A. Keutamaan-keutamaan Abu Bakar Ash-Shiddiq
1.
Salah Satu Dari 10 Sahabat Yang Dijamin Masuk Surga
Menurut Shalahuddin Mahmud As-Sa’id, Abu Bakar merupakan sahabat yang
pertama kali masuk Islam dari kalangan laki-laki, belia selalu mantap dan tidak
pernah ragu-ragu untuk menerima dan merespon seruan Rasulullah SAW. Dengan
perantara beliau jugalah sekolompok orang masuk Islam ketika ia ajak seru untuk
masuk Islam, karena kecintaan mereka kepadanya. Di antara orang yang masuk
Islam di tangannya ada lima orang yang dijamin masuk surga, yaitu: Utsman bin
Affan, Sa’ad bin Abi Waqash, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan Thalhah
bin Ubaidillah.
Abu Bakar adalah manusia yang paling sering menyertai Nabi Muhammad SAW.
Ia memiliki pengorbanan yang besar dalam rangka ikut menyebarkan dakwah
Islamiyah. Abu Bakar telah mengorbankan jiwa, harta, waktu dan semua yang
dimilikinya. Ia merupakan penolong Rasulullah SAW dan menjadi khalifah
setelahnya. Ia menyaksikan semua peristiwa bersama Rasulullah SAW dan ia adalah
juga termasuk salah satu di antara 10 sahabat yang dijamin masuk surga.[1]
2.
Mendapat Salam dari Allah Melalui Jibril as
Dalam hadist Ibnu Umar, Nabi Muhammad SAW sedang duduk-duduk dan ada Abu
Bakar di sampingnya. Abu Bakar mengenakan sebuah pakaian yang dia ikatkan
dengan dua buah batang kayu. Jibril as turun dari langit dan menyampaikan salam
dari Allah kepada Nabi Muhammad SAW, kemudian dia bertanya “Ya Rasulullah SAW,
kenapa aku melihat Abu Bakar mengenakan sebuah pakaian yang diikatkan dengan
dua buah batang kayu?” Nabi
Muhammad SAW memberitahu Jibril “Ya Jibril, semua yang dimiliki orang ini telah
dibelanjakan untukku dan Islam sehingga sekarang dia tak punya apa-apa dan
itulah mengapa kau melihatnya dalam kondisi seperti ini. ”Jibril as berkata “Ya
Muhammad SAW, sampaikanlah salam dari Allah kepada orang ini dan sampaikan
padanya bahwa Tuhanmu berfirman: ‘Wahai Abu Bakar, katakanlah, apakah kau
merasa senang kepada Tuhanmu dalam kemiskinan ini atau apakah kau tidak senang
dan kecewa kepada Tuhanmu?’
Nabi SAW menyampaikan pesan dan salam dari Allah kepada Abu Bakar. Kemudian
dia bertanya kepadanya “Wahai Abu Bakar, apakah kau merasa senang kepada Allah
dengan kemiskinan ini atau apakah kau tidak senang kepada Allah?” Air mata Abu
Bakar mulai mengalir dan dia menjawab “Ya Rasulullah, apakah Abu Bakar marah
kepada Tuhannya? Karena Abu Bakar tidak pernah marah kepada Tuhannya. Abu Bakar
merasa senang dengan Allah, Abu Bakar merasa senang dengan Allah, Abu Bakar
merasa senang dengan Allah dalam kemiskinan ini.”[2]
3.
Manusia Terbaik Setelah Nabi Muhammad SAW
Tidak dipungkiri bahwa Abu Bakar adalah maunsia terbaik setelah
Rasulullah SAW di kalangan umat beliau, ada beberapa hadits yang menerangkan
hal itu, di antaranya diriwayatkan dari Ibnu Umar ra, yaitu:
عَنْ
ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كُنَّا
نُخَيِّرُ بَيْنَ النَّاسِ فِي زَمَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَنُخَيِّرُ أَبَا بَكْرٍ ثُمَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ ثُمَّ
عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ
Artinya: Dari Ibnu Umar ra. Ia berkata “Kami pernah memilih orang terbaik di masa
Nabi SAW. Kami pun memilih Abu Bakar, setelah itu Umar bin Khattab, lalu
‘Utsman bin Affan Radhiallahu’anhu”. (HR. Bukhari).[3]
Dari
hadits di atas jelas menunjukkan bahwa Abu Bakar adalah orang terbaik di masa
Nabi SAW setelah beliau.
4.
Orang Laki-laki Yang Paling Dicintai Oleh Rasulullah dan
Orang yang Besar Jasa-jasanya Terhadap Islam
Abu Bakar merupakan orang yang paling dicintai oleh Rasulullah SAW setelah
Aisyah Ummul Mu’minin ra. Berkanaan dengan hal ini Amr bin Ash pernah bertanya
kepada Rasulullah SAW, yaitu:
أَيُّ
النَّاسِ أَحَبُّ إِلَيْكَ قَالَ عَائِشَةُ قُلْتُ مِنْ الرِّجَالِ قَالَ أَبُوهَا
قُلْتُ ثُمَّ مَنْ قَالَ عُمَرُ فَعَدَّ رِجَالًا
Artinya:
“Siapa orang yang kau cintai?. Rasulullah menjawab: ‘Aisyah’. Aku bertanya
lagi: ‘Kalau laki-laki?’. Beliau menjawab: ‘Ayahnya Aisyah’ (yaitu Abu Bakar)”.
(HR. Muslim).[4]
5.
Orang yang Besar Jasa-jasanya Terhadap Islam
Abu Bakar ash-Shiddiq merupakan salah satu dari sahabat-sahabat Rasulullah
SAW yang begitu besar jasanya terhadap Islam, di antaranya yaitu:
- Jasanya yang paling besar adalah masuknya ia ke dalam Islam paling pertama.
- Hijrahnya beliau bersama Nabi Muhammad SAW
- Ketegaran beliau ketika hari wafatnya Nabi Muhammad SAW
- Sebelum terjadi hijrah, beliau telah membebaskan 70 orang yang disiksa orang kafir karena alasan bertauhid kepada Allah Swt. Di antara mereka adalah Bilal bin Rabbaah, ‘Amir bin Fahirah, Zunairah, Al Hindiyyah dan anaknya, budaknya Bani Mu’ammal, Ummu ‘Ubais
- Salah satu jasanya yang terbesar ialah ketika menjadi khalifah beliau memerangi orang-orang murtad
- Musailamah Al-Kadzab dibunuh di masa pemerintahan beliau
- Memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan al-Qur’an.[5]
Masa
kekhalifahan Abu Bakar untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama
tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk
lagi kepada kepemerintahan Madinah. Mereka menganggap perjanjian yang dibuat
dengan Nabi Muhammad SAW dengan sendirinya batal setelah Nabi wafat. Karena
itu, mereka menantang Abu Bakar. Karena sikap keras kepala dan penentangan
mereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan, Abu Bakar menyelesaikan
persoalan ini dengan apa yang disebut perang riddah (perang melawan
kemurtadan).[6]
Senada
dengan pendapat di atas, dalam sumber yang lain dijelaskan bahwa pada masa
pemerintahan Abu Bakar selama kurang lebih dua tahun di dalam pengembangan
Islam, antara lain:
- Perbaikan sosial (masyarakat)
- Perluasan
dan pengembangan wilayah Islam
- Mengumpulkan
ayat-ayat al Qur’an
- Sebagai
kepala negara dan pemimpin umat Islam
- Meningkatkan
kesejahteraan umat perbaikan sosial yang dilakukan Abu Bakar, ialah usaha
untuk menciptakan stabilitas wilayah Islam dengan berhasilnya mengamankan
Tanah Arab dari para penyelewengan (orang murtad, nabi palsu dan orang
yang enggan membayar zakat). Adapun usaha yang ditempuh untuk
perluasan dan pengembangan wilayah Islam Abu Bakar melakukan perluasan
wilayah luar jazirah Arab. Daerah yang dituju adalah Iraq dan Syria yamg
berbatasan langsung dengan wilayah kekuasan Islam.[7]
Perbaikan
sosial yang dilakukan Abu Bakar Ash-Shiddiq ialah usaha untuk menciptakan
stabilitas wilayah Islam dengan berhasilnya mengamankan tanah Arab dari para
penyeleweng (orang-orang murtad, nabi-nabi palsu dan orang-orang yang enggan
membayar zakat). Adapun usaha yang ditempuh untuk perluasan dan pengembangan
wilayah Islam Abu Bakar melakukan perluasan wilayah ke luar Jazirah Arab. Daerah
yang dituju adalah Irak dan Suriah yang berbatasan langsung dengan wilayah
kekuasaan Islam. Kedua daerah itu menurut Abu Bakar harus ditaklukkan dengan
tujuan untuk memantapkan keamanan wilayah Islam dari serbuan dua adikuasa,
yaitu Persia dan Bizantium. Untuk ekspansi ke Irak dipimpin oleh Khalid bin
Walid, sedangkan ke Suriah dipimpin tiga panglima yaitu Amr bin Ash, Yazid bin
Abu Sufyan dan Surahbil bin Hasanah. Sedangkan usaha yang ditempuh untuk pengumpulan
ayat-ayat al-Qur'an adalah atas usul dari sahabat Umar bin Khattab yang merasa
khawatir kehilangan al-Qur'an setelah para sahabat yang hafal al-Qur'an banyak
yang gugur dalam peperangan, terutama waktu memerangi para nabi palsu.
Persoalan
besar yang sempat diselesaikan Abu Bakar Ash-Shiddiq sebelum wafat adalah
menetapkan calon khalifah yang akan menggantikannya. Dengan demikian ia telah
mempersempit peluang bagi timbulnya pertikaian di antara umat Islam mengenai
jabatan khalifah. Dalam menetapkan calon penggantinya Abu Bakar Ash-Shiddiq tidak
memilih anak atau kerabatnya yang terdekat, melainkan memilih orang lain yang
secara obyektif dinilai mampu mengemban amanah dan tugas sebagai khalifah,
yaitu sahabat Umar bin Khattab. Pilihan tersebut tidak diputuskannya sendiri,
tetapi dimusyawarahkannya terlebih dahulu dengan sahabat-sahabat besar. Setelah
disepakati , barulah ia mengumumkan calon khalifah itu.[8]
Abu
Bakar Ash-Shiddiq dengan masa pemerintahannya yang amat singkat (kurang lebih
dua tahun) telah berhasil mengatasi tantangan-tantangan dalam negeri Madinah
yang baru tumbuh itu, dan juga menyiapkan jalan bagi perkembangan dan perluasan
Islam di Semenanjung Arabia.
B. Wafatnya
Abu Bakar Ash-Shiddiq
Pada
akhir minggu pertama Jumadil Akhir tahun 13 Hijriah Abu Bakar jatuh sakit. Pada
musim dingin hari itu, Abu Bakar Ash-Shiddiq mandi, lalu ia terserang demem
yang sangat berat. Ia pun sadar bahwa penyakitnya itu akan membawa maut. Ketika
beliau dalam kondisi sekarat, ada yang berkata kepadanya, “Maukah Anda jika
kami carikan seorang tabib atau dokter?” Maka spontan dia menjawab, “Dia telah
melihatku (maksudnya Allah) dan Dia berkata,”Sesungguhnya Aku akan berbuat
apa-apa yang Kukehendaki”.[9]
Dalam
sakitnya ia berwasiat kepada Aisyah supaya dikafani dengan dua helai kain
bersih yang biasa ia pakai bersembahyang. Ketika Aisyah menawarkan hendak
mengkafaninya dengan kain biru, ia berkata “orang yang hidup lebih memerlukan
yang baru dari pada yang sudah mati, kafan itu hanya buat cacing dan tanah”.
Setelah 15 hari lamanya menderita penyakit, wafatlah Abu Bakar Ash-Shiddiq pada
21 bulan Jumadil Akhir tahun 13 Hijriah, bertepatan tanggal 22 Agustus tahun
364 M. Dikebumikan di kamar Aisyah di samping makam sahabatnya yang mulia
Rasulullah SAW. Abu Bakar wafat pada usia 63 tahun, ia menjabat kekhalifahan
selama 2 tahun 3 bulan lebih 10 hari. Abu Bakar meninggalkan 5 orang anak, 3
laki-laki dan 2 perempuan, yaitu Abdullah, Abdurrahman, Muhammad, Aisyah (istri
Rasulullah SAW) dan Asma (istri Zubair bin Awwam).[10]
Al-Hafizh
Ibnu Katsir berkata, “Abu Bakar Ash-Shiddiq wafat pada hari senin di malam
hari. Dalam riwayat lain, ada yang mengatakan bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq wafat
setelah Maghrib dan dikebumikan pada malam itu juga yaitu tepatnya delapan hari
sebelum berakhirnya bulan Jumadil Akhir tahun 13 H, setelah beliau mengalami
sakit selama 15 hari. Beliau wafat pada usia 63 tahun, persis dengan usia Nabi Muhammad
SAW. Ia memegang kepemimpinan selama dua tahun tiga bulan.[11] Semoga Allah SWT yang Maha Kuasa
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada arwah beliau.
Abu
Bakar Ash-Shiddiq berwasiat agar jenazahnya
dimandikan oleh Asma` binti Umais, istri beliau. Kemudian beliau dimakamkan di
samping makam Rasulullah. Umar menshalati jenazahnya diantara makam Rasulullah
dan mimbar (ar-Raudhah). Sedangkan yang turun langsung ke dalam liang lahat
adalah putranya yang bernama Abdurrahman (bin Abi Bakar), Umar bin Khattab,
Ustman bin Affan, dan Thalhah bin Ubaidillah.[12]
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa
setelah 15 hari lamanya menderita penyakit, Abu Bakar Ash-Shiddiq wafat pada tanggal
21 bulan Jumadil Akhir 13 Hijriah, bertepatan dengan tanggal 22 Agustus 364 M. Abu
Bakar Ash-Shiddiq wafat pada usia 63 tahun, ia menjabat kekhalifahan selama 2
tahun 3 bulan lebih 10 hari dan dikebumikan di kamar Aisyah atau di samping
makam sahabatnya yang mulia Rasulullah Muhammad SAW.
[1]Shalahuddin
Mahmud As-Sa’id, 10 Sahabat…, hal. 40.
[2]http://lampuislam.
blogspot. com/ 2013/08/ besarnya-cinta-abu-bakar-ash-shiddiq-ra.html, Diakses
Tanggal 10 Juni 2016.
[5]Syaikh
‘Abdurrahman bin ‘Abdillah As Suhaim, http://muslim.or.id/biografi/biografi-abu-bakar-ash-shiddiq.html,
Diakses Tanggal 10 Juni 2016.
[7]http://sitiinurhidayah.blogspot.co.id/2015/12/kepemimpinan-abu-bakar-as-shidiq-dan.html,
Diakses Tanggal 10 Juni 2016.
[9]Al-Hafizh
ibnu Katsir, Perjalanan Hidup
Empat…, hal. 26.
[10]Fairuz Masduqi, 10
Sahabat…, hal. 124.
[11]Al-Hafizh
Ibnu Katsir, Perjalanan Hidup…, hal. 25-26.
[12]https://nasehatislami.com/kisah-sayyidina-abu-bakar-as-siddiq-ra.html,
Diakses Tanggal 10 Juni 2016.
No comments:
Post a Comment