A.
Latar
Belakang Masalah
Dalam syari’at Islam banyak ajaran yang mengandung muatan untuk lebih
mempererat tali persaudaraan dan solidaritas sesama umat Islam. Betapa penting
silaturahmi dalam kehidupan umat Islam terutama dalam pendidikan. Hal ini
karena menyambung silaturahmi berpengaruh terhadap pendidikan karena bekal
hidup di dunia dan akhirat, orang yang selalu menyambung silaturhami akan
dipanjangkan usianya dalam arti akan dikenang selalu. Orang yang selalu
bersilaturahmi tentunya akan memiliki banyak teman dan relasi, sedangkan relasi
merupakan salah satu faktor yang akan menunjang kesuksesan seseorang dalam
berusaha. Selain dengan banyaknya teman akan memperbanyak saudara dan berarti pula
ialah meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Hal ini karena telah melaksanakan
perintah-Nya, yakni menghubungkan silaturahmi. Bagi mereka yang bertakwa Allah
akan memberikan kemudahan dalam setiap urusannya.[1]
Terkait dengan hal tersebut, Rasulullah Saw pernah bersabda, yaitu:
عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ (رضي الله عنه) قَالَ: قَاَل رَسُوْلُ اللهِ (صلى الله عليه
وسلم): "مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ, وَأَنْ يُنْسَأَ
لَهُ فِي أَثَرِهِ, فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ". (أخرجه البخاري)
Artinya: Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata:
Rasulullah Saw bersabda: “Barang siapa yang suka dilapangkan rizkinya, dan
dipanjangkan umurnya, hendaklah (rajin) menyambung silaturahmi.” (HR. Bukhari).[2]
Salah satu landasan utama yang mampu menjadikan umat bersatu atau
bersaudara ialah persamaan kepercayaan atau akidah. Ini telah dibuktikan oleh
bangsa Arab yang sebelum Islam selalu berperang dan bercerai-berai tetapi
setelah mereka menganut agama Islam dan memiliki pandangan yang sama baik lahir
maupun batin, mereka dapat bersatu.
Islam merupakan agama yang sangat
memperhatikan hubungan antar sesama manusia. Hal itu digambarkan dengan adanya
berbagai syari’at tentang hubungan manusia baik yang menyangkut hubungan
keluarga maupun masyarakat. Untuk mempererat hubungan antar keluarga, Islam
mensyariatkan silaturahmi.
Islam menganjurkan untuk
menyambung hubungan dan bersatu serta mengharamkan pemutusan hubungan, saling
menjauhi, dan semua perkara yang menyebabkan lahirnya perpecahan. Karenanya
Islam menganjurkan untuk menyambung silaturahim dan memperingatkan agar jangan
sampai ada seorang muslim yang memutuskannya.
Dalam pandangan al-Qur’an dan hadis,
silaturahmi memiliki kedudukan yang sangat penting. Al-Qur’an menggambarkan
bahwa silaturahmi merupakan salah satu bentuk pelaksanaan ibadah seorang hamba
kepada Rabb-nya. Dan hadis melukiskan bahwa orang yang senantiasa silaturahmi
akan dipanjangkan umurnya serta diperluas rizkinya. Selain itu, banyak keterangan yang menjelaskan bahwa
orang yang memutuskan hubungan silaturahmi tidak akan masuk surga, amalny tidak
akan diterima, serta masih banyak ancaman yang lainnya. Oleh karena itu,
sebagai muslim harus senantiasa memelihara selaturahmi demi keselamatan dunia
akhirat.
Dalam salah satu sumber disebutkan bahwa sesungguhnya silaturrahim
termasuk ibadah kepada Allah Swt yang paling baik dan ketaatan yang paling
agung, kedudukan yang tertinggi dan berkah yang besar, serta yang paling umum
manfaatnya di dunia dan akhirat. Maka silaturrahim merupakan kebutuhan secara
fitrah dan sosial, yang dituntut oleh fitrah yang benar dan dicenderungi oleh
tabiat yang selamat. Sesungguhnya sempurnalah dengannya keakraban, tersebar
kasih sayang dengan perantaraannya, dan merata rasa cinta. Ia adalah bukti
kemuliaan, tanda muru’ah, mengusahakan bagi seseorang kemuliaan, pengaruh, dan
wibawa. Karena alasan itu, setiap muslim dituntut agat berlomba-lomba dalam
menyambung (tali silaturrahim) kepada orang yang memutuskan dan memberi kepada
orang yang tidak mau memberi, serta bersifat santun kepada yang bodoh, bahkan sesungguhnya
silaturrahim memperkuat kasih sayang dan menambah rasa cinta, serta memperkokoh
ikatan kekeluargaan.[3]
Namun jika dilihat dan dianalisa terhadap kondisi masyarakat saat ini,
silahturrahmi sudah kurang dilestarikan. Salah satu penyebabnya adalah karena
pengaruh kemudahan dalam berkomunikasi dengan berbagai media sosial berupa
handphone dengan berbagai aplikasi komunikasinya. Artinya jikapun ada
komunikasi, hanya sebatas lewat media saja, tanpa bersilahturrahmi atau bertemu
langsung antara satu dengan lainnya.
Implementasi pendidikan silahturrahmi dalam bermasyarakat tentu perlu
terus dibina dan dilestarikan, khususnya lagi bagi generasi bangsa. Pentingnya
pendidikan dan pembinaan tersebut dikarenakan sangat banyak hikmah dan nilai
pendidikan Islam dalam silahturrahmi tersebut. Oleh sebab itu, sebagai salah
satu bentuk upaya peningkatakan silahturrahmi dapat dilakukan dengan memberikan
pemahaman terkait hal tersebut. Maka dalam kajian ilmiah ini, penulis akan
membahasa terkait: “Nilai-nilai
Pendidikan Islam dalam Silahturrahmi”.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka dapat dibuat suatu rumusan masalah sebagai
berikut:
- Bagaimana
konsep silahtrurrahmi dalam Islam?
- Nilai-nilai
pendidikan Islam apa saja yang terdapat dalam silahturrahmi?
- Bagaimana upaya implementasi silahturrahmi menurut konsep pendidikan Islam?
C. Tujuan
Penelitan
Adapun
yang menjadi tujuan penelitian ini disesuaikan dengan rumusan masalah, yaitu
sebagai berikut:
- Bagaimana konsep silahtrurrahmi dalam Islam?
- Nilai-nilai pendidikan Islam apa saja yang terdapat dalam silahturrahmi?
- Bagaimana upaya implementasi silahturrahmi menurut konsep pendidikan Islam
D. Penjelasan Istilah
Agar
tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami judul serta untuk mendapatkan
gambaran yang jelas tentang arah penulisan proposal ini, terlebih dahulu dijelaskan kata kunci yang terdapat dalam pembahasan ini, yaitu:
- Nilai
Pendidikan Islam
Nilai artinya sifat-sifat
(hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.[4]
Maksudnya kualitas yang memang membangkitkan respon penghargaan.[5]
Pendidikan secara etimologi
berasal dari kata dasar “didik” yang berarti memelihara dan memberi latihan
(ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.[6]
Sedangkan pendidikan Islam adalah pendidikan untuk mendidik akhlak dan jiwa,
menanamkan rasa fadhilah (keutamaan),
membiasakan dengan kesopananan yang tinggi, mempersiapkan untuk suatu kehidupan
suci seluruhnya ikhlas dan jujur.[7]
Pendapat lain menjelaskan bahwa pendidikan Islam dengan bimbingan atau
pembinaan yang dilakukan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani si terdidik untuk menuju terbentuknya kepribadian yang
utama.[8]
Jadi yang dimaksud dengan pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang dalam upaya mendewasakan
dirinya melalui pembelajaran. Adapun nilai pendidikan Islam yang penulis maksud
dalam pembahasan ini adalah suatu usaha untuk menumbuhkan, mengembangkan,
mengawasi dan memperbaiki seluruh potensi fitrah manusia secara optimal dengan
sadar dan terencana menurut hukum-hukum Islam.
- Silahturrami
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, silaturahim atau silaturahmi bermakna tali
persahabatan atau persaudaraan.[9]
Dalam perspektif bahasa Arab, Ahmad Warson dan Muhammad Fairuz mengungkap bahwa
silaturahmi itu sebagai terjemahan Indonesia dari bahasa Arab صلة الرحم.
Dilihat dari aspek tarkib, lafadz صلة الرحم merupakan tarkib idhofi, yaitu
tarkib (susunan) yang terdiri dari mudhof (صلة) dan mudhof ilaih (الرحم). Untuk
memahami makna silaturahmi, maka kami terlebih dahulu akan menjelaskan tentang
makna صلة dan الرحم, kemudian makna silaturahmi.[10]
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa makna
silaturahmi secara harfiah adalah menyambungkan kasih-sayang atau kekerabatan
yang menghendaki kebaikan.
E. Metode Penelitian
Penelitian
ini adalah penelitian literatur atau studi kepustakaan. Maka metode yang digunakan
adalah penelitian kualitatif dengan metode pengumpulan data yang digunakan
untuk memperoleh data penulisan skripsi ini adalah library research, yaitu
suatu riset kepustakaan atau penelitian murni.[11]
Penelitian perpustakaan (kepustakaan) di sini bertujuan untuk mengumpulkan data
dan informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat di ruang
perpustakaan.[12]
Dalam penelitian kepustakaan
murni maka mempelajari berbagai sumber baik dari al-Quran, al-Hadits,
kitab-kitab klasik, buku ilmiyah, majalah-majalah, dokumen dan tulisan-tulisan
lain sebagai pembanding dan penunjang. Metode ini penulis gunakan untuk
memperoleh data, konsep dan informasi tentang konsep silahturrahmu dalam Islam
serta nilai-nilai pendidikan Islam dalam silahturrahmi.
Dengan demikian, maka metode
ini penulis terapkan dengan cara menganalisis data tentang konsep silahturrahmi
yang diimplementasikannya ke dalam konsep pembinaan perkembangan ummat khususnya di dunia pendidikan serta dalam
kaitannya dengan tantangan dalam implementasi tersebut terhadap kondisi
perkembangan zamana sebagaimana yang terjadi pada saat ini.
F.
Daftar
Pustaka
Ahmad D. Marimba,
Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma’arif, 1980.
A. Warson, dan M. Fairuz, Kamus Al-Munawir Indonesia-Arab, Surabaya: Pustaka Progresif, 2007
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
http://kartika-d.blogspot.co.id/2014/05/hadist-silaturahmi-dan-persaudaraan.html
Imam Bukhari, Shahih
Adabul Mufrad, Yogyakarta: Pustaka Ash-Shahihah,
2010.
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung:
Mandar Maju, 1990.
Septi Ageng, dkk, http://scorpionemas.blogspot.co.id/2013/10/makalah-hadis.html
Sutrisno hadi, Metodologi Research, Jilid I, Yogyakarta: Andi
Offset, 2000.
Titus, M.S, Persoalan-persoalan Filsafat, Jakarta: Bulan
Bintang, 1984
W.J.S. Purwadarminta, Kamus
Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999.
Zuhairimi, dkk, Pendidikan Islam,
Jakarta: Bumi Aksara, 1992
[1]http://kartika-d.blogspot.co.id/2014/05/hadist-silaturahmi-dan-persaudaraan.html,
Diakses Tanggal 1 Januari 2017.
[3]Septi
Ageng, dkk, http://scorpionemas.blogspot.co.id/2013/10/makalah-hadis.html,
Diakses Tanggal 1 Januari 2017.
[4]W.J.S. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1999), hal. 677.
[5]Titus,
M.S, Persoalan-persoalan Filsafat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), hal.
122.
[6]W.J.S. Purwadarminta, Kamus Umum…, hal. 250.
[7]Zuhairimi, dkk, Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1992), hal 155.
[8]Ahmad
D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif,
1980), hal. 109.
[9]Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2007), hal. 1065.
[10]A. Warson, dan M. Fairuz, Kamus Al-Munawir Indonesia-Arab, (Surabaya: Pustaka Progresif,
2007), hal. 810.
[11]Sutrisno
hadi, Metodologi Research, Jilid I, (Yogyakarta: Andi Offset, 2000}, hal.
9.
[12]Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial,
(Bandung: Mandar Maju, 1990), hal.
33.
No comments:
Post a Comment