Saturday, October 21, 2017

Tujuan dan Nilai-nilai Pendidikan Islam

A.    Tujuan Pendidikan Islam
Pendidikan agama Islam merupakan pendidikan berkesadaran dan bertujuan. Allah Swt menyusun landasan pendidikan yang jelas bagi seluruh manusia melalui  syari’at Islam. Adapun tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk merealisasikan penghambaan kepada Allah Swt dalam kehidupan manusia, baik secara individu maupun secara sosial.[1] Tujuan ini sesuai dengan firman Allah Swt dalam surat az-Zariyat Ayat 56, yaitu:
                          
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Q.S. Az-Zariyat: 56)

Berdasarkan keterangan ayat di atas, maka dapat dipahami bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia tidak lain hanyalah untuk bisa mengabdikan diri kepada Allah Swt dalam artian bisa menjadi hamba yang selalu bisa melaksanakan perintah-perintah yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Manfaatnya dari usaha tersebut tentu akan kembali kepada diri sendiri juga yaitu demi tercapainya kebahagian di kehidupan ini.
Pendidikan Islam juga bertujuan untuk membimbing perkembangan  peserta didik secara optimal agar menjadi hamba mengabdi kepada Allah Swt. Seperti firman Allah Swt dalam surat az-Zariyat ayat 51 yang berbunyi:

Artinya: Dan janganlah kamu mengadakan Tuhan yang lain disamping Allah. Sesungguhnya Aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu. (QS. Az-Zariyat: 51)

Ayat di atas menjelaskan yang bahwa di larang mengadakan/ menjadikan Tuhan selain Allah Swt, dari Allah manusia datang kepada-Nya pula manusia akan kembali. Hidup dengan Rahmat yang di berikan-Nya maka tidak boleh sekali-kali berpaling dari pada-Nya. di sisi-Nyalah tempat kembali yang paling baik.
Rasulullah Saw ialah sosok pemberi peringatan dan  petunjuk menuju arah yang diridhai oleh Allah Swt. Rasulullah Saw mendidik dan mengarahkan ummatnya. Dari itulah mulanya dimulai aktifitas pendidikan Islam. Maka aktifitas pendidikan Islam diarahkan kepada upaya membimbing manusia agar dapat menempatkan diri dan berperan sebagai individu yang taat dalam menjalan ajaran Allah di dalam kehidupan ini.
Di samping itu, pendidikan Islam juga bertujuan untuk membentuk manusia sebagai pribadi yang bermoral, sehingga pendidikan dititik beratkan pada upaya pengenalan terhadap nilai-nilai yang baik, kemudian di interaksikannya serta diaplikasikannya nilai tersebut dalam keseharian. Atas dasar ini, manusia merupakan makhluk yang dalam segala bentuk aktifitasnya adalah makhluk yang terikat kepada niali-nilai moral, yang sumbernya adalah wahyu Ilahi. Kesadaran akan adanya nilai- nilai moral yang wajib dipatuhi dan ditetapkan dalam kehidupannya adalah karena dirinya merupakan sosok pribadi penyadang nilai-nilai tersebut.
            Selanjutnya pendidikan Islam juga diarahkan kepada upaya bimbingan  dan pengembangan potensi peserta didik agar dapat berperan secara harmonis dan serasi dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam al-Qur’an surat al-Hujarat ayat 13 yang berbunyi:

Artinya:  Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS.  Al Hujarat: 13)

Menurut pendapat Azyumardi Azra, menjelaskan bahwa pendidikan Islam merupakan salah satu aspek dari ajaran Islam secara keseluruhan. Kerenanya, tujuan pendidikan Islam tidak terlapas dari tujuan hidup manusia dalam Islam; yaitu untuk terwujudnya pribadi-pribadi sebagai hamba Allah Swt yang selalu bertaqwa kepada-Nya, dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia baik di dunia maupun di akhirat kelak. Dalam konteks sosial masyarakat, bangsa dan negara, pribadi yang bertaqwa ini menjadi rahmatan lilalamin. Tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang dapat di sebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan Islam.[2]
Dari penjelasan di atas, nyatalah bahwa pendidikan individu dalam Islam mempunyai tujuan yang jelas dan tertentu, yaitu: menyiapkan individu untuk dapat beribadah kepada Allah Swt. Dan bahwa totalitas agama Islam tidak membatasi pengertian ibadah pada shalat, puasa (shaum) dan haji semata, tetapi setiap karya yang dilakukan seorang muslim dengan niat untuk Allah semata merupakan ibadah kepada Allah Swt.
B.     Nilai-nilai Pendidikan Islam
  1. Keimanan
Pendidikan keimanan termasuk aspek pendidikan yang patut mendapat perhatian yang pertama dan utama. Memberikan pendidikan merupakan sebuah keharusan yang tidak boleh ditinggalkan. Karena iman merupakan pilar yang mendasari keislaman seseorang.
Pembentukan iman harus diberikan sejak kecil, sejalan dengan pertumbuhan kepribadiannya. Nilai-nilai keimanan harus mulai diperkenalkan dengan cara:
a)      Memperkenalkan nama Allah Swt dan Rasul-Nya;
b)      Memberikan gambaran tentang siapa pencipta alam raya ini melalui kisah-kisah teladan; dan
c)      Memperkenalkan ke-Maha-Agungan Allah Swt.[3]
Rasulullah Saw adalah orang yang menjadi suri tauladan (Uswatun Hasanah) bagi umatnya, baik sebagai pemimpin maupun orang tua. Beliau mengajarkan pada umatnya bagaimana menanamkan nilai-nilai keimanan pada anak-anaknya. Ada lima pola dasar pembinaan iman (aqidah) yang harus diberikan pada anak, yaitu membacakan kalimat tauhid pada anak, menanamkan kecintaan kepada Allah Swt dan Rasul-Nya, mengajarkan al-Qur'an dan menanamkan nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan.[4]
Orang tua memiliki tanggung jawab mengajarkan al-Qur'an pada anak-anaknya sejak kecil. Pengajaran al-Qur'an mempunyai pengaruh yang besar dalam menanamkan iman (aqidah) yang kuat bagi anak. Pada saat pelajaran al-Qur'an berlangsung secara bertahap mereka mulai dikenalkan pada satu keyakinan bahwa Allah Swt adalah Tuhan mereka dan al-Qur'an adalah firman-firman-Nya yang diturunkan pada Nabi Muhammad Saw.

Iman (aqidah) yang kuat dan tertanam dalam jiwa seseorang merupakan hal yang penting dalam perkembangan pendidikan anak. Salah satu yang bisa menguatkan aqidah adalah anak memiliki nilai pengorbanan dalam dirinya demi membela aqidah yang diyakini kebenarannya. Semakin kuat nilai pengorbanannnya akan semakin kokoh aqidah yang ia miliki.
Nilai pendidikan keimanan pada anak merupakan landasan pokok bagi kehidupan yang sesuai fitrahnya, karena manusia mempunyai sifat dan kecenderungan untuk mengalami dan mempercayai adanya Tuhan. Oleh karena itu penanaman keimanan pada anak harus diperhatikan dan tidak boleh dilupakan bagi orang tua sebagai pendidik.
Nilai pendidikan keimanan termasuk aspek-aspek pendidikan yang patut mendapatkan perhatian pertama dan utama dari setiap orang tua. Memberikan pendidikan keimanan kepada anak merupakan sebuah keharusan yang tidak boleh ditinggalkan oleh setiap orang tua dengan penuh kesungguhan. Pasalnya iman merupakan pilar yang mendasari keIslaman seseorang. Pembentukkan iman seharusnya diberikan kepada anak sejak dalam kandungan, sejalan dengan pertumbuhan kepribadiannya. Berbagai hasil pengamatan pakar kejiwaan menunjukkan bahwa janin di dalam kandungan telah mendapat pengaruh dari keadaan sikap dan emosi ibu yang mengandungya.[5]
Nilai-nilai keimanan yang diberikan sejak anak masih kecil, dapat mengenalkannya pada Tuhannya, bagaimana ia bersikap pada Tuhannya dan apa yang mesti diperbuat di dunia ini. Sebagaimana dikisahkan dalam al-Qur’an tentang Luqmanul Hakim adalah orang yang diangkat Allah sebagai contoh orang tua dalam mendidik anak, ia telah dibekali Allah Swt dengan keimanan dan sifat-sifat terpuji. Orang tua sekarang perlu mencontoh Luqman dalam mendidik anaknya, karena ia sebagai contoh baik bagi anak-anaknya. Perbuatan yang baik akan ditiru oleh anak-anaknya begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, pendidikan keimanan, harus dijadikan sebagai salah satu pokok dari pendidikan Islam. Dengannya dapat diharapkan bahwa kelak seseorang akan tumbuh dewasa menjadi insan yang beriman kepada Allah Swt, melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan keimanan yang sejati bisa membentengi seseorang dari berbuat dan berkebiasaan buruk.
  1. Ibadah
Ibadah semacam kepatuhan dan sampai batas penghabisan, yang bergerak dari perasaan hati untuk mengagungkan kepada yang disembah. Kepatuhan yang dimaksud adalah seorang hamba yang mengabdikan diri pada Allah SWT. Ibadah merupakan bukti nyata bagi seorang muslim dalam meyakini dan mempedomani aqidah Islamiyah. Sejak dini anak-anak harus diperkenalkan dengan nilai-nilai ibadah dengan cara:
a)      Mengajak anak ke tempat ibadah
b)      Memperlihatkan bentuk-bentuk ibadah
c)      Memperkenalkan arti ibadah.[6]
Pendidikan anak dalam beribadah dianggap sebagai penyempurna dari pendidikan aqidah. Karena nilai ibadah yang didapat dari anak akan menambah keyakinan kebenaran ajarannya. Semakin nilai ibadah yang ia miliki maka akan semakin tinggi nilai keimanannya.[7] Ibadah merupakan penyerahan diri seorang hamba pada Allah SWT ibadah yang dilakukan secara benar sesuai dengan syar'i’at Islam merupakan implementasi secara langsung dari sebuah penghambaan diri pada Allah Swt. Manusia merasa bahwa ia diciptakan di dunia ini hanya untuk menghamba kepada-Nya.
Pembinaan ketaatan ibadah pada anak juga dimulai dalam keluarga kegiatan ibadah yang dapat menarik bagi anak yang masih kecil adalah yang mengandung gerak. Anak-anak suka melakukan shalat, meniru orang tuanya kendatipun ia tidak mengerti apa yang dilakukannya itu.[8]
Nilai pendidikan ibadah bagi anak akan membiasakannya melaksanakan kewajiban. Pendidikan yang diberikan luqman pada nakanaknya merupakan contoh baik bagi orang tua. Hal tersebut sebagaimana termaktub dalam al-Qur’an surat Lukman ayat: 17-18, sebagai berikut:

Artinya: Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. (QS. Lukman: 17)

Dari ayat tersebut, Luqman menanamkan nilai-nilai pendidikan ibadah kepada anak-anaknya sejak dini. Dia bermaksud agar anak-anaknya mengenal tujuan hidup manusia, yaitu menghambakan diri kepada Allah Swt bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan yang patut disembah selain Allah Swt. Apa yang dilakukan Luqman kepada anak-anaknya bisa dicontoh orang tua zaman sekarang ini.
Pedidikan ibadah merupakan salah satu aspek dalam pendidikan Islam yang perlu diperhatikan. Semua ibadah dalam Islam pada hakikatnya bertujuan membawa manusia supaya selalu ingat kepada Allah Swt. Oleh karena itu ibadah merupakan tujuan hidup manusia diciptakan-Nya dimuka bumi. Firman Allah Swt dalam surat az-Dzariyat, yaitu:

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Q.S. Az-Zariyat: 56)

Ibadah yang dimaksud bukan ibadah ritual saja tetapi ibadah yang dimaksud di sini adalah ibadah dalam arti umum dan khusus. Ibadah umum yaitu segala amalan yang dizinkan Allah Swt sedangan ibadah khusus yaitu segala sesuatu (apa) yang telah ditetapkan Allah Swt. Akan perincian-perinciannya, tingkat dan cara-caranya yang tertentu.[9] Oleh karena itu, nilai pendidikan ibadah yang benar-benar Islamiyyah mesti dijadikan salah satu pokok pendidikan anak. Orang tua dapat menanamkan nilai-nilai pendidikan ibadah pada anak dan berharap kelak ia akan tumbuh menjadi insan yang tekun beribadah secara benar sesuai ajaran Islam.
  1. Akhlak
Akhlak merupakan implikasi aqidah yang akan berjalan secara seimbang. Dalam arti, bila aqidah seseorang telah benar sebagimana aqidah Islamiyah, semestinya tercermin dalam perilakunya yang baik dan terpuji. Sebaliknya, jika pertumbuhan aqidah kurang sehat, maka tampilan perilaku dan kehidupannya juga kurang menggembirakan.[10]
Inti ajaran Islam ialah mengadakan bimbingan bagi kehidupan mental dan jiwa manusia, sebab dalam bidang ini terletak hakekat manusia. Sikap mental dan jiwa itu yang menentukan bentuk kehidupan lahir. Hal tersebut sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw, yaitu:
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق (رواه أحمد)                                                                         
Artinya: Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu: Bahwasanya Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan keutamaan akhlak”. (HR. Ahmad).[11]

Menurut ajaran Islam berdasarkan praktek Rasulullah Saw, pendidikan akhlakul karimah adalah faktor terpenting dalam membina suatu kerukunan umat atau membangun suatu bangsa.
Akhlak Islam ialah suatu sikap mental dan perilaku perbuatan yang luhur. Mempunyai hubungan dengan zat Yang Maha Kuasa, Allah Swt. Akhlak Islam adalah produk dari keyakinan atas kekuasaan dan ke Esaan Tuhan, yaitu produk dari jiwa Tauhid. Abdullah Darraz menjeniskan nilai-nilai akhlak kepada lima jenis, sebagaimana penguraian berikut ini:
  1. Nilai-nilai akhlak perseorangan
d)     Tidak berburuk sangka
e)      Hidup sederhana
f)       Melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya
g)      Teladan dan sebagainya
  1. Nilai-nilai akhlak dalam keluarga
a.       Berbuat baik dan menghormati ibu dan bapak
b.      Memelihara kehidupan anak-anak
c.       Member contoh yang baik kepada keluarga dan sebagainya
  1. Nilai-nilai akhlak sosial
a.       Dilarang membunuh manusia
b.      Dilarang mencuri
c.       Dilarang menipu dan berkhianat
d.      Berkata buruk dan sebagainya
  1. Nilai-nilai akhlak dalam Negara
a.       Kewajiban kepada negara untuk bermusyawarah dengan rakyat
b.      Menjaga ketertiban dan sebagainya
  1. Nilai-nilai akhlak agama
a.       Beriman kepada Allah
b.      Ketaatan yang mutlak
c.       Menjauhi larangan-Nya
d.      Mengerjakan shalat, berdoa dan sebagainya[12]

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian nilai pendidikan Islam adalah sejumlah tata aturan yang menjadi pedoman manusia agar setiap tingkah lakunya sesuai dengan ajaran Islam, yakni mencakup pokok-pokok ajaran Islam yang terdiri dari aqidah atau keimanan, syari’at atau ibadah, akhlak atau moral sehingga dalam kehidupannya dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan lahir batin dunia dan akhirat.[13]
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa nilai-nilai pendidikan Islam itu meliputi nilai pendidikan keimanan kepada Allah Swt, ibadah sebagaimana tuntunan Rasulullah Saw dan juga berakhlak sebagimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw, baik akhlak perseorangan, akhlak dalam keluarga, akhlak sosial, akhlak dalam negara maupun nilai-nilai akhlak agama sebagaimana yang telah penulis jelaskan di atas.


[1]Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani, 1995), hal. 116.
[2]Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi Dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, (Jakarat: Logos, 2002), hal. 8.
[3]M. Nippan Abdul Halim, Anak Shaleh Dambaan Keluarga, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001), hal. 176.
[4]M. Nur Abdul Hafizh, Manhaj Tarbiyah Al Nabawiyyah Li Al-Thifl, Penerj. Kuswandini, Mendidik Anak Bersama Rasulullah Saw, (Bandung: Al Bayan, 1997), hal. 110.
[5]Jalaluddin Rahmat dan Muhtar Gandaatmaja, Keluarga Muslim Dalam Masyarakaat Modern, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1993), hal. 60.
[6]N. Nippan Abdul Halim, Anak Shaleh…, hal. 179.
[7]M. Nur Abdul Hafidz, Mendidik Anak…, hal. 150.
[8]Jalaluddin Rahmat dan Muhtar Gandaatmaja, Keluarga Muslim…, hal. 64.
[9]Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), hal. 82.
[10]Daud Rasyid, Islam dalam Berbagai Dimensi, (Jakarta; Gema Insani Press, 1998), hal.46
[11]Jalaluddin Al-Suyuti, Jamius Shagir, (Surabaya: Dar Al Nasyr Al Mishriyah, 1992),         hal. 103.
[12]Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998),       hal. 366.
[13]Hasan Langgulung, Asas-Asas…, hal. 371.

No comments:

Post a Comment