Allah
Swt memerintah shalat berjamaah karena ada beberapa tujuan di balik perintah-Nya yang tidak mungkin salah atau
menyesatkan hambanya. Oleh karena itu
sebagai seorang muslim, setiap amal perbuatan
hendaknya ada tujuan yang pasti dan tentunya akan bermanfaat bagi dirinya sendiri bahkan keluarganya.
Kaum muslim melakukan shalat
berjamaah karena juga karena ada beberapa tujuan dari shalat berjamaah tersebut.
Dengan
rajin mengikuti shalat berjamaah seorang akan dapat menjaga diri dari perbuatan yang jelek atau jahat. Sebagaimana
Firman Allah Swt dalam surat al-Ankabut ayat 45:
(العنكبوت:
٤٥)
Artinya:
”…Dan dirikanlan shalat. Sesungguhnya
shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar ...” (Al-Ankabut:
45).
Shalat bukanlah sekedar
melaksanakan gerakan dan bacaan tertentu yang diawali takbir dan diakhiri
dengan salam, tetapi harus tercermin dalam perilaku sehari-hari. Semua
pengakuan Allah Swt sebagai Tuhan, Muhammad Saw sebagai Rasul, harus terbukti
dalam perilaku, berupa ketaatan terhadap semua perintah-Nya dan menjauhi semua
larangan-Nya.
Bagi seseorang yang telah
melakukan shalat berjama’ah dengan khusuk akan menumbuhkan perilaku keberagamaan
yang baik, baik hubungan dengan Allah Swt maupun hubungan dengan sesama
manusia. Kedudukan shalat berjama’ah dalam Islam merupakan wasilah paling ampuh
dalam menghapus perbedaan status sosial antara kaum muslimin, menghilangkan
sikap fanatik terhadap warna kulit, suku bangsa, dan nasab.
Dengan menunaikan ibadah shalat
secara berjama’ah akan berpengaruh terhadap perilaku keagaman baik yang
bersifat hubungan dengan Allah dengan cara meningkatkan kualitas ibadahnya,
maupun yang bersifat hubungan dengan sesama manusia yang berupa motivasi untuk
senantiasa berperilaku baik menurut kadar ketaatannya.
Secara garis besar, tujuan melaksanakan ibadah shalat berjamaah adalah
sebagai berikut:
1. Untuk
mentaati perintah Allah Swt. Dengan melaksanakan ibadah
shalat secara berjamaah, maka seseorang telah termasuk dari golongan orang-orang yang bertaqwa. Karena telah mentaati perintahnya dan menjauhi
larangannya. Dengan hal itu sadar keimanan seseorang akan bertambah kuat.
2. Agar
saling mengenal. Apabila manusia shalat bersama-sama maka
akan terjadi saling kenal diantara mereka. Sehingga terjadi interaksi antara
kaum muslimin, yang dapat memperkuat tali persaudaraan umat Islam.
3. Untuk
menampakkan keperkasaan kaum
muslimin. Shalat menunjukkan
kekuatan kaum muslimin, keterkaitan antara hati dan solidaritas barisan,
menjauhkan perpecahan, menanamkan rasa ketakutan di hati musuh. Menjadikan para
munafiq putus asa. Shalat berjamaah adalah manuver kesiagaan dan ikatan antara
imam dan umat.[1]
Karena dengan shalat berjamaah persatuan umat islam akan selalu terjaga.
4. Untuk melatih diri supaya disiplin
menghadap Allah. Dengan
ditentukannya dan ditetapkannya shlat fardhu lima waktu dalam sehari semalam,
serta dianjurkannya shalat berjamaah. Agar senantiasa mengajarkan kepada umat Islam untuk bersikap disiplin, taat waktu
serta menghargai waktunya dan menjadi latihan untuk menumbuhkan sikap
kedisiplinan bagi kaum mukminin.[2]
Kebiasaan yang dilakukan saat melakukan shalat berjamaah secara tertib dan teratur akan menanamkan sikap
disiplin pada diri umat islam.
5. Untuk menunjukkan kepada persamaan.
Pada pelaksanaan shalat berjamaah
terlihat adanya suatu persamaan, yakni kesamaan sebagai hamba Allah yang
beribadah kepada sang pencipta. Aspek kebersamaan pada shalat berjamaah dapat menghindarkan seseorang dari rasa terisolir, terpencir, tidak dapat
bergabung dalam kelompok, tidak diterima atau dilupakan.[3]
Banyak hal yang rahasia di
dalam shalat berjamaah, banyak pula hikmahnya. Dari berbagai hikmah shalat,
kadang masih banyak pula manusia yang kurang mengerti hikmah dari shalat
berjamaah, hingga ia melakukannya hanya karena kebiasaan. Segala amal perbuatan
bisa menjadi ibadah kalau diniatkan dengan baik dan benar, begitu pula
sebaliknya, nilai ibadah pun bisa menjadi bukan ibadah hanya karena salah niat
dan ikut-ikutan. Padahal dalam Islam sudah dijelaskan berbagai hikmah dari shalat
berjamaah supaya semua melaksanakan dengan penuh kegembiraan dan kesungguhan
serta kekhusyu’an.
Menurut pendapat yang
dikemukakan oleh Ibnu Mahalli Abdullah Umar bahwa diantara hikmah yang
terkandung dalam pelaksanaan shalat berjamaah diantaranya adalah sebagai
berikut:
1.
Meraih keselamatan
2.
Mengagungkan syiar Islam
3.
Merambah jalan petunjuk
4.
Melebihi shalat sendiri
5.
Memelihara diri dari syetan
6.
Meleburkan dosa
7.
Berada dalam jaminan Allah Swt
8.
Membina persaudaraan
9.
Selamat dari kelalaian
10. Membiasakan
diri disiplin
11. Saling
mengenal[4]
Dalam sumber yang lain dijelaskan bahwa hikmah-hikmah yang terkandung
dalam shalat berjama’ah dapat dilihat dari segi moral (rohani) dan dari segi
kesehatan (jasmani).
1.
Ditinjau dari segi moral.
Dari segi moral shalat berjamaah diantaranya:
a)
Dapat mendidik jiwa kita agar terhindar dari sifat-sifat
sombong, tinggi hati, dan sebagainya, serta mengarahkan agar selalu tawakal dan
berserah diri kepada Allah Swt
b)
Menjadi penghalang dari mengerjakan kemungkaran dan
keburukan.
Firman Allah dalam al-Qur’an surat al-Ankabut ayat 45 yaitu:
(العنكبوت:
٤٥)
Artinya: “…Dan
tegakkanlah shalat karena shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. (QS. Al-Ankabut: 45)
c)
Dapat memperteguh persatuan, membangun tali
persaudaraan antara umat Islam.
d) Mengajarkan
bahwa semua manusia itu sama derajatnya.
e)
Saling memberikan pertolongan dalam hal ibadah dan
kepentingan lainnya dan lain sebagainya.[5]
2.
Ditinjau dari segi kesehatan.
Shalat di samping mengandung hikmah secara moral seperti diuraikan di
atas, juga mengandung hikmah secara fisik terutama yang menyangkut masalah
kesehatan.
Adapun hikmah ibadah shalat menurut tinjauan kesehatan sebagaimana dijelaskan
oleh para ahli (sarjana) kedokteran yang termasyhur terutama di Barat. Mereka
berpendapat sebagai berikut:
a)
Bersedekap, meletakkan telapak tangan kanan di atas
pergelangan tangan kiri. Sikap seperti ini akan memudahkan aliran darah
mengalir kembali ke jantung, serta memproduksi getah bening dan air jaringan
dari kedua persendian tangan akan menjadi lebih baik sehingga gerakan di dalam
persendian akan menjadi lebih lancar.
b)
Ruku’, yaitu membungkukkan badan dan meletakkan
telapak tangan diatas lutut sehingga punggung sejajar merupakan suatu garis
lurus. Sikap yang demikian ini akan mencegah timbulnya penyakit yang
berhubungan dengan ruas tulang belakang, ruas tulang punggung, ruas tulang
leher, ruas tulang pinggang, dan sebagainya.
c)
Sujud, sikap ini menyebabkan semua otot-otot
bagian atas akan bergerak. Hal ini bukan saja menyebabkan otot-otot menjadi
besar dan kuat, tetapi peredaran uraturat darah sebagai pembuluh nadi dan
pembuluh darah serta limpa akan menjadi lancar di tubuh kita.
d) Duduk
Iftirasy (duduk antara dua sujud & tahiyat awal), posisi duduk
seperti ini menyebabkan tumit menekan otot-otot pangkal paha , hal ini
mengakibatkan pangkal paha terpijit. Pijitan tersebut dapat menghindarkan atau
menyembuhkan penyakit saraf pangkal paha (neuralgia) yang menyebabkan tidak
dapat berjalan. Disamping itu urat nadi dan pembuluh darah balik di sekitar
pangkal paha dapat terurut dan terpijit sehingga aliran darah terutama yang
mengalir kembali ke jantung dapat mengalir dengan lancar. Hal ini dapat
menghindarkan dari penyakit bawasir.
e)
Duduk tawaruk (tahiyat akhir), duduk seperti ini
dapat menghindarkan penyakit bawasir yang sering dialami wanita yang hamil.
Kemudian duduk tawaruk ini juga dapat untuk mempermudah buang air kecil.
f)
Salam, diakhiri dengan menoleh ke kanan dan ke kiri.
Hal ini sangat berguna untuk memperkuat otot-otot leher dan kuduk, selain itu
dapat pula untuk menghindarkan penyakit kepala dan kuduk kaku.[6]
Dari penjelasan di atas,
maka dapatlah disimpulkan bahwa shalat disamping merupakan ibadah yang wajib
dan istimewa ternyata juga mengandung manfaat yang sangat besar bagi
kesejahteraan dan kebahagiaan hidup umat manusia. Tujuan dan hikmah sangat
jelas didapatkan dalam pelaksanaan shalat berjamaah. kerena demikian, maka
sangat dianjurkan kepada setiap muslim untuk selalu menunaikan shalat
(khususnya shalat fardhu) secara berjamaah agar tujuan dan hikmah sebagaimana
yang telah penulis uraikan di atas dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam penjelasan yang
lain, dijelaskan bahwa ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam shalat berjamaah
mengandung hikmah sebagai berikut:
1.
Keharusan mentaati imam, hal yang mengandung pelajaran tentang
pentingnya taat dan patuh kepada pemimpin akan membuka jalan baginya tujuan
yang hendak dicapai bersama;
2.
Dalam shalat berjamaah apabila imam salah, makmum
berhak mengingatkan. Ini mengajarkan kepada kita bahwa pemimpin tidak selamanya
benar, apabila pemimpin salah maka bawahan harus mau mengingatkan dan pemimpin
harus mau diingatkan bila memang salah;
3.
Dalam shalat berjamaah makmum tidak boleh mendahului gerakan-gerakan
imam ini memberikan pelajaran tentang pentingnya kedisiplinan, disiplin dalam
kepatuhan terhadap pemimpin, disiplin dalam menjalankan aturan dan lain
sebagainya.
4.
Shalat berjamaah akan menumbuhkan sikap sosial,
tenggang rasa, saling menghargai antara satu dengan yang lain, saling memaafkan
yang tercermin dari sikap berjabat tangan setelah salam;
5.
Shalat berjamaah meningkatkan Ukhuwah Islamiyah sehingga menjadi kekuatan Islam.[7]
Sedangkan
menurut pendapat yang dikemukakan oleh Aidh Al-Qarni bahwa
shalat yang dilakukan secara berjamaah memiliki beberapa hikmah
dan keutamaan. Diantara keutamaan
shalat berjamaah adalah sebagai berikut:
1. Shalat berjamaah lebih utama dibandingkan
dengan shalat sendirian dengan 27 derajat
2. Shalat sunat qabliyah, sunat ba’diyah, dan berzikir waktunya melingkupi shalat
fardhu. Biasanya dengan shalat berjamaah menjadikan mudah melakukan amalan-amalan
tersebut.
3. Shalat berjamaah merupakan sarana mendisiplinkan diri dan mengontrol
pribadinya serta melatih untuk taat.
4. Shalat berjamaah akan membuat seseorang
muslim memperhatikan diri dan penampilannya serta kebersihan pakainnya yang
demikian itu karena ia berkumpul dengan orang banyak dikala siang maupun malam.
5. Terhindar dari lupa dan memberi ingat
kepada imam apabila lupa terhadap sesuatu.
6. Melahirkan syi’ar keagungan Islam.
7. Menjawab salam imam.
8. Mengambil manfaat dengan jalan berkumpul untuk berdoa, berzikir
dan memperoleh berkah dari orang-orang yang sempurna shalatnya.
9. Menghidupkan sendi-sendi ukhwah
(persaudaraan) antara para tetangga, dapat bertemu dengan kawan.[8]
Lebih lanjut, menurut pendapat yang dikemukakan oleh Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy bahwa pelaksanaan
shalat-shalat jahar dapat pula
memperoleh dua faedah lagi, yaitu mendengar bacaan (qiraah), dan imam berta’min
(mengaminkan bacaan imam).[9]
Berdasakan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa shalat berjamaah lebih utama dibandingkan dengan
shalat sendirian, membiasakan shalat sunat qabliyah, sunat ba’diyah, berzikir dan berdo`a, sarana mendisiplinkan diri, memperhatikan diri dan penampilannya serta
kebersihan pakaiannya,
terhindar dari lupa dan memberi
ingat kepada imam apabila lupa terhadap sesuatu, melahirkan syi’ar keagungan Islam serta menghidupkan sendi-sendi persaudaraan sesama
umat Islam.
[1]Muhsin Qira’ati, Pancaran Cahaya Shalat, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2006), hal. 211.
[2]Rachmat Ramadhana Al-Banjari, Membaca Kepribadian Muslim Seperti Membaca Al-Qur’an, (Yogjakarta: Diva Press, 2008), hal. 406-407.
[3]Sentot Harianto, Psikologi Shalat, (Yogjakarta: Mitra Pustaka 2007), hal. 132.
[4]Ibnu Mahalli Abdullah Umar, Menjadi Pewaris Surga (Yogyakarta:
Media Insani, 2002), hal. 86-113.
[5]Alibasyah,
Permadi. Bahan Renungan Kalbu. Jakarta: Mutiara Tauhid. 2002 (Alibasyah,
2002 : 160).
[7]Depag Provinsi Jawa Tengah, Fiqih Madrasah
Tsanawiyah kelas VII, (Semarang: Karya Toha Putra, 2004), hal. 78.
[8]Aidh Al-Qorni, Sifat Shalat Nabi, (Solo: Wacana Ilmiah Press, 2006), hal. 7.
[9]Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Tuntunan Shalat Nabi Saw, (Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 2004), hal. 133-134.
Alhamdulillah , jika muslim banyak yg mengetahui tujuan semua perintah ibadah ritual itu sesungguhnya merupakan pedoman serta petunjuk dari Allah dan dilaksanakan dengan baik, maka sudah pasti umat Islam adalah umat yg paling unggul dibanding umat non muslim. tapi sayangnya umat Islam menganggap perintah ibadah ritual hanyalah sarana mencari pahala yg imbalannya syurga diakhirat kelak. Bukan menjadikanya pedoman hiduolp.
ReplyDeletebarakallahu fiekum ijin share
ReplyDelete