A.
Tujuan Pendidikan Islam
Pendidikan agama Islam merupakan pendidikan berkesadaran dan bertujuan.
Allah Swt menyusun landasan pendidikan yang jelas bagi seluruh manusia
melalui syari’at Islam. Adapun
tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk merealisasikan penghambaan kepada
Allah Swt dalam kehidupan manusia, baik secara individu maupun secara sosial.[1]
Tujuan ini sesuai dengan firman Allah Swt dalam surat az-Zariyat Ayat 56, yaitu:
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.” (Q.S. Az-Zariyat: 56)
Berdasarkan
keterangan ayat di atas, maka dapat dipahami bahwa tujuan penciptaan jin dan
manusia tidak lain hanyalah untuk bisa mengabdikan diri kepada Allah Swt dalam
artian bisa menjadi hamba yang selalu bisa melaksanakan perintah-perintah yang
telah ditetapkan oleh Allah Swt. Manfaatnya dari usaha tersebut tentu akan
kembali kepada diri sendiri juga yaitu demi tercapainya kebahagian di kehidupan
ini.
Pendidikan
Islam juga bertujuan untuk membimbing perkembangan peserta didik secara optimal agar menjadi
hamba mengabdi kepada Allah Swt. Seperti firman Allah Swt dalam surat
az-Zariyat ayat 51 yang berbunyi:
Artinya: Dan janganlah kamu mengadakan Tuhan yang lain disamping
Allah. Sesungguhnya Aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah
untukmu. (QS. Az-Zariyat: 51)
Ayat di atas menjelaskan yang bahwa di larang mengadakan/ menjadikan
Tuhan selain Allah Swt, dari Allah manusia datang kepada-Nya pula manusia akan
kembali. Hidup dengan Rahmat yang di berikan-Nya maka tidak boleh sekali-kali
berpaling dari pada-Nya. di sisi-Nyalah tempat kembali yang paling baik.
Rasulullah Saw ialah sosok pemberi peringatan dan petunjuk menuju arah yang diridhai oleh Allah
Swt. Rasulullah Saw mendidik dan mengarahkan ummatnya. Dari itulah mulanya
dimulai aktifitas pendidikan Islam. Maka aktifitas pendidikan Islam diarahkan
kepada upaya membimbing manusia agar dapat menempatkan diri dan berperan
sebagai individu yang taat dalam menjalan ajaran Allah di dalam kehidupan ini.
Di samping itu, pendidikan Islam juga bertujuan untuk membentuk manusia
sebagai pribadi yang bermoral, sehingga pendidikan dititik beratkan pada upaya
pengenalan terhadap nilai-nilai yang baik, kemudian di interaksikannya serta
diaplikasikannya nilai tersebut dalam keseharian. Atas dasar ini, manusia
merupakan makhluk yang dalam segala bentuk aktifitasnya adalah makhluk yang
terikat kepada niali-nilai moral, yang sumbernya adalah wahyu Ilahi. Kesadaran
akan adanya nilai- nilai moral yang wajib dipatuhi dan ditetapkan dalam
kehidupannya adalah karena dirinya merupakan sosok pribadi penyadang
nilai-nilai tersebut.
Selanjutnya pendidikan Islam juga
diarahkan kepada upaya bimbingan dan
pengembangan potensi peserta didik agar dapat berperan secara harmonis dan
serasi dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam al-Qur’an surat al-Hujarat ayat 13
yang berbunyi:
Artinya: Hai manusia,
Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
lagi Maha Mengenal. (QS. Al Hujarat: 13)
Menurut
pendapat Azyumardi Azra, menjelaskan bahwa pendidikan Islam merupakan salah
satu aspek dari ajaran Islam secara keseluruhan. Kerenanya, tujuan pendidikan
Islam tidak terlapas dari tujuan hidup manusia dalam Islam; yaitu untuk
terwujudnya pribadi-pribadi sebagai hamba Allah Swt yang selalu bertaqwa
kepada-Nya, dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia baik di dunia maupun
di akhirat kelak. Dalam konteks sosial masyarakat, bangsa dan negara, pribadi
yang bertaqwa ini menjadi rahmatan lilalamin. Tujuan hidup manusia dalam
Islam inilah yang dapat di sebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan Islam.[2]
Dari
penjelasan di atas, nyatalah bahwa pendidikan individu dalam Islam mempunyai
tujuan yang jelas dan tertentu, yaitu: menyiapkan individu untuk dapat
beribadah kepada Allah Swt. Dan bahwa totalitas agama Islam tidak membatasi
pengertian ibadah pada shalat, puasa (shaum)
dan haji semata, tetapi setiap karya yang dilakukan seorang muslim dengan niat
untuk Allah semata merupakan ibadah kepada Allah Swt.
B.
Nilai-nilai Pendidikan Islam
- Keimanan
Pendidikan
keimanan termasuk aspek pendidikan yang patut mendapat perhatian yang pertama
dan utama. Memberikan pendidikan merupakan sebuah keharusan yang tidak boleh
ditinggalkan. Karena iman merupakan pilar yang mendasari keislaman seseorang.
Pembentukan
iman harus diberikan sejak kecil, sejalan dengan pertumbuhan kepribadiannya.
Nilai-nilai keimanan harus mulai diperkenalkan dengan cara:
a)
Memperkenalkan nama Allah Swt dan Rasul-Nya;
b)
Memberikan gambaran tentang siapa pencipta alam raya
ini melalui kisah-kisah teladan; dan
c)
Memperkenalkan ke-Maha-Agungan Allah Swt.[3]
Rasulullah
Saw adalah orang yang menjadi suri tauladan (Uswatun Hasanah) bagi
umatnya, baik sebagai pemimpin maupun orang tua. Beliau mengajarkan pada
umatnya bagaimana menanamkan nilai-nilai keimanan pada anak-anaknya. Ada lima
pola dasar pembinaan iman (aqidah) yang harus diberikan pada anak, yaitu
membacakan kalimat tauhid pada anak, menanamkan kecintaan kepada Allah Swt dan
Rasul-Nya, mengajarkan al-Qur'an dan menanamkan nilai-nilai perjuangan dan
pengorbanan.[4]
Orang
tua memiliki tanggung jawab mengajarkan al-Qur'an pada anak-anaknya sejak
kecil. Pengajaran al-Qur'an mempunyai pengaruh yang besar dalam menanamkan iman
(aqidah) yang kuat bagi anak. Pada saat pelajaran al-Qur'an berlangsung
secara bertahap mereka mulai dikenalkan pada satu keyakinan bahwa Allah Swt adalah
Tuhan mereka dan al-Qur'an adalah firman-firman-Nya yang diturunkan pada Nabi
Muhammad Saw.
Iman
(aqidah) yang kuat dan tertanam dalam jiwa seseorang merupakan hal yang
penting dalam perkembangan pendidikan anak. Salah satu yang bisa menguatkan aqidah
adalah anak memiliki nilai pengorbanan dalam dirinya demi membela aqidah
yang diyakini kebenarannya. Semakin kuat nilai pengorbanannnya akan semakin
kokoh aqidah yang ia miliki.
Nilai
pendidikan keimanan pada anak merupakan landasan pokok bagi kehidupan yang
sesuai fitrahnya, karena manusia mempunyai sifat dan kecenderungan untuk
mengalami dan mempercayai adanya Tuhan. Oleh karena itu penanaman keimanan pada
anak harus diperhatikan dan tidak boleh dilupakan bagi orang tua sebagai
pendidik.
Nilai
pendidikan keimanan termasuk aspek-aspek pendidikan yang patut mendapatkan
perhatian pertama dan utama dari setiap orang tua. Memberikan pendidikan keimanan
kepada anak merupakan sebuah keharusan yang tidak boleh ditinggalkan oleh setiap
orang tua dengan penuh kesungguhan. Pasalnya iman merupakan pilar yang
mendasari keIslaman seseorang. Pembentukkan iman seharusnya diberikan kepada
anak sejak dalam kandungan, sejalan dengan pertumbuhan kepribadiannya. Berbagai
hasil pengamatan pakar kejiwaan menunjukkan bahwa janin di dalam kandungan
telah mendapat pengaruh dari keadaan sikap dan emosi ibu yang mengandungya.[5]
Nilai-nilai
keimanan yang diberikan sejak anak masih kecil, dapat mengenalkannya pada
Tuhannya, bagaimana ia bersikap pada Tuhannya dan apa yang mesti diperbuat di
dunia ini. Sebagaimana dikisahkan dalam al-Qur’an tentang Luqmanul Hakim adalah
orang yang diangkat Allah sebagai contoh orang tua dalam mendidik anak, ia
telah dibekali Allah Swt dengan keimanan dan sifat-sifat terpuji. Orang tua
sekarang perlu mencontoh Luqman dalam mendidik anaknya, karena ia sebagai contoh
baik bagi anak-anaknya. Perbuatan yang baik akan ditiru oleh anak-anaknya
begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, pendidikan keimanan, harus dijadikan
sebagai salah satu pokok dari pendidikan Islam. Dengannya dapat diharapkan
bahwa kelak seseorang akan tumbuh dewasa menjadi insan yang beriman kepada
Allah Swt, melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Dengan keimanan yang sejati bisa membentengi seseorang dari berbuat dan
berkebiasaan buruk.
- Ibadah
Ibadah
semacam kepatuhan dan sampai batas penghabisan, yang bergerak dari perasaan
hati untuk mengagungkan kepada yang disembah. Kepatuhan yang dimaksud adalah
seorang hamba yang mengabdikan diri pada Allah SWT. Ibadah merupakan bukti
nyata bagi seorang muslim dalam meyakini dan mempedomani aqidah Islamiyah. Sejak
dini anak-anak harus diperkenalkan dengan nilai-nilai ibadah dengan cara:
a)
Mengajak anak ke tempat ibadah
b)
Memperlihatkan bentuk-bentuk ibadah
c)
Memperkenalkan arti ibadah.[6]
Pendidikan
anak dalam beribadah dianggap sebagai penyempurna dari pendidikan aqidah.
Karena nilai ibadah yang didapat dari anak akan menambah keyakinan kebenaran
ajarannya. Semakin nilai ibadah yang ia miliki maka akan semakin tinggi nilai
keimanannya.[7] Ibadah
merupakan penyerahan diri seorang hamba pada Allah SWT ibadah yang dilakukan
secara benar sesuai dengan syar'i’at Islam merupakan implementasi secara
langsung dari sebuah penghambaan diri pada Allah Swt. Manusia merasa bahwa ia
diciptakan di dunia ini hanya untuk menghamba kepada-Nya.
Pembinaan
ketaatan ibadah pada anak juga dimulai dalam keluarga kegiatan ibadah yang
dapat menarik bagi anak yang masih kecil adalah yang mengandung gerak.
Anak-anak suka melakukan shalat, meniru orang tuanya kendatipun ia tidak
mengerti apa yang dilakukannya itu.[8]
Nilai
pendidikan ibadah bagi anak akan membiasakannya melaksanakan kewajiban.
Pendidikan yang diberikan luqman pada nakanaknya merupakan contoh baik bagi
orang tua. Hal tersebut sebagaimana termaktub dalam al-Qur’an surat Lukman
ayat: 17-18, sebagai berikut:
Artinya: Hai anakku, dirikanlah
shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari
perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. (QS. Lukman:
17)
Dari
ayat tersebut, Luqman menanamkan nilai-nilai pendidikan ibadah kepada
anak-anaknya sejak dini. Dia bermaksud agar anak-anaknya mengenal tujuan hidup
manusia, yaitu menghambakan diri kepada Allah Swt bahwa sesungguhnya tidak ada
Tuhan yang patut disembah selain Allah Swt. Apa yang dilakukan Luqman kepada
anak-anaknya bisa dicontoh orang tua zaman sekarang ini.
Pedidikan
ibadah merupakan salah satu aspek dalam pendidikan Islam yang perlu
diperhatikan. Semua ibadah dalam Islam pada hakikatnya bertujuan membawa
manusia supaya selalu ingat kepada Allah Swt. Oleh karena itu ibadah merupakan
tujuan hidup manusia diciptakan-Nya dimuka bumi. Firman Allah Swt dalam surat az-Dzariyat,
yaitu:
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.” (Q.S. Az-Zariyat: 56)
Ibadah
yang dimaksud bukan ibadah ritual saja tetapi ibadah yang dimaksud di sini
adalah ibadah dalam arti umum dan khusus. Ibadah umum yaitu segala amalan yang
dizinkan Allah Swt sedangan ibadah khusus yaitu segala sesuatu (apa) yang telah
ditetapkan Allah Swt. Akan perincian-perinciannya, tingkat dan cara-caranya
yang tertentu.[9] Oleh
karena itu, nilai pendidikan ibadah yang benar-benar Islamiyyah mesti dijadikan
salah satu pokok pendidikan anak. Orang tua dapat menanamkan nilai-nilai
pendidikan ibadah pada anak dan berharap kelak ia akan tumbuh menjadi insan
yang tekun beribadah secara benar sesuai ajaran Islam.
- Akhlak
Akhlak
merupakan implikasi aqidah yang akan
berjalan secara seimbang. Dalam arti, bila aqidah seseorang telah benar sebagimana aqidah Islamiyah, semestinya tercermin dalam perilakunya yang baik
dan terpuji. Sebaliknya, jika
pertumbuhan aqidah kurang sehat, maka tampilan perilaku dan kehidupannya juga kurang menggembirakan.[10]
Inti
ajaran Islam ialah mengadakan bimbingan bagi kehidupan mental dan jiwa manusia, sebab dalam bidang ini terletak hakekat manusia. Sikap mental dan jiwa itu
yang menentukan bentuk kehidupan
lahir. Hal tersebut sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw, yaitu:
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه
وسلم: إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق (رواه أحمد)
Artinya: Dari Abu Hurairah radhiallahu
‘anhu: Bahwasanya Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan keutamaan akhlak”. (HR. Ahmad).[11]
Menurut
ajaran Islam berdasarkan praktek Rasulullah Saw, pendidikan akhlakul
karimah adalah faktor terpenting dalam membina suatu kerukunan umat atau membangun suatu bangsa.
Akhlak
Islam ialah suatu sikap mental dan perilaku perbuatan yang luhur. Mempunyai hubungan dengan zat Yang Maha Kuasa, Allah Swt. Akhlak Islam adalah produk dari
keyakinan atas kekuasaan dan ke Esaan
Tuhan, yaitu produk dari jiwa Tauhid. Abdullah Darraz menjeniskan nilai-nilai akhlak kepada lima jenis, sebagaimana
penguraian berikut ini:
- Nilai-nilai akhlak perseorangan
d)
Tidak berburuk sangka
e)
Hidup sederhana
f)
Melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya
g)
Teladan dan sebagainya
- Nilai-nilai
akhlak dalam keluarga
a. Berbuat
baik dan menghormati ibu dan bapak
b. Memelihara
kehidupan anak-anak
c. Member
contoh yang baik kepada keluarga dan sebagainya
- Nilai-nilai
akhlak sosial
a. Dilarang
membunuh manusia
b. Dilarang
mencuri
c. Dilarang
menipu dan berkhianat
d. Berkata
buruk dan sebagainya
- Nilai-nilai
akhlak dalam Negara
a. Kewajiban
kepada negara untuk bermusyawarah dengan rakyat
b. Menjaga
ketertiban dan sebagainya
- Nilai-nilai
akhlak agama
a. Beriman
kepada Allah
b. Ketaatan
yang mutlak
c. Menjauhi
larangan-Nya
Dari
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian nilai pendidikan Islam adalah sejumlah tata aturan yang
menjadi pedoman manusia agar setiap tingkah
lakunya sesuai dengan ajaran Islam, yakni mencakup pokok-pokok ajaran Islam yang terdiri dari aqidah atau keimanan,
syari’at atau ibadah, akhlak atau moral sehingga dalam kehidupannya dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan lahir
batin dunia dan akhirat.[13]
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, dapat
diketahui bahwa nilai-nilai pendidikan Islam itu meliputi nilai pendidikan keimanan
kepada Allah Swt, ibadah sebagaimana tuntunan Rasulullah Saw dan juga berakhlak
sebagimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw, baik akhlak perseorangan,
akhlak dalam keluarga, akhlak sosial, akhlak dalam negara maupun nilai-nilai
akhlak agama sebagaimana yang telah penulis jelaskan di atas.
[1]Abdurrahman
An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta:
Gema Insani, 1995), hal. 116.
[2]Azyumardi
Azra, Pendidikan Islam; Tradisi Dan Modernisasi Menuju Milenium Baru,
(Jakarat: Logos, 2002), hal. 8.
[3]M. Nippan Abdul Halim, Anak Shaleh Dambaan Keluarga, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001),
hal. 176.
[4]M. Nur Abdul Hafizh, Manhaj Tarbiyah Al Nabawiyyah Li Al-Thifl, Penerj. Kuswandini, Mendidik
Anak Bersama Rasulullah Saw, (Bandung: Al Bayan, 1997), hal. 110.
[5]Jalaluddin Rahmat dan Muhtar Gandaatmaja, Keluarga
Muslim Dalam Masyarakaat Modern,
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 1993), hal. 60.
[6]N.
Nippan Abdul Halim, Anak Shaleh…, hal. 179.
[7]M.
Nur Abdul Hafidz, Mendidik Anak…,
hal. 150.
[8]Jalaluddin
Rahmat dan Muhtar Gandaatmaja, Keluarga Muslim…, hal. 64.
[9]Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1999), hal. 82.
[10]Daud
Rasyid, Islam dalam Berbagai Dimensi, (Jakarta; Gema Insani Press, 1998), hal.46
[11]Jalaluddin
Al-Suyuti, Jamius Shagir, (Surabaya:
Dar Al Nasyr Al Mishriyah, 1992),
hal. 103.
[12]Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam,
(Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998),
hal. 366.
[13]Hasan
Langgulung, Asas-Asas…,
hal. 371.
No comments:
Post a Comment