Kesadaran
adalah keinsafan atau keadaan mengerti terkait dengan hal yang dirasakan atau
dialami oleh seseorang. Kesadaran dalam bentuk lain adalah pemahaman atau
pengetahuan seseorang tentang dirinya dan keberadaan dirinya. Tingkat kesadaran
masyarakat mengenai kesehatan merupakan pengukuran yang dilakukan untuk melihat
seberapa besar pengetahuan masyarakat tentang tingkat kesehatan yang ada pada
kehidupan mereka sehari-hari maupun lingkungan yang menjadi sosok sentral
hubungan masyarakat dengan lingkungan sekitarnya. Tingkat kesadaran masyarakat
sangat diperlukan dalam kehidupan nyata karena masyarakat merupakan individu
yang berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari.
Sekarang
ini kualitas sumber daya manusia Indonesia masih berada pada tingkat yang masih
tergolong rendah, apabila dibandingkan dengan negara-negara tetangga, seperti
Singapura dan Malaysia. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dapat dilihat
dari beberapa sisi, misalnya pendidikan dan kesehatan. Upaya peningkatan kualitas
kesehatan masyarakat merupakan upaya pencegahan yang umumnya bertujuan
meningkatkan taraf kesehatan individu, keluarga maupu masyarakat. Upaya
peningkatan kualitas kesehatan masyarakat itu antara lain adalah dengan
cara penyuluhan kesehatan, perbaikan gizi, penyusunan pola gizi memadai
pengawasan pertumbuhan anak balita dan usia remaja.[1]
Sistem
kesehatan nasional imunisasi adalah bentuk intervensi kesehatan yang sangat
efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Pemberian
imunisasi pada bayi dan anak tidak hanya memberi pencegahan penyakit tertentu
pada anak tersebut tetapi juga memberikan dampak yang lebih luas karena dapat
mencegah penularan penyakit untuk orang lain. Oleh karena itu pengetahuan dan
sikap orang tua terutama ibu sangat penting untuk memahami tentang manfaat
imunisasi bagi anak.[2]
Untuk memutus rantai penularan virus polio liar di Indonesia, cakupan imunisasi
rutin harus tinggi. Untuk mencapai ini, perlu meningkatkan kesadaran masyarakat
akan pentingnya imunisasi melalui kampanye imunisasi.
Salah satu faktor yang juga terkait kurangnya
pemanfaatan posyandu adalah masalah gizi balita. Permasalahan gizi buruk anak balita,
kekurangan gizi, busung lapar, dan masalah kesehatan lainnya menyangkut
kesehatan ibu dan anak akan mudah dihindari melalui kegiatan posyandu, sehingga
posyandu sebagai layanan kesehatan yang sangat dekat pada masyarakat sangat
berperan penting dalam deteksi dini masalah gizi. Deteksi dini balita gizi
buruk adalah kegiatan penentuan status gizi balita melalui KMS (yaitu dari
berat badan menurut umur) dan tanda-tanda klinis pada balita yang dilakukan
oleh orang tua. Dengan melakukan penimbangan setiap bulan di posyandu maka
status gizi dan jalur pertumbuhan anak dapat selalu terpantau, sehingga bila
ditemukan kelainan dalam grafik pertumbuhan akan segera terdetesi dan akan
mudah untuk melakukan perbaikan status gizi anak. Deteksi dini ini juga perlu
diimbangi dengan penyuluhan serta pemberian makanan tambahan.[3]
Keaktifan ibu balita dalam kegiatan posyandu merupakan
salah satu faktor pendukung yang sangat diperlukan untuk pemantauan pertumbuhan
anaknya. Sikap ibu balita untuk menyadari bahwa posyandu merupakan hal yang
utama untuk menigkatkan derajat kesehatan ibu balita, hal ini dapat menimbulkan
perilaku positif ibu balita tentang posyandu. Sikap ibu balita yang positif
akan mempengaruhi perubahan perilaku yang positif. Dengan didasari pengetahuan
yang baik dan sikap positif terhadap posyandu, maka Ibu akan senantiasa
berupaya datang ke posyandu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang sangat
berguna bagi anak-anak mereka, dan tentunya bagi ibu itu sendiri.
Banyak
manfaat posyandu yang bisa diperoleh ibu dan balita. Semua fasilitas tersebut
disediakan secara gratis. Sudah selayaknya masyarakat memanfaatkan berbagai
fasilitas yang disediakan oleh pemerintah tersebut. Walaupun gratis, pelayanan
tersebut bukanlah sesuatu yang murah. Jika diuangkan, biaya untuk pembelian
vaksin, vitamin, dan berbagai logistik posyandu tentulah sangat mahal. Hal ini
dapat dibuktikan jika kita mengimunisasikan anak kita ke Lembaga Pelayanan
Kesehatan Swasta, biaya 1 kali imunisasi bisa mencapai puluhan bahkan ratusan
ribu rupiah.
Oleh
karena itu, setiap keluarga diharapkan aktif memanfaatkan fasilitas di
posyandu. Keluarga yang aktif ke posyandu adalah keluarga yang rutin membawa
anaknya ke posyandu setiap bulan. Sesibuk apapun orang tua, perlu menyempatkan
diri sebulan sekali ke posyandu. Jika orang tua tidak sempat ke posyandu, maka
tidak ada salahnya memnta bantuan orang lain atau pengasuh untuk mengantar anak
ke posyandu. Posyandu bukan hanya tempat untuk mendapatkan imunisasi saja,
tetapi juga memantau pertumbuhan berat badan, deteksi dini penyimpangan
pertumbuhan dan perkembangan anak, serta melakukan stimulasi tumbuh kembang
balita melalui alat permainan edukatif yang tersedia di posyandu.
Upaya peningkatan peran serta ibu balita dalam
masyarakat dilakukan melalui
berbagai aktivitas wanita untuk mendukung pembangunan di daerahnya. Kegiatan tersebut
dilaksanakan antara lain melalui wadah PKK, KB, dan posyandu. Melalui gerakan kegiatan posyandu,
wanita terlibat secara aktif dalam pemberian pelayanan kesehatan, imunisasi,
dan perbaikan gizi keluarga.[4]
Langkah-langkah untuk
meningkatkan peran serta masyarakat dilakukan melalui penyelenggaraan forum KIM
(forum komunikasi) dan pelatihan/pendekatan edukatif. Penting ditekankan bahwa
para pembina peran serta masyarakat harus bersikap sebagai fasilitator, pemberi
bantuan teknis, bukan sebagai instruktor terhadap masyarakat, agar mampu
mengembangkan kemandirian masyarakat dan bukan menimbulkan ketergantungan
masyarakat.
Penggalangan dukungan penentu
kebijaksanaan, pemimpin wilayah, lintas sektor dan berbagai organisasi
kesehtan, yang dilaksanakan melalui dialog, seminar dan lokakarya, dalam rangka
komunikasi, informasi dan motivasi, dengan memanfaatkan media massa dan sistem
informasi kesehatan. Persiapan
petugas penyelenggara melalui pelatihan, orientasi atau sarasehan kepemimpinan
di bidang kesehatan. Persiapan
masyarakat, melalui rangkaian kegiatan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam mengenal dan memecahkan masalah kesehatan, dengan menggali dan
menggerakkan sumber daya yang dimilikinya. Pelaksanaan kegiatan kesehatan oleh
dan untuk masyarakat melalui kadernya yang telah terlatih (tindakan terapi oleh
masyarakat), serta dengan pengembangan dan pelestarian kegiatan kesehatan oleh
masyarakat.
Selanjutnya dalam
pengembangannya Posyandu dapat dibina menjadi suatu forum komunikasi dan
pelayanan di masyarakat, antara sektor yang memadukan kegiatan pembangunan
sektoralnya dengan kegiatan masyarakat, untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam memecahkan masalahnya melalui alih teknologi. Dengan demikian, Posyandu dapat
dikembangkan dari pos-pos yang telah ada, seperti pos penimbangan balita, pos
imunisasi, pos KB desa, pos, kesehatan, kelompok belajar, atau mungkin juga
dibentuk baru.
[1]Dairur, Materi-Materi Pokok Ilmu Kesehatan
Masyarakat, (Jakarta: Widya Medika, 1992), hal. 12-13.
[2]Ranuh,
Pedoman Imunisasi di Indonesia, (Jakarta, Edisi III, 2008), hal. 3.
[3]http://promkespkmbanggae1.blogspot.co.id/2013/01/posyandu-dan-perannya-bagi-kesehatan.html,
diakses Tanggal 26 Desember 2016.
[4]https://intanghina.wordpress.com/2008/07/16/peran-serta-ibu-balita-dalam-kegiatan-penimbangan/,
diakses Tanggal 26 Desember 2016.
No comments:
Post a Comment