi
teman, sahabat, sekaligus pelindung setia Nabi Muhammad SAW dari serangan dan
gangguan orang-orang Quraisy. Abu Bakar menjadi pelindung tidak hanya dengan
harta belaka, tetapi juga mempertaruhkan nyawa. Abu Bakar adalah yang mula-mula
membuat Nabi Muhammad SAW terkesan dengan kesetiaan dan keberanian mengorbankan
nyawa di antara para sahabat lainnya. Sedangkan, yang bisa melindungi Nabi
Muhammad Saw haruslah dari kalangan laki-laki dewasa. Karena itulah, Abu Bakar
adalah pelindung pertama Nabi Muhammad SAW.[3]
Ketika masuk Islam, Abu Bakar adalah orang kaya. Hartanya tidak kurang
dari 40.000 dirham, yang disimpannya dari hasil perdagangan. Dan, selama dalam
Islam, ia tetap melanjutkan perdagangan dan mendapat laba yang cukup besar.
Tetapi, sepuluh tahun kemudian setelah hijrah ke Madinah, hartanya tinggal
5.000 dirham. Sedangkan, semua harta yang ada padanya dan yang disimpannya
habis untuk kepentingan dakwah, mengajak orang lain ke jalan Allah SWT dan demi
agama dan Rasul-Nya. Selain itu,
harta yang dimilikinya kebanyakan diberikan kepada fakir miskin dan
dipergunakan untuk menolong orang-orang yang lemah dan tertindas. Misalnya
dipergunakan untuk memberi hamba sahaya yang berusaha mempertahankan
keyakinannya lalu dibebaskannya, seperti Bilal Ibn Rabah.[4]
Dengan demikian, ia bukan saja
sebagai seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang menyatakan kesetiannya untuk
menerima Islam dan membela ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhamad SAW, tetapi
lebih dari itu, Abu Bakar adalah
salah seorang sahabat setia yang rela berkurban harta dan jiwa untuk
kepentingan penyebaran Islam dan membela umat Islam. Oleh karena itu, tidak heran kalau
kemudian Abu Bakar dikenal sebagai seorang sahabat terpercaya dan dikagumi Nabi
Saw. la adalah pemuda yang pertama kali menerima seruan Islam yang disampaikan
oleh Nabi SAW tanpa banyak pertimbangan. Seluruh kehidupannya dicurahkan untuk
perjuangan suci membela dakwah Nabi Muhammad SAW, sehingga ia lebih dicintai
oleh Nabi daripada para sahabat lainnya. Karena itu pula Nabi memilihnya
menjadi sahabat dalam perjalananya menuju Madinah ketika akan hijrah.
3.
Kesabaran dan Kesetiaan Abu Bakar Dalam Mendampingi
Hijrah Nabi SAW
Tatkala kaum muslimin mulai hijrah ke Madinah, Abu Bakar pergi menghadap
Nabi Muhammad SAW: "Wahai Rasulullah SAW, izinkanlah aku turut
berhijrah." Rasulullah SAW kemudian berkata, "Tunggulah, semoga
Allah SWT memberi seorang teman untukmu." Dia gembira jika kelak menjadi
teman hijrah Nabi SAW. Dia kemudian pergi membeli dua ekor unta dan
menggembalakannya, sambil menunggu tiba waktunya berhijrah. Hingga pada
suatu hari Nabi Muhammad SAW menemuinya dan berkata, "Wahai Abu Bakar,
sesungguhnya Allah SWT telah mengizinkanku berhijrah." Abu Bakar berkata, "Bolehkah aku menemanimu wahai
Rasulullah?" Rasulullah SAW pun menjawab, "Temanilah aku wahai Abu
Bakar."
Sayyidah Aisyah mengatakan, "Dalam hidupku aku
tidak pernah melihat seorang pun yang menangis lantaran gembira, sebagaimana
menangisnya Abu Bakar. Padahal sungguh, itu merupakan perjalanan maut
yang bisa mengancam nyawa Abu Bakar. Meskipun demikian, ia malah menangis
bahagia karena akan menemani Nabi Muhammad SAW dalam perjalanan
tersebut." Duhai, cinta macam apakah yang disimpan Abu Bakar untuk Nabi
Muhammad SAW?!
Setelah itu, Abu Bakar Ash-Shiddiq mengambil semua hartanya untuk bekal
perjalanan. Dia tinggalkan keluarganya tanpa bekal apapun. Ia
pasrahkan dengan ikhlas perlindungan keluarganya hanya kepada Allah SWT.
Sesungguhnya, kecintaan terhadap agamalah yang mendorong Abu Bakar untuk
menempuh jalan seperti ini.
Abu Bakar kemudian berangkat bersama Nabi SAW dan sampailah keduanya
di Gua Tsur. Tatkala Nabi Muhammad SAW ingin masuk ke dalam gua tersebut,
Abu Bakar berkata, "Jangan wahai Rasulullah, hingga aku merasa tenang
bahwa di dalam gua ini tidak ada sesuatu pun yang menyakitimu." Lalu
Abu Bakar masuk ke dalam gua tersebut dan memeriksa seluruh isi gua dengan
seksama, hingga dia yakin bahwa gua tersebut aman. Abu Bakar kemudian
menyobek sedikit bajunya dan menyumpal lobang yang ada di gua itu.
Setelah itu barulah Nabi SAW masuk. Nabi menanyakan perihal baju Abu
Bakar yang robek. "Aku khawatir bila engkau terkena sesuatu, wahai
Rasulullah," jawabnya. Kemudian Rasulullah SAW tidur dan meletakkan
kepala beliau di atas paha Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Setelah itu, Abu Bakar kembali melihat sebuah lubang lalu dia tutupi
dengan kakinya hingga tidak ada sesuatupun yang akan menyakiti Nabi SAW.
Ternyata, di dalam lobang tersebut terdapat kalajengking dan menyengat kaki Abu
Bakar. Tetapi, dia sama sekali tidak mengeluarkan desahan tanda kesakitan
sedikit pun. Dia menjaga agar Nabi SAW tidak terbangun. Sejurus,
air matanya menetes lantaran tidak kuat menahan rasa sakit yang luar
biasa. Seketika itu pula Nabi Muhammad SAW terbangun dari tidurnya dan
menanyakan keadaan Abu Bakar. Abu Bakar lantas menjawab, "Bapak dan
ibuku sebagai tebusannya, wahai Rasulullah. Sesungguhnya aku disengat
kalajengking." Nabi SAW kemudian mengusapnya dan atas izin Allah
rasa sakitnya tersebut sembuh.[5]
Peran yang
dimainkan Abu Bakar ketika ia di Mekah sangatlah besar. Hal ini dapat
diketahui, misalnya dari ketulusan hatinya yang tidak segan-segan membelanjakan
harta kekayaannya untuk membela perjuangan dan kejayaan Islam serta melindungi
Nabi dan umat Islam. Beliau selalu mendampingi
Nabi Muhammad SAW saat suka dan duka. Pengorbanan dan jasanya ketika Nabi Saw
berdakwah di kota Mekkah, tidak ada bandingnya. Ia selalu berusaha melindungi
Nabi Muhammad SAW ketika orang-orang kafir Qurays Mekkah mengejek dan berencana
akan membunuh Nabi Muhammad SAW. Beliaulah
yang memberikan perlindungan terhadap Nabi saat dikejar oleh para pemuda kafir
Qurays yang berusaha mencari Nabi Muhamad SAW untuk dicegah agar beliau tidak
jadi hijrah ke Madinah.
Dengan demikian, peran yang telah dimainkan Abu
Bakar menjadikan dirinya sebagai salah seorang sahabat yang paling dicintai.
Karena ia selalu berusaha membela Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan misi
Islam di kota Mekah dan membelanjakan harta kekayaannya untuk kepentingan
perjuangan Islam. Oleh karena itu, ketika Nabi Muhammad SAW akan hijrah ke
Madinah, Abu Bakar diminta untuk tetap tinggal sementara bersama Nabi Muhammad SAW
di Mekah sambil menunggu kesempatan yang terbaik untuk melakukan perjalanan
hijrah ke Madinah. Bahkan Abu Bakar menjadi sahabat setia yang menemani
perjalanan ketika hijrah ke Madinah. Kesetiaan Abu Bakar terus dipertahankan
hingga Nabi Muhamad SAW tiba di Madinah. la terus berusaha untuk menjadi
sahabat setia akan dan di manapun Nabi Muhammad SAW berada.
[1]Syarif Hidayatullah, Ilham
Kesabaran…, hal. 27.
[2]Muhammad
Husain Haekal, Abu Bakr
As-Siddiq…, hal. 9.
[3]Syarif Hidayatullah, Ilham
Kesabaran…, hal. 46.
[4]Syarif
Hidayatullah, Ilham Kesabaran…, hal. 47
[5]http://kisahkisahislami.
blogspot. com/2013/04/abu-bakar-ash-shiddiq-hijrah-ke-madinah. html, Diakses
Tanggal 10 Juni 2016.
No comments:
Post a Comment